DENPASAR – Aparat keamanan melakukan pengamanan ekstra di sejumlah objek vital pasca-bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur.
Titik-titik yang berpotensi menjadi sasaran pelaku terror dijaga ketat. Ruang gerak para pihak yang mencoba meneror keamanan masyarakat dipersempit.
Upaya keras apparat ini mendapat respons positif Pakar ilmu kriminal atau kriminolog dari Universitas Udayana (Unud), Gde Made Suwardana.
Dikatakan Suwardana, saat ini kondisi kemanan secara nasional belum pulih. Aktivitas masyarakat memang tetap berjalan seperti biasa.
Namun, hari raya Galungan dan Kuningan serta Idul Fitri yang berdekatan perlu mendapat perhatian khusus.
Apalagi, dari pengamatan intelejen atau kepolisian Bali itu yang secara geografis berdekatan dengan Surabaya sangat rawan untuk menjadi tempat pelarian teroris.
Dia meminta jalur Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai, Benoa, hingga sejumlah pelabuhan di Buleleng diawasi ketat. Terutama pelabuhan tikus yang banyak bertebaran di Buleleng.
“Galungan dan Kuningan serta Idul Fitri ini harus diamankan. Terutama nanti saat arus mudik, semua harus merasa aman,” imbuh pria berkacamata itu.
Sebab, lanjut Suwardana, berkaca pada kasus di Surabaya dan Riau, teroris tidak melihat latar berlakang korban. “
Teroris tidak melihat agama. Mereka tujuannya menghacurkan bangsa,” tukasnya. Suwardana juga menyatakan sepakat hukuman pidana mati bagi pelaku teroris.
Pemerintah juga perlu memperhatikan residivis kasus terorisme. “Bali jangan sampai kecolongan lagi. Kalau terjadi lagi, acara IMF – World Bank bisa kacau,” tukasnya.