25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:42 AM WIB

[Terungkap] Café Titit TKP Bunuh Diri Cewek Cafe Masuk Kawasan Suci

GAROKGAK- Tewasnya AM, 16, seorang waitress atau pelayan café Titit yang masih berusia dibawah umur dan nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri terus menjadi pergunjingan public.

Bukan hanya korban yang masih dibawah umur dan pemilik kafe mantan anggota Dewan Buleleng. Belakangan dari informasi yang diterima Jawa Pos Radar Bali (JPRB), café Titit juga berlokasi di kawasan suci Pura Sad Khayangan Jagat Bali

Mirisnya lagi, Café Tittit bukan satu-satunya tempat hiburan di kawasan suci. Namun, dari penelusuran JPRB, ada lima café remang-remang yang juga tersebar di area sekitar pura.

Seperti di Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, Pura Puncak Manik, Pura Belatung, Pura Pucak Sari, Pura Pulaki dan Pura Pabean.

Kelima café itu, yakni cafe BPJS berada tak jauh dengan lokai menuju Pura Puncak Manik. Cafe Purnama dan cafe Paradise berada pada kawasan Pura Kerta Kawat. Kemudian café titit dan Cafe Zaddam berada di kawasan suci Pura Melanting milik dari mantan anggota DPRD Buleleng.

Ironisnya, keberadaan café tersebut sama sekali tak tersentuh aparat desa dan petugas.  

Salah seorang warga Desa Banyupoh Ketut Kartika mengaku lima cafe tersebut beroperasi sudah lama. Masyarakat beberapa kali protes terkait keberadaan café yang beroperasi. Tetapi terus saja beroperasi.   

“Lima café sangatlah tidak elok berada di kawasan spiritual, saya dan masyarakat tidak setuju ada café. Ini adalah kawasan suci ada beberapa pura yang mesti harus dijaga kesucianya,” keluh mantan anggota TNI.

Dia menyebut lima café tersebut hampir setiap hari beroperasi. Bahkan tidak memiliki ijin jelas dan lepas dari pengawasan. Seperti ada pembiaran dan para pemangku kebijakan seolah-olah tutup mata.

“Kami berharap pihak kecamatan dan PHDI di Buleleng harus turun ke lapangan dan melarang beroperasi café-cafe tersebut,” ungkapnya.

Disisi lain Kelian Desa Adat Banyupoh Ida Bagus Ketut Nuh yang baru setahun menjabat tak menampik jika di kawasan Suci Pura Sad Khayangan Jagat Bali terdapat sejumlah cafe yang bertahun-tahun telah beroperasi. Diakuinya pernah ada sidak dari pihak kecamatan terkait café-café tersebut. Tetapi belum ada tindakan tegas. Sebatas teguran saja dan surat peringatan untuk penutupan belum ada.

“Kami dalam waktu dekat di desa berencana membuat sebuah awig-awig. Agar café tersebut tidak beroperasi dikawasan Suci Pura Sad Khayangan Jagat Bali,” tuturnya.

Sambil berjalan menunggu menunggu aspirasi untuk membentuk awig-awig. Sebagai langkah awal pihaknya berharap pihak kepala desa, satpol PP, aparat kepolisian untuk turun menutup café-café tersebut.

“Kami ingin desa dan kawasan Suci Pura Sad Khayangan bersih dari lingkungan kotor seperti itu. Jujur setelah pemberitaan orang gantung diri wanita cafe, warga desa sudah risih,” imbuhnya.

 

GAROKGAK- Tewasnya AM, 16, seorang waitress atau pelayan café Titit yang masih berusia dibawah umur dan nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri terus menjadi pergunjingan public.

Bukan hanya korban yang masih dibawah umur dan pemilik kafe mantan anggota Dewan Buleleng. Belakangan dari informasi yang diterima Jawa Pos Radar Bali (JPRB), café Titit juga berlokasi di kawasan suci Pura Sad Khayangan Jagat Bali

Mirisnya lagi, Café Tittit bukan satu-satunya tempat hiburan di kawasan suci. Namun, dari penelusuran JPRB, ada lima café remang-remang yang juga tersebar di area sekitar pura.

Seperti di Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, Pura Puncak Manik, Pura Belatung, Pura Pucak Sari, Pura Pulaki dan Pura Pabean.

Kelima café itu, yakni cafe BPJS berada tak jauh dengan lokai menuju Pura Puncak Manik. Cafe Purnama dan cafe Paradise berada pada kawasan Pura Kerta Kawat. Kemudian café titit dan Cafe Zaddam berada di kawasan suci Pura Melanting milik dari mantan anggota DPRD Buleleng.

Ironisnya, keberadaan café tersebut sama sekali tak tersentuh aparat desa dan petugas.  

Salah seorang warga Desa Banyupoh Ketut Kartika mengaku lima cafe tersebut beroperasi sudah lama. Masyarakat beberapa kali protes terkait keberadaan café yang beroperasi. Tetapi terus saja beroperasi.   

“Lima café sangatlah tidak elok berada di kawasan spiritual, saya dan masyarakat tidak setuju ada café. Ini adalah kawasan suci ada beberapa pura yang mesti harus dijaga kesucianya,” keluh mantan anggota TNI.

Dia menyebut lima café tersebut hampir setiap hari beroperasi. Bahkan tidak memiliki ijin jelas dan lepas dari pengawasan. Seperti ada pembiaran dan para pemangku kebijakan seolah-olah tutup mata.

“Kami berharap pihak kecamatan dan PHDI di Buleleng harus turun ke lapangan dan melarang beroperasi café-cafe tersebut,” ungkapnya.

Disisi lain Kelian Desa Adat Banyupoh Ida Bagus Ketut Nuh yang baru setahun menjabat tak menampik jika di kawasan Suci Pura Sad Khayangan Jagat Bali terdapat sejumlah cafe yang bertahun-tahun telah beroperasi. Diakuinya pernah ada sidak dari pihak kecamatan terkait café-café tersebut. Tetapi belum ada tindakan tegas. Sebatas teguran saja dan surat peringatan untuk penutupan belum ada.

“Kami dalam waktu dekat di desa berencana membuat sebuah awig-awig. Agar café tersebut tidak beroperasi dikawasan Suci Pura Sad Khayangan Jagat Bali,” tuturnya.

Sambil berjalan menunggu menunggu aspirasi untuk membentuk awig-awig. Sebagai langkah awal pihaknya berharap pihak kepala desa, satpol PP, aparat kepolisian untuk turun menutup café-café tersebut.

“Kami ingin desa dan kawasan Suci Pura Sad Khayangan bersih dari lingkungan kotor seperti itu. Jujur setelah pemberitaan orang gantung diri wanita cafe, warga desa sudah risih,” imbuhnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/