GIANYAR – Pekerja proyek pembuatan septic tank di rumah Dominggus di Banjar Dauh Uma, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar, tampak syok.
Betapa tidak, saat tengah menggali lubang, mereka justru menemukan tulang belulang disertai perunggu yang diduga bekal kubur. Temuan itu telah dilaporkan ke ahli purbakala.
Seorang pekerja, Didik, mengaku awalnya biasa saja menggali tanah untuk keperluan septic tank. Dia bekerja dibantu dua rekannya.
Saat penggalian kedalaman 1 meter, pekerja menemukan benda mirip tulang. Semula, pekerja mengira tulang biasa.
Namun ketika digali lebih seksama, ternyata ada semacam rangkaian tulang. Bahkan, pekerja juga menemukan benda mirip perunggu.
“Saat ditemukan kami lihat ada tulang belulang dan alat pertanian dari perunggu. Kami langsung memberi tahu pemilik proyek,” ujar Didik kemarin.
Selanjutnya, tulang belukang dan perunggu yang diduga bekal kubur diangkat. Lalu diletakkan di kain warna putih.
Tulang belukang lantas dititipkan sementara kepada pemilik rumah yang seorang anggota TNI. Benda itu dititipkan sembari menunggu datangnya petugas dari Balai Arkeologi Bali.
Setelah tulang belulang dan bekal kubur diangkat, pembangunan septictank kembali dilanjutkan. Pemilik rumah memasang bois. Untuk sementara, lubang septictank ditutup dengan triplek.
Sementara itu, Bhabinkamtibmas Kelurahan Bitera, Aiptu I Wayan Mustika yang mendengar laporan itu langsung menuju lokasi penemuan.
Aiptu Mustika juga berkoordinasi dengan tim dari Kantor Purbakala Gianyar. Lantas, tim Purbakala Gianyar sempat mengecek benda itu pada Minggu (20/9) pukul 09.30.
“Setelah dicek, benda itu dititip sementara. Menunggu tim Purbakala Provinsi Bali,” ujar Aiptu Mustika.
Mustika sendiri sempat melihat proses evakuasi terhadap tulang belukang itu. “Kami lihat seperti tulang kaki. Tapi baru diangkat rapuh. Tapi jelas itu rangkaian tulang,” jelasnya.
Selain tulang, kata Mustika, juga melihat semacam alat pertanian terbuat dari perunggu yang diduga bekal kubur.
“Benda itu mirip Patuk. Dipakai untuk menyoncong (menggali, red) tanah. Patuk itu alat pertanian,” jelasnya.
Dari keterangan yang diperoleh Mustika dari pihak Purbakala Gianyar saat itu, alat semacam Patuk itu juga dikoleksi oleh pihak Purbakala Gianyar.
“Ada katanya koleksi sejenis mirip dengan yang baru ditemukan,” terangnya. Mustika yang tinggal dan juga berasal dari Kelurahan Bitra menerangkan, sepengetahuannya, kawasan di atas proyek rumah itu areal persawahan.
“Dulu lahan pertanian. Sawah,” terangnya. Namun, Mustika sendiri banyak mendengar cerita kakek-kakek yang membangun jalan di wilayah itu.
“Katanya banyak ditemukan gelang-gelang. Pas membuat jalan banyak ditemukan gelang itu,” bebernya.
Di bagian lain, Kepala Balai Arkaelogi Bali, Gusti Suarbawa mengaku belum ke lokasi penemuan. “Saya belum sempat kesana. Tidak bisa komentar dulu,” ujarnya.
Meski begitu, ada beberapa dugaan mengenai tulang belulang tanpa sarkofagfus itu. “Lihat bekal kuburnya berupa apa? Kalau tidak ada sarkofagfus, bisa jadi dulu sistem kubur (zaman, red) tanpa wadah,” ujarnya.
Kemungkinan lain, kata dia, jasad pada tulang belulang tersebut memang ditutup dengan wadah yang terbuat dari kayu. “(Bisa saja, red) Wadah kubur terbuat dari kayu sudah hancur,” pungkasnya.