26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 5:04 AM WIB

Cerita Danu, Si Pelukis Wajah JRX di Layangan Celepuk

DENPASAR – Dukungan terhadap drumer Superman Is Dead, I Gede Ari Astina alias JRX dengan cara berkreasi ditunjukkan oleh pria muda bernama Danu Segara. Ia membuat sebuah layangan celepuk (burung hantu) bergambar wajah JRX.

Danu yang lahir pada  20 February 1996 saat dihubungi radarbali.id mengaku sangat peduli dengan JRX. Dia sendiri memiliki jargon jika ada intervensi, maka kita lawan dengan kreasi.

Lalu apa yang membuat pria asal Puri Kukuh, Desa Kukuh , Marga, Tabanan ini tergerak hatinya untuk mendukung JRX?

“Berbicara tentang Pandemi Covid-19, apresiasi besar saya kepada JRX bahwa postingan-postingannya, argumennya, sikapnya, telah membuka pola pikir kita dan belajar untuk menelaah sesuatu jauh lebih dalam,” ujarnya Selasa (1/9).

Kedua, baginya JRX selaku warga negara, dan masyarakat lain juga memiliki hak untuk berpendapat, mengkritik di negara demokrasi ini serta hal itu juga dilindungi oleh konstitusi negara.

“Namun yang terjadi sekarang malah sebaliknya, seperti kembali ke masa Orba,” ujarnya.

Ketiga, ini tentang layangan yang viral dia buat di media sosial. Baginya, layang-layang ini dibuatnya sebagai ungkapan daya kreasi, ketika melihat banyaknya baliho aspirasi dukungan terhadap JRX yang dirusak, ada juga diturunkan paksa secara masif oleh aparat.

“Itu sangat tidak elok menurut saya dikarenakan banyak juga baliho-baliho yang sudah kedaluwarsa yang menjadi sampah visual, sampah jalanan namun tak ada tindakan,” katanya heran.

“Pertanyaan besarnya adalah ada apa dengan baliho dukungan JRX?
Dan hal itu mengingatkan saya pada masa perjuangan Bali Tolak Reklamasi lalu,” sambungnya.

Dan yang keempat, alumni jurusan Desain Komunikasi Visual FSRD ISI Denpasar ini menyebut di Bali layang-layang menjadi suatu tradisi yang dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Rare Angon yang merupakan Dewa Layang-layang.

“Layang-layang kan permainan yang sangat sederhana sekali, merakyat dari anak-anak sampai orang dewasa. Siapapun bisa untuk membuat dan menerbangkannya. Saya berharap ketika kritik, dan aspirasi rakyat coba dibungkam, mungkin bisa menjadi suatu solusi yang dituangkan dalam media layang-layang untuk melantangkan aspirasi-aspirasi rakyat di udara,” sebutnya.

Ini juga dikatakan dapat menjadi sentilan terhadap pemerintah bahwa rakyat akan tetap bersuara walau dengan media yang sesederhana mungkin.

Kalau ada yang membeli layangan bergambar JRX, mau dijual? “Tidak diperjualbelikan, nike (itu) murni curahan hati. Jikalau kawan-kawan mau, poster atau fotonya Pak De JRX bisa di-print di kain, dan dijadikan layang-layang mungkin bisa yang lebih besar,” pungkasnya.

DENPASAR – Dukungan terhadap drumer Superman Is Dead, I Gede Ari Astina alias JRX dengan cara berkreasi ditunjukkan oleh pria muda bernama Danu Segara. Ia membuat sebuah layangan celepuk (burung hantu) bergambar wajah JRX.

Danu yang lahir pada  20 February 1996 saat dihubungi radarbali.id mengaku sangat peduli dengan JRX. Dia sendiri memiliki jargon jika ada intervensi, maka kita lawan dengan kreasi.

Lalu apa yang membuat pria asal Puri Kukuh, Desa Kukuh , Marga, Tabanan ini tergerak hatinya untuk mendukung JRX?

“Berbicara tentang Pandemi Covid-19, apresiasi besar saya kepada JRX bahwa postingan-postingannya, argumennya, sikapnya, telah membuka pola pikir kita dan belajar untuk menelaah sesuatu jauh lebih dalam,” ujarnya Selasa (1/9).

Kedua, baginya JRX selaku warga negara, dan masyarakat lain juga memiliki hak untuk berpendapat, mengkritik di negara demokrasi ini serta hal itu juga dilindungi oleh konstitusi negara.

“Namun yang terjadi sekarang malah sebaliknya, seperti kembali ke masa Orba,” ujarnya.

Ketiga, ini tentang layangan yang viral dia buat di media sosial. Baginya, layang-layang ini dibuatnya sebagai ungkapan daya kreasi, ketika melihat banyaknya baliho aspirasi dukungan terhadap JRX yang dirusak, ada juga diturunkan paksa secara masif oleh aparat.

“Itu sangat tidak elok menurut saya dikarenakan banyak juga baliho-baliho yang sudah kedaluwarsa yang menjadi sampah visual, sampah jalanan namun tak ada tindakan,” katanya heran.

“Pertanyaan besarnya adalah ada apa dengan baliho dukungan JRX?
Dan hal itu mengingatkan saya pada masa perjuangan Bali Tolak Reklamasi lalu,” sambungnya.

Dan yang keempat, alumni jurusan Desain Komunikasi Visual FSRD ISI Denpasar ini menyebut di Bali layang-layang menjadi suatu tradisi yang dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Rare Angon yang merupakan Dewa Layang-layang.

“Layang-layang kan permainan yang sangat sederhana sekali, merakyat dari anak-anak sampai orang dewasa. Siapapun bisa untuk membuat dan menerbangkannya. Saya berharap ketika kritik, dan aspirasi rakyat coba dibungkam, mungkin bisa menjadi suatu solusi yang dituangkan dalam media layang-layang untuk melantangkan aspirasi-aspirasi rakyat di udara,” sebutnya.

Ini juga dikatakan dapat menjadi sentilan terhadap pemerintah bahwa rakyat akan tetap bersuara walau dengan media yang sesederhana mungkin.

Kalau ada yang membeli layangan bergambar JRX, mau dijual? “Tidak diperjualbelikan, nike (itu) murni curahan hati. Jikalau kawan-kawan mau, poster atau fotonya Pak De JRX bisa di-print di kain, dan dijadikan layang-layang mungkin bisa yang lebih besar,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/