DENPASAR-Tudingan miring menimpa kampus Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (Stikom) Bali.
Kampus yang beralamat di Jalan Raya Puputan No.86, Renon, Dangin Puri Klod, Kecamatan Denpasar Timur itu disebut-sebut terpapar paham radikalisme dan ISIS.
Mirisnya tudingan yang diduga berita bohong alias hoax itu tersebar luas alias viral di media social (Medsos).
Was-was dan keberatan dengan tudingan negatif, pihak Yayasan maupun kampus ITB Stikom Bali, Selasa (3/12) menyampaikan klarifikasi.
“Isu itu tidak benar. Itu hoaks. Kampus kami sangat menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi nasionalisme serta adat dan budaya,” tegas Prof. I Made Bandem selaku pendiri Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar yang menaungi kampus Stikom Bali dalam klarifikasinya yang dibuat di Denpasar.
Menurut Prof Bandem, isu hoaks yang menimpa kampus ITB Stikom Bali itu sebenarnya terjadi sangat lama, yakni tepatnya 28 November 2015 lalu. Namun pada 29 November hingga 1 Desember 2019, isu ini kembali disebarluaskan kembali di medsos (facebook dan whatsapp).
Untuk itu, tak mau kejadian serupa terulang dan sebagai upaya memberikan efek jera meluruskan informasi palsu tersebut, pihak Stikom Bali berencana akan menempuh jalur hukum.
Namun sebelum mengambil langkah hukum, pihak kampus kata Prof Bandem terlebih dahulu melakukan kajian mendalam. Selain itu juga akan dilakukan kerjasama dengan pihak kepolisian, provider dan juga media sosial untuk menelusuri asal muasal hoaks ini beredar.
“Akan dikaji dulu nanti. Pihak-pihak mana saja yang akan dilaporkan. Tujuannya adalah supaya ada kesadaran bersama bahwa hal ini merugikan. Agar ke depannya masyarakat juga bisa bersikap dan terhindar dari hoaks,” tambahnya.
Sementara itu, satu petinggi di ITB Stikom Bali Dadang Hermawan menambahkan, bahwa berita hoaks yang beredar ini sejatinya sudah pernah diklarifikasi pada tahun 2015 silam.
Dimana saat itu, Stikom Bali diisukan berafiliasi dengan kelompok radikal ISIS.
Kata Dadang, pihak penyebar hoaks menghubungkan tudingan itu dengan sejumlah sarana milik kampus ITB Stikom Bali diantaranya mobil operasional milik kampus yang memiliki nomor polisi dengan angka unik, yakni 1515.
“Masalah ini pertama kali di tahun 2015. Terkait nomor kendaraan mobil kami 1515. Nomor itu sendiri ada karena ingin ada ciri khas saja. Makanya dikasih nomor plat yang sama dengan beberapa mobil lain juga. Tidak ada hubungannya dengan ISIS,” terangnya.
Bahkan masih terkait mobil, Dadang mengaku jika saat ini sudah ada tiga mobil yang nomor platnya sudah diganti.
“Satu lainnya belum diganti karena masa aktif STNK-nya belum habis,” tukasnya.