NEGARA – Kasus ulah pati dengan gantung diri kembali terjadi di Jembrana, Bali.
Diduga frustasi karena penyakit stroke yang tak kunjung sembuh, I Ketut Winarma,63, warga Banjar Kaleran, Yehembang Kangin, Mendoyo nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri.
Kanit Reskrim Polsek Mendoyo, Ipda Gusti Ngurah Artha Kumara, dikonfirmasi terkait kasus gantung diri di Mendoyo membenarkan.
Dijelaskan, awal mula hingga korban ditemukan tewas gantung diri, berawal dari istri korban, yakni saksi Ni Nyoman Sumarni,55, yang hendak memasak sekitar pukul 04.00 pagi.
Saat hendak memasak, saksi yang sebelumnya tak ada firasat apapun melihat korban sudah dalam posisi tergantung di kayu palang depan dapur dengan leher terjerat kain selimut yang dipakai tidur korban.
Melihat suaminya tak bergerak, istri korban yang kaget dan histeris langsung meminta bantuan anaknya Kadek Muli Astuti,29, untuk mengevakuasi jasad korban.
“Setelah simpul ikatan kain berhasil dilepas, korban kemudian diturunkan. Saat diturnkan itu tubuh korban masih hangat, namun sudah meninggal dunia,” ujar Artha Kumara.
Menurut Kumara, sebelum ditemukan tewas, dari keterangan istri korban, korban dan istrinya sempat terbangun pukul 02.00 untuk buang air kecil ke kamar mandi.
Namun usai buang air kecil, istri korban langsung masuk ke kamar untuk tidur lagi di kamar. “Barulah paginya istri korban mengetahui suaminya saat hendak masak itu,”jelas Kumara.
Menurut Kumara, saat ditemukan bunuh diri, korban mengenakan baju kemeja warna abu- abu dan celana kolor warna biru.
“Kasus itu sudah dilaporkan ke kami dan tim Inafis Polres Jembrana bersama petugas medis dari Puskesmas Yehembang juga sudah turun untuk melakukan pemeriksaan dan olah TKP,”jelasnya.
Sesuai hasil pemeriksaan dan olah TKP serta keterangan saksi-saksi, tidak ditemukan tanda kekerasan di tubuh korban. “Dugaan sementara korban nekat mengakhiri hidup karena frustasi akibat penyakit stroke yang dideritanya sejak sepuluh bulan terakhir. Meski sempat sembuh, namun belum sembuh total,”terangnya.
Sedangkan atas kejadian itu, jenazah korban tidak diotopsi karena pihak keluarga mengihklaskan sebagai musibah.