27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 8:25 AM WIB

Warga Asing Otaki Perampokan di Bali, Imigrasi Sebut Risiko Obral Visa

DENPASAR – Ini ibarat memakan buah simalakama. Keputusan pemerintah mengobral visa demi mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) justru mendatangkan masalah krimnal di Bali.

Betapa tidak, dari rentetan perampokan dan pembobolan ATM, pelakunya adalah warga negara asing (WNA).

Ironisnya, WNA pelaku kejahatan bukanlah turis kere atau dari negara yang selama ini dikenal banyak menyumbang turis backpacker.

Pelaku kejahatan ini datang dari negara-negara Eropa yang lumayan mapan. Salah satunya Rusia. Butuh perjalanan panjang, rencana matang, dan kocek tebal jika orang Rusia ke Bali.

“Ya, ini salah satu risiko membuka pintu selebar-lebarnya (untuk WNA). Kita harus siap dan sigap,” kata Kepala Kantor Imigrasi Kelas I khusus TPI (Tempat Pemreriksaan Imigrasi) Ngurah Rai, Amran Aris saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.

Amran tak menampik bisa saja ada kejahatan lain selain perampokan. Kejahatan itu dilakukan karena memanfaatkan kelonggaran bebas visa.

Salah satunya mereka menggunakan visa kunjungan, tapi faktanya mereka bekerja. Banyak juga dari mereka yang sengaja melampaui masa tinggal atau overstay.

Berdasar informasi yang didapat Jawa Pos Radar Bali, prostitusi yang melibatkan orang asing lumayan banyak di Bali. Khususnya di “kampung turis” Kuta.

Tidak hanya turis yang berambut blonde, tapi juga turis dari Afrika. Bahkan, informasinya pelacur yang diimpor dari Afrika ini memiliki pasar tersendiri.

Terkait informasi tersebut, Amran belum bisa menjelaskan. “Nanti kalau sudah ada buktinya pasti kami ekspose,” tegasnya.

Ditanya apakah kebijakan bebas visa ini bisa dianulir, Amran mengataan bisa saja dievaluasi. Tapi, hanya untuk negara-negara yang memang warganya banyak melakukan pelanggaran memanfaatkan bebas visa.

Amran mencontohkan, beberapa tahun lalu bebas visa untuk warga Iran pernah dianulir setelah terjadi permasalahan. Warga Iran yang ke Indonesia tak lagi bisa bebas menggunakan VoA atau visa kunjungan.

 

 

DENPASAR – Ini ibarat memakan buah simalakama. Keputusan pemerintah mengobral visa demi mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) justru mendatangkan masalah krimnal di Bali.

Betapa tidak, dari rentetan perampokan dan pembobolan ATM, pelakunya adalah warga negara asing (WNA).

Ironisnya, WNA pelaku kejahatan bukanlah turis kere atau dari negara yang selama ini dikenal banyak menyumbang turis backpacker.

Pelaku kejahatan ini datang dari negara-negara Eropa yang lumayan mapan. Salah satunya Rusia. Butuh perjalanan panjang, rencana matang, dan kocek tebal jika orang Rusia ke Bali.

“Ya, ini salah satu risiko membuka pintu selebar-lebarnya (untuk WNA). Kita harus siap dan sigap,” kata Kepala Kantor Imigrasi Kelas I khusus TPI (Tempat Pemreriksaan Imigrasi) Ngurah Rai, Amran Aris saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.

Amran tak menampik bisa saja ada kejahatan lain selain perampokan. Kejahatan itu dilakukan karena memanfaatkan kelonggaran bebas visa.

Salah satunya mereka menggunakan visa kunjungan, tapi faktanya mereka bekerja. Banyak juga dari mereka yang sengaja melampaui masa tinggal atau overstay.

Berdasar informasi yang didapat Jawa Pos Radar Bali, prostitusi yang melibatkan orang asing lumayan banyak di Bali. Khususnya di “kampung turis” Kuta.

Tidak hanya turis yang berambut blonde, tapi juga turis dari Afrika. Bahkan, informasinya pelacur yang diimpor dari Afrika ini memiliki pasar tersendiri.

Terkait informasi tersebut, Amran belum bisa menjelaskan. “Nanti kalau sudah ada buktinya pasti kami ekspose,” tegasnya.

Ditanya apakah kebijakan bebas visa ini bisa dianulir, Amran mengataan bisa saja dievaluasi. Tapi, hanya untuk negara-negara yang memang warganya banyak melakukan pelanggaran memanfaatkan bebas visa.

Amran mencontohkan, beberapa tahun lalu bebas visa untuk warga Iran pernah dianulir setelah terjadi permasalahan. Warga Iran yang ke Indonesia tak lagi bisa bebas menggunakan VoA atau visa kunjungan.

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/