27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:02 AM WIB

Lontar Kuno Berjamur, Begini Cara Penyuluh Bahasa Bali Merawat…

SINGARAJA – Sekitar setahun yang lalu, belasan penyuluh Bahasa Bali melakukan konservasi lontar di rumah Kelian Desa Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna di Kelurahan Kendran, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.

Kemarin (28/1), Nyoman Sutrisna kembali melakukan pembersihan terhadap cakepan lontar bersejarah tersebut.
Salah satu penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Kecamatan Buleleng Ida Bagus Ari Wijaya menuturkan konservasi lontar di Desa Pekraman Buleleng ini merupakan salah satu cara untuk merawat naskah.

“Sekarang baru 9 cakep lontar yang dibersihkan dari 50 cakepan yang ada,” ujarnya. Dalam konservasi yang dilakukan 14 orang tenaga penyuluh bahasa Bali kemarin,

hanya menggunakan sarana minyak dengan campuran alkohol dengan perbandingan 1:1 untuk membersihkan permukaan naskah lontar.

“Tujuannya untuk memperpanjang usia naskah,” ungkapnya. Tahun lalu sudah dilakukan konservasi?

“Iya. Ini sebagai salah satu bagian pasca dari konservasi. Memang harus ada survei kembali untuk melihat kondisi naskah.

Ada jamuran atau tidak, karena kembali ke tempat penyimpanan dan pencahayaannya di tempat tersebut,” jawabnya.

“Mungkin karena suhu udara di kota tidak bersahabat. Selain itu, dulu mungkin pembersihannya tidak rata,” katanya.

Sebagai catatan, lontar-lontar yang ada memiliki usia yang cukup lawas. Ada juga yang ditemukan pada tahun 1920-an.

Seperti lontar mantra puja, pengobatan wariga, pembelajaran tata bahasa, pengobatan bayi, dan sistematika pengobatannya.

Selain itu juga ditemukan dua buah lontar yang sangat lengkap. Yakni lontar Arjuna Wiwaha maarti dan Sutasoma maarti.

Dalam lontar Maarti dilengkapi dengan penerjemahan artinya. Sehingga lontar tersebut disebut sebagai lontar terlengkap di Bali.

Secara keseluruhan, kebanyakan lontar yang ditemukan menggunakan bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sansekerta yang ditulis pada tahun 1930-an.

SINGARAJA – Sekitar setahun yang lalu, belasan penyuluh Bahasa Bali melakukan konservasi lontar di rumah Kelian Desa Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna di Kelurahan Kendran, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.

Kemarin (28/1), Nyoman Sutrisna kembali melakukan pembersihan terhadap cakepan lontar bersejarah tersebut.
Salah satu penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Kecamatan Buleleng Ida Bagus Ari Wijaya menuturkan konservasi lontar di Desa Pekraman Buleleng ini merupakan salah satu cara untuk merawat naskah.

“Sekarang baru 9 cakep lontar yang dibersihkan dari 50 cakepan yang ada,” ujarnya. Dalam konservasi yang dilakukan 14 orang tenaga penyuluh bahasa Bali kemarin,

hanya menggunakan sarana minyak dengan campuran alkohol dengan perbandingan 1:1 untuk membersihkan permukaan naskah lontar.

“Tujuannya untuk memperpanjang usia naskah,” ungkapnya. Tahun lalu sudah dilakukan konservasi?

“Iya. Ini sebagai salah satu bagian pasca dari konservasi. Memang harus ada survei kembali untuk melihat kondisi naskah.

Ada jamuran atau tidak, karena kembali ke tempat penyimpanan dan pencahayaannya di tempat tersebut,” jawabnya.

“Mungkin karena suhu udara di kota tidak bersahabat. Selain itu, dulu mungkin pembersihannya tidak rata,” katanya.

Sebagai catatan, lontar-lontar yang ada memiliki usia yang cukup lawas. Ada juga yang ditemukan pada tahun 1920-an.

Seperti lontar mantra puja, pengobatan wariga, pembelajaran tata bahasa, pengobatan bayi, dan sistematika pengobatannya.

Selain itu juga ditemukan dua buah lontar yang sangat lengkap. Yakni lontar Arjuna Wiwaha maarti dan Sutasoma maarti.

Dalam lontar Maarti dilengkapi dengan penerjemahan artinya. Sehingga lontar tersebut disebut sebagai lontar terlengkap di Bali.

Secara keseluruhan, kebanyakan lontar yang ditemukan menggunakan bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sansekerta yang ditulis pada tahun 1930-an.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/