33.4 C
Jakarta
20 November 2024, 15:41 PM WIB

Begini Ceritanya Napi Asimilasi Ditangkap Kasus Narkoba Versi Kalapas…

DENPASAR – Penangkapan Samsul Arifin, 32, narapidana (napi) Lapas Kerobokan yang menjadi kurir 200 butir ekstasi oleh Polda Bali di halaman depan rumah dinas Kalapas Kerobokan, Jumat (14/9) lalu mencoreng wajah Kanwil Hukum dan HAM Bali.

Tak ingin citra korps makin tercoreng, Kalapas Kerobokan Tonny Nainggolan menceritakan dari awal bagaimana Samsul Arifin bisa ada di rumah jabatan.

Tonny menyebut saat bersih-bersih di luar lapas atau sesaat sebelum ditangkap polisi, Samsul bersama lima orang napi lainnya mendapat pengawasan dua orang sipir.

Samsul dkk juga sudah diperiksa saat meninggalkan lapas. Berdasar rekaman CCTV dan hasil pemeriksaan, Samsul dkk bersih.

Pernyataan Tonny ini ingin menepis tudingan jika ekstasi dibawa Samsul dari dalam lapas. “Yang mengawasi enam orang petugas, mungkin ada kekhilafan petugas,” dalihnya.

Tonny menyatakan siap bekerja sama dengan kepolisian jika diduga ada peredaran narkoba di dalam lapas. Dia janji tidak akan menutupi apa yang terjadi di dalam lapas.

“Sekali lagi, kejadiannya itu di depan rumah, bukan di dalam rumah atau di dalam kamar saya. Saya waktu itu sedang cuti pulang kampung ke Samosir, Medan,” sergahnya.

“Selama ini saya di Bali membujang. Rumah dinas selalu saya kunci dan tidak ada yang bisa masuk,” imbuhnya.  

Kakanwil Hukum dan HAM Bali Maryoto Sumadi  membenarkan jika penangkapan Samsul terjadi di depan rumah kalapas.

Kejadian ini, kata Sumadi, menjadi masukan bagi pihaknya untuk meningkatkan keamanan dalam lapas. Pun terkait kesigapan petugas juga akan dievaluasi.

“Tapi, saya tidak pernah bosan menyampaikan jika jumlah petugas dan isi Lapas sangat tidak sebanding untuk melakukan proses pembinaan. Kemampuan manusia kan ada batasnya,” katanya.

Begitu juga soal dengan pemberian asimilasi akan diperketat. “Tapi ketatnya manusia,” tukasnya.

DENPASAR – Penangkapan Samsul Arifin, 32, narapidana (napi) Lapas Kerobokan yang menjadi kurir 200 butir ekstasi oleh Polda Bali di halaman depan rumah dinas Kalapas Kerobokan, Jumat (14/9) lalu mencoreng wajah Kanwil Hukum dan HAM Bali.

Tak ingin citra korps makin tercoreng, Kalapas Kerobokan Tonny Nainggolan menceritakan dari awal bagaimana Samsul Arifin bisa ada di rumah jabatan.

Tonny menyebut saat bersih-bersih di luar lapas atau sesaat sebelum ditangkap polisi, Samsul bersama lima orang napi lainnya mendapat pengawasan dua orang sipir.

Samsul dkk juga sudah diperiksa saat meninggalkan lapas. Berdasar rekaman CCTV dan hasil pemeriksaan, Samsul dkk bersih.

Pernyataan Tonny ini ingin menepis tudingan jika ekstasi dibawa Samsul dari dalam lapas. “Yang mengawasi enam orang petugas, mungkin ada kekhilafan petugas,” dalihnya.

Tonny menyatakan siap bekerja sama dengan kepolisian jika diduga ada peredaran narkoba di dalam lapas. Dia janji tidak akan menutupi apa yang terjadi di dalam lapas.

“Sekali lagi, kejadiannya itu di depan rumah, bukan di dalam rumah atau di dalam kamar saya. Saya waktu itu sedang cuti pulang kampung ke Samosir, Medan,” sergahnya.

“Selama ini saya di Bali membujang. Rumah dinas selalu saya kunci dan tidak ada yang bisa masuk,” imbuhnya.  

Kakanwil Hukum dan HAM Bali Maryoto Sumadi  membenarkan jika penangkapan Samsul terjadi di depan rumah kalapas.

Kejadian ini, kata Sumadi, menjadi masukan bagi pihaknya untuk meningkatkan keamanan dalam lapas. Pun terkait kesigapan petugas juga akan dievaluasi.

“Tapi, saya tidak pernah bosan menyampaikan jika jumlah petugas dan isi Lapas sangat tidak sebanding untuk melakukan proses pembinaan. Kemampuan manusia kan ada batasnya,” katanya.

Begitu juga soal dengan pemberian asimilasi akan diperketat. “Tapi ketatnya manusia,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/