26.3 C
Jakarta
25 April 2024, 4:49 AM WIB

Megoak-Goakan Digarap Lebih Serius, Ditampilkan Dalam Bentuk Pawai

SINGARAJA – Permainan tradisional megoak-goakan yang menjadi identitas khas Desa Panji, Kecamatan Sukasada, digarap lebih serius lagi.

Selain digarap untuk kepentingan tari kolosal, kini megoak-goakan juga ditampilkan dalam bentuk garapan parade budaya.

Hasil garapan itu ditampilkan dalam Pawai Budaya serangkaian HUT Kota Singaraja ke-414, di Tugu Singa Ambara Raja, kemarin.

Dinas Kebudayaan Buleleng, menyeragamkan seluruh tampilan garapan parade budaya itu. Setiap kecamatan, wajib menampilkan kreasi megoak-goakan dalam parade.

Alhasil kreasi hanya sebatas gerak tari dan adaptasi cerita. Selebihnya, hanya mengadopsi kekhasan daerah masing-masing.

Konon, pemerintah sengaja mengambil tema goak untuk menghormati perjuangan Ki Barak Panji Sakti saat membangun Kerajaan Buleleng.

Panji Sakti disebut berhasil membangun kerajaan berkat kontribusi dari Taruna Goak. Bahkan daerah kekuasaan Buleleng kala itu meluas hingga ke tanah Jawa.

Selain itu, Goak juga disebut akronim dari Gereget, Orisinil, Atraktif, dan Kreatif. “Orisinil itu maksudnya, masing-masing kecamatan menampilkan kekhasan yang ada di kecamatan.

Apakah itu tradisi, pakaian adat, seni, apa produk budaya. Yang paling kami tekankan, adalah tampilkan produk budaya,” kata Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng, Wayan Sujana.

Khusus untuk garapan megoak-goakan, masing-masing perwakilan kecamatan harus melibatkan setidaknya 60 orang hingga 100 orang penari. Sehingga garapan terkesan kolosal.

Sujana pun tak menampik bahwa megoak-goakan selama ini identik dengan Desa Panji. “Kenapa ambil megoak-goakan, karenakami ingin meneladani perjuangan Kota Singaraja.

Jadi kami pikir wajib hukumnya masyarakat Buleleng mengenal sejarah itu. Caranya ya lewat pementasan budaya saat pawai ini,” imbuhnya.

Melihat parade budaya tahun ini, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menyarankan agar panitia menyiapkan konsep parade dengan lebih baik lagi.

Agus memberikan catatan khusus pada panitia, dalam hal eksplorasi kearifan lokal di masing-masing wilayah.

“Boleh menampilkan megoak-goakan untuk menghormati HUT Kota Singaraja, tapi tidak harus itu yang ditonjolkan oleh masing-masing kecamatan.

Esensi kearifan lokalnya harus di elaborasi, itu baru namanya parade budaya,” kata Agus. 

SINGARAJA – Permainan tradisional megoak-goakan yang menjadi identitas khas Desa Panji, Kecamatan Sukasada, digarap lebih serius lagi.

Selain digarap untuk kepentingan tari kolosal, kini megoak-goakan juga ditampilkan dalam bentuk garapan parade budaya.

Hasil garapan itu ditampilkan dalam Pawai Budaya serangkaian HUT Kota Singaraja ke-414, di Tugu Singa Ambara Raja, kemarin.

Dinas Kebudayaan Buleleng, menyeragamkan seluruh tampilan garapan parade budaya itu. Setiap kecamatan, wajib menampilkan kreasi megoak-goakan dalam parade.

Alhasil kreasi hanya sebatas gerak tari dan adaptasi cerita. Selebihnya, hanya mengadopsi kekhasan daerah masing-masing.

Konon, pemerintah sengaja mengambil tema goak untuk menghormati perjuangan Ki Barak Panji Sakti saat membangun Kerajaan Buleleng.

Panji Sakti disebut berhasil membangun kerajaan berkat kontribusi dari Taruna Goak. Bahkan daerah kekuasaan Buleleng kala itu meluas hingga ke tanah Jawa.

Selain itu, Goak juga disebut akronim dari Gereget, Orisinil, Atraktif, dan Kreatif. “Orisinil itu maksudnya, masing-masing kecamatan menampilkan kekhasan yang ada di kecamatan.

Apakah itu tradisi, pakaian adat, seni, apa produk budaya. Yang paling kami tekankan, adalah tampilkan produk budaya,” kata Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng, Wayan Sujana.

Khusus untuk garapan megoak-goakan, masing-masing perwakilan kecamatan harus melibatkan setidaknya 60 orang hingga 100 orang penari. Sehingga garapan terkesan kolosal.

Sujana pun tak menampik bahwa megoak-goakan selama ini identik dengan Desa Panji. “Kenapa ambil megoak-goakan, karenakami ingin meneladani perjuangan Kota Singaraja.

Jadi kami pikir wajib hukumnya masyarakat Buleleng mengenal sejarah itu. Caranya ya lewat pementasan budaya saat pawai ini,” imbuhnya.

Melihat parade budaya tahun ini, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menyarankan agar panitia menyiapkan konsep parade dengan lebih baik lagi.

Agus memberikan catatan khusus pada panitia, dalam hal eksplorasi kearifan lokal di masing-masing wilayah.

“Boleh menampilkan megoak-goakan untuk menghormati HUT Kota Singaraja, tapi tidak harus itu yang ditonjolkan oleh masing-masing kecamatan.

Esensi kearifan lokalnya harus di elaborasi, itu baru namanya parade budaya,” kata Agus. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/