Mencuatnya kasus dugaan pencabulan yang dilakukan pimpinan Yayasan Sosial terhadap 9 anak panti di Gerogak benar-benar membuat geger warga.
Meski kasus ini sudah menuai sorotan dari Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak Daerah (KPPAD) Bali dan tengah dilakukan penyelidikan oleh kepolisian, banyak warga yang tak percaya jika K melakukan aksi pencabulan.
Lalu bagaimana sebenarnya kehidupan K di mata warga sekitar ?
JULIADI, Gerokgak
Salah satu Yayasan Sosial di Gerokgak ini mendadak jadi sorotan.
Munculnya sejumlah pemberitaan media terhadap dugaan perilaku asusila yang dilakukan oknum pimpinan yayasan juga makin menambah penasaran public khususnya warga sekitar yayasan.
Jawa Pos Radar Bali yang juga penasaran dengan yayasan yang dihuni oleh anak panti dari berbagai daerah, bahkan luar Bali itupun mencoba melakukan penelusuran.
Setiba di depan yayasan, Jumat (21/6) kondisi yayasan tampak sepi dengan kondisi jendela terlihat terbuka .
Sementara masih dari luar ruas Jalan Utama Singaraja-Gilimanuk, tidak ada aktivitas seperti lalu lalang anak panti maupun pengelola di dalam yayasan.
Setelah sempat melihat-lihat sekitar yayasan, Jawa Pos Radar Bali kemudian menemui Made Mangku Kawit salah satu perangkat di desa itu.
Saat ditemui di pura puseh desa mengatakan keberadaan yayasan sosial tersebut sudah puluhan tahun berdiri disini.
Pihaknya hanya tahu aktivitas dan kegiatan di yayasan dari luar.
Sedangkan secara persis, Made Mangku mengaku tidak tahu aktitivitas di dalam.
Hanya dari yang ia ketahui secara umum, kegiatan di yayasan itu sangat positif . Selain aktif di bidang sosial, di yayasan ini juga terdapat group seni musik dan yang terlibat anak-anak yayasan
.
“Saya merasa kaget mendengar infromasi bahwa ada kasus pencabulan di yayasan. Sepengetahuan saya tingkah laku yang bersangkutan oknum pimpinan yayasan yang melakukan tidak diluar batas kewajaran. Karena yang bersangkutan sangat aktif membatu warga miskin kurang mampu dengan memberikan bantuan sembako, bahkan bagi warga tidak mampu ketika sakit dia (oknum pimpinan yayasan) yang mjencari KIS. Agar dapat berobat ke rumah sakit,” ungkapnya.
Dia menambahkan dari penempatan anak asuh yang tinggal di yayasan ada dari luar daerah. Seperti Flores, Sumbawa, Lombok, Sumatra dan dari penduduk lokal desa setempat
Untuk anak asuh dari luar Bali kesehariannya diatur oleh pihak yayasan. Sedangkan anak asuh yang berasal dari luar desa tidak menetap di yayasan.
Tetapi tinggal di rumah masing-masing. Maka setiap ada kegiatan baru penduduk lokal datang ke yayasan.
“Mengenai kegiatan dan aktivitas yang saya ketahui positif. Biasanya mereka belajar seni dan sekolah berada di yayasan. Sementara kegiatan lainnya yakni pemeliharaa hewan ternak sapi dan kambing,” terangnya.
Anak-anak asuh yayasan yang masih duduk pada jenjang SD, SMP dan SMA setiap hari diantar bersekolah menggunakan mobil.
Karena ada mobil untuk operasional yayasan. Bahkan panti juga memiliki usaha seperti toko listrik dan usaha foto copy.
Dan semua itu usaha tersebut di kelola oleh yayasan.
Perihal dengan yang bersangkutan oknum pimpinan yayasan dan pengurus yayasan pihaknya belum melakukan pemanggilan. Pihaknya masih menunggu proses hukum tindaklanjut dari aparat kepolisian.
“Bersangkutan oknum pimpinan yayasan masih diduga melakukan tidak pencabulan. Jika sudah benar bersalah maka pengurus yayasan kami akan panggil. Jika benar bersalah maka baru kami akan ambil tindakan,” tegasnya.