29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:29 AM WIB

Pantau Pergerakan Teroris Sejak 3 Bulan, Telusuri Jaringan JAD di Bali

DENPASAR – Dua terduga Teroris Achmad Taufikkurrahman, 45, dan anaknya ZAI, 14, masih jalani pemeriksaan secara maraton di Mapolda Bali, Senin (14/10) kemarin.

Bapak dan anak yang masuk dalam jaringan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD) ini diperiksa langsung oleh Densus 88 Antiteror, Ditreskrimsus, dan Satgas Anti Teror Polda Bali.

Aparat gabungan juga masih menelusuri jaringan kelompok ini di lapangan. Kepastian awal, keduanya masih ada kaitan dengan Abu Rara, penusuk Menkopolhukam Wiranto.

Hasil pengembangan itu nanti akan dilaporkan ke Mabes Polri untuk penyelidikan lebih lanjut. “Densus 88 Antiteror, Ditreskrimsus,

dan Satgas Anti Teror Polda Bali masih melakukan pengembangan di lapangan,” ujar Kabidhumas Polda Bali Kombes Hengky Widjaja.

Selain pengembangan, tim gabungan juga tengah melakukan pemantuan di lapangan. Hasil sementara, Bali aman.

“Sebenarnya target sudah dimonitor, TO ini baru melakukan observasi dan menyiapkan busur, panah, senjata dan sebagainya.

Karena jaringan ini mulai beraksi, apalagi mereka aktif mengikuti perkembangan di medsos sehingga langsung diamankan. Pengungkapan jaringan ini harus komprehensif, tidak parsial,” bebernya.

Kombes Hengky membenarkan bahwa kedua pria (bapak dan anak) ini ada dalam grup Menanti Imam Al Mahdi.

“Fungsi WA itu pun salah, sebab mendorong orang, mendorong jaringannya, mendorong suporternya, mendorong sel-sel yang seharusnya tidak aktif untuk teror. Karena itu langsung diamankan,” cetus Kombes Hengky.

 “Sebenarnya kita berpikir untuk maju dan tidak ada ideologi lain, tidak boleh lagi ada bentuk negara lain, yang ada hanya NKRI dengan ideologi pancasila, UUD 1945, itu poinnya,” cetusnya.

Disinggung mengenai kedunya sudah melakukan survei di Ubud, Kombes Hengky menyatakan bahwa saat keduanya bergerak ke Ubud, anggota sudah melakukan pemantauan pergerakan mereka.

 “Pergerakan mereka sejak tiga bulan lalu sudah diikuti kok. Tujuannya pre-emtif strike tapi tentunya lakukan kegiatan itu harus juga proses dengan criminal justice system, harus kita dukung alat bukti jadi ini tidak seperti kita bermain film,” paparnya.

DENPASAR – Dua terduga Teroris Achmad Taufikkurrahman, 45, dan anaknya ZAI, 14, masih jalani pemeriksaan secara maraton di Mapolda Bali, Senin (14/10) kemarin.

Bapak dan anak yang masuk dalam jaringan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD) ini diperiksa langsung oleh Densus 88 Antiteror, Ditreskrimsus, dan Satgas Anti Teror Polda Bali.

Aparat gabungan juga masih menelusuri jaringan kelompok ini di lapangan. Kepastian awal, keduanya masih ada kaitan dengan Abu Rara, penusuk Menkopolhukam Wiranto.

Hasil pengembangan itu nanti akan dilaporkan ke Mabes Polri untuk penyelidikan lebih lanjut. “Densus 88 Antiteror, Ditreskrimsus,

dan Satgas Anti Teror Polda Bali masih melakukan pengembangan di lapangan,” ujar Kabidhumas Polda Bali Kombes Hengky Widjaja.

Selain pengembangan, tim gabungan juga tengah melakukan pemantuan di lapangan. Hasil sementara, Bali aman.

“Sebenarnya target sudah dimonitor, TO ini baru melakukan observasi dan menyiapkan busur, panah, senjata dan sebagainya.

Karena jaringan ini mulai beraksi, apalagi mereka aktif mengikuti perkembangan di medsos sehingga langsung diamankan. Pengungkapan jaringan ini harus komprehensif, tidak parsial,” bebernya.

Kombes Hengky membenarkan bahwa kedua pria (bapak dan anak) ini ada dalam grup Menanti Imam Al Mahdi.

“Fungsi WA itu pun salah, sebab mendorong orang, mendorong jaringannya, mendorong suporternya, mendorong sel-sel yang seharusnya tidak aktif untuk teror. Karena itu langsung diamankan,” cetus Kombes Hengky.

 “Sebenarnya kita berpikir untuk maju dan tidak ada ideologi lain, tidak boleh lagi ada bentuk negara lain, yang ada hanya NKRI dengan ideologi pancasila, UUD 1945, itu poinnya,” cetusnya.

Disinggung mengenai kedunya sudah melakukan survei di Ubud, Kombes Hengky menyatakan bahwa saat keduanya bergerak ke Ubud, anggota sudah melakukan pemantauan pergerakan mereka.

 “Pergerakan mereka sejak tiga bulan lalu sudah diikuti kok. Tujuannya pre-emtif strike tapi tentunya lakukan kegiatan itu harus juga proses dengan criminal justice system, harus kita dukung alat bukti jadi ini tidak seperti kita bermain film,” paparnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/