GIANYAR – Kematian mahasiswa Sekolah Tinggi Desain (STD) asal Ubud, Pande Mahayasa, 24, yang ditemukan tergeletak di Pantai Lebih pada Selasa sore (15/10) lalu masih misterius.
Hingga Jumat (1/11) kemarin, polisi belum mengetahui apa penyebab kematian pemuda asal Banjar Taman Kaja, Kelurahan/Kecamatan Ubud itu.
Kapolsek Kota Gianyar Kompol Ketut Suastika, belum bisa menjawab teka-teki itu. Karena polisi masih menantikan hasil pemeriksaan medis.
“Masih menunggu hasil otopsi,” tegas Kompol Suastika. Namun, polisi tidak tahu kapan hasil otopsi akan rampung diperiksa oleh tim medis. “Belum pasti,” jelasnya singkat.
Karena hasil otopsi belum keluar, kepolisian belum berani menyimpulkan penyebab kematiannya.
Namun, dari beberapa bukti yang dikumpulkan polisi, terdapat beberapa kejanggalan. Pertama, saat jasad korban ditemukan, wajahnya membusuk atau tidak utuh.
Kemudian,di jempol tangan korban, terikat tali berwarna hitam. Menyerupai tali tas. Dan yang ketiga, korban seharusnya berangkat interview kerja ke Jakarta pada Minggu lalu (13/10).
Namun korban malah ditemukan tewas di pantai. Sepeda motornya ditemukan di Pantai Cucukan, Kecamatan Blahbatuh.
Sedangkan, jasad korban ditemukan di pantai Lebih, Kecamatan Gianyar. Lokasi motor dan jasad korban cukup jauh.
Disamping itu, STNK motor Honda Vario warna pink DK 6092 LI dan handphone korban tertinggal di kamar rumahnya.
Kakak korban, Pande Brahma, juga melihat adanya kejanggalan tersebut. “Sempat saya rasa kepergiannya sangat janggal sekali. Pelipis kanannya memar, rahangnya kayak patah,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Yang aneh, kata dia, di jari jempol tangannya terikat tali tas ransel yang dibawanya saat meninggalkan rumah.
“Itu sampai-sampai harus pakai pisau buat memutuskan tali itu kemarin. Sangat erat sekali,” imbuhnya.
Pihak keluarga berharap, kematian korban segera terjawab. “Makanya kami pengen tahu jawaban dari kejanggalan-kejanggalan itu,” pungkasnya.