DENPASAR – Razia Lapas Kelas IIA Kerobokan, Kuta Utara, Badung yang digelar Jumat malam (1/3) lalu masih menyisakan sejumlah kejanggalan.
Salah satunya tidak ditemukan narkotika. Padahal, razia yang melibatkan 902 personel gabungan lintas instansi itu menemukan lima buah bong atau alat isap sabu-sabu dan kotak kondom.
Terkait hali itu, Kalapas Kelas IIA Kerobokan, Tonny Nainggolan saat dikonfirmasi mengaku sedang menelusuri asal muasal benda-benda yang ditemukan saat razia.
Menurut Tonny, bisa saja ada bong tapi tidak ada pemakaian sabu-sabu. Bisa saja narapidana (napi) atau warga binaan membuat bong tapi tidak untuk digunakan.
“Tapi, bisa juga ada penggunanaan (sabu-sabu). Semua kemungkinan itu masih kami telusuri. Sabu itu sangat kecil, bisa diselipkan di mana-mana, kadang-kadang tidak bisa terdeteksi,” jelas Tonny.
Ditanya kemungkinan razia sudah bocor terlebih dahulu, sehingga tidak ditemukan narkotika, menurut Tonny sepengetahuannya tidak ada kebocoran.
Namun, lanjut Tonny, kebocoran itu bisa saja terjadi karena disebabkan beberapa hal. Antara lain, ada ratusan anggota dari berbagai instansi yang ikut razia.
Pihaknya tidak bisa menjamin semua anggota yang ikut razia bisa menjaga informasi. Selain itu, pegawai atau sipir di dalam lapas sendiri juga belum bisa menjamin mereka tutup mulut.
Faktor berikutnya, bisa jadi para napi sudah mengantisipasi setelah mengetahui ada perubahan situasi.
“Biasanya begini (biasa-biasa saja), kok tiba-tiba begini (penjagaan ketat), mereka bisa membaca itu,” imbuhnya.
Ke depan, Tonny akan berusaha melakukan pembenahan, sehingga Lapas Kelas IIA Kerobokan bisa lebih baik dan steril dari benda terlarang.
Yang menarik, Tonny menyebut kondisi lapas tetap aman saja sudah baik. Ini mengingat jumlah penghuni melebihi daya tampung.
“Dengan kondisi abnormal (over kapasitas) seperti sekarang, aman saja sudah sangat bersyukur. Target kami aman dulu, tujuan selanjutnya tertib,” tegasnya seraya meminta dukungan semua pihak.
Menindaklanjuti temuan barang yang ada, pihaknya akan kembali koordinasi dengan aparat kepolsiian dan BNN.
Bila ada napi yang melanggar hukum maka akan diserahkan kepada aparat kepolisian. Sedangkan benda-benda hasil razia yang ditemukan akan dimusnahkan.
Kembali dikejar dari mana benda itu bisa masuk ke dalam lapas, Tonny mengaku masih berusaha menelusurinya. Pihaknya juga selalu membenahi sistem yang ada.
Menurut Tonny, celah-celah untuk memasukkan barang terlarang ke dalam lapas sudah ditutup. Namun, tetap saja masih ada celah masuk. Satu cara sudah diketahui petugas, mereka menggunakan cara lain.
Belum lagi jumlah penghuni dan penjaga yang tidak sebanding membuat ruang-ruang untuk memasukkan barang ke dalam lapas cukup besar.
“Yang menjaga manusia, yang dijaga juga manusia. Kalau saya yang nongkrong 24 jam di depan pintu masuk, mungkin bisa meminimalkan.
Ke depan, kami akan evaluasi terus titik dan modus yang bisa dijadikan celah masuk,” tukas pria berkacamata itu.