29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:41 AM WIB

Gila! Hanya Sehari, Tajen Beromzet Rp 1 M Berpindah Ke Tebongkang Ubud

UBUD-Maraknya pratik judi tajen keliling di Gianyar nyata adanya.

Bahkan meski menuai sorotan, praktik judi sabung ayam ini masih terus berlangsung dan terus berpindah.

 

Seperti disampaikan Ketua Gerakan Pejuang Aspirasi Rakyat (Gappar) Kabupaten Gianyar, Ngakan Made Rai.

 

Menurutnya, usai digelar di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, arena tajen  kini pindah di sebelah setra Tebongkan, Kecamatan Ubud.

 

Kata Ngakan Rai, ada ribuan peserta judi tajen yang bertaruh.

“Di dalam arena itu banyak yang bertaruh, dari ratusan ribu sampai puluhan juta. Itu kan perjudian,” tegas Ngakan Rai kepada Jawa Pos Radar Bali.

 

Bahkan seperti biasa, kata Ngakan Rai, saat gelaran tajen, ada praktik judi lain di sekitar lokasi seperti cap jeki, bola adil, dan dadu.

 

Berdasarkan informasi yang diperoleh Gappar, saat tajen di Tebongkang kemarin, ada 3 lapak cap jeki, 2 lapak bola adil, dan 3 lapak dadu.

 

Ngakan Rai pun mengaku miris dengan kondisi tersebut.

 

“Tajen keliling ini setiap hari digelar. Keliling kecamatan. Di setiap kecamatan ada 1 tajen besar digelar seperti ini,” ujarnya.

 

Mengenai praktik perjudian Ngakan Rai mendorong aparat terkait bisa menindak.

 

“Ini murni penyakit masyarakat. Kami minta aparat bisa menindak dan saya bisa menunjukkan lokasinya,” ujarnya.

 

Kata dia, apabila tajen menyangkut upacara, pihaknya menyambut baik.

 

“Kalau untuk upacara kan dicari darahnya, hanya tiga kali aduan saja. Ini sampai berulang kali dan pakai uang,” jelasnya.

 

Disamping itu, apabila memang ada upacara, tentunya yang hadir pasti mengenakan pakaian adat.

 “Faktanya ini kebanyakan pakai celana kolor, itu murni orang berjudi,” tegasnya.

 

Diakui, di arena tajen itu banyak perputaran uang di luar perjudian. Yakni adanya pedagang, penjual ayam dan lainnya.

 

“Yang jualan di dalam paling 5 pedagang buka warung sementara. Sama pedagang asongan menawarkan air dan jajan. Lebih baik jualan di pasar yang sudah disediakan,” pintanya.

 

Seperti diketahui, praktik judi tajen keliling di Gianyar berlangsung setiap hari keliling dari satu arena ke arena lain.

 

Peserta yang hendak menonton atau bertaruh harus membayar masuk seharga Rp 30 ribu.

 

Apabila peserta mencapai seribu orang saja, maka pemasukan bisa mencapai Rp 30 juta per hari.

 

Belum lagi kontrakan dari lapak judi cap jeki, bola dan dadu membayar kontrakan ke kelompok judi tajen.

 

Dari pemasukan itu saja, sebulan bisa tembus hingga Rp 1 miliar.

UBUD-Maraknya pratik judi tajen keliling di Gianyar nyata adanya.

Bahkan meski menuai sorotan, praktik judi sabung ayam ini masih terus berlangsung dan terus berpindah.

 

Seperti disampaikan Ketua Gerakan Pejuang Aspirasi Rakyat (Gappar) Kabupaten Gianyar, Ngakan Made Rai.

 

Menurutnya, usai digelar di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, arena tajen  kini pindah di sebelah setra Tebongkan, Kecamatan Ubud.

 

Kata Ngakan Rai, ada ribuan peserta judi tajen yang bertaruh.

“Di dalam arena itu banyak yang bertaruh, dari ratusan ribu sampai puluhan juta. Itu kan perjudian,” tegas Ngakan Rai kepada Jawa Pos Radar Bali.

 

Bahkan seperti biasa, kata Ngakan Rai, saat gelaran tajen, ada praktik judi lain di sekitar lokasi seperti cap jeki, bola adil, dan dadu.

 

Berdasarkan informasi yang diperoleh Gappar, saat tajen di Tebongkang kemarin, ada 3 lapak cap jeki, 2 lapak bola adil, dan 3 lapak dadu.

 

Ngakan Rai pun mengaku miris dengan kondisi tersebut.

 

“Tajen keliling ini setiap hari digelar. Keliling kecamatan. Di setiap kecamatan ada 1 tajen besar digelar seperti ini,” ujarnya.

 

Mengenai praktik perjudian Ngakan Rai mendorong aparat terkait bisa menindak.

 

“Ini murni penyakit masyarakat. Kami minta aparat bisa menindak dan saya bisa menunjukkan lokasinya,” ujarnya.

 

Kata dia, apabila tajen menyangkut upacara, pihaknya menyambut baik.

 

“Kalau untuk upacara kan dicari darahnya, hanya tiga kali aduan saja. Ini sampai berulang kali dan pakai uang,” jelasnya.

 

Disamping itu, apabila memang ada upacara, tentunya yang hadir pasti mengenakan pakaian adat.

 “Faktanya ini kebanyakan pakai celana kolor, itu murni orang berjudi,” tegasnya.

 

Diakui, di arena tajen itu banyak perputaran uang di luar perjudian. Yakni adanya pedagang, penjual ayam dan lainnya.

 

“Yang jualan di dalam paling 5 pedagang buka warung sementara. Sama pedagang asongan menawarkan air dan jajan. Lebih baik jualan di pasar yang sudah disediakan,” pintanya.

 

Seperti diketahui, praktik judi tajen keliling di Gianyar berlangsung setiap hari keliling dari satu arena ke arena lain.

 

Peserta yang hendak menonton atau bertaruh harus membayar masuk seharga Rp 30 ribu.

 

Apabila peserta mencapai seribu orang saja, maka pemasukan bisa mencapai Rp 30 juta per hari.

 

Belum lagi kontrakan dari lapak judi cap jeki, bola dan dadu membayar kontrakan ke kelompok judi tajen.

 

Dari pemasukan itu saja, sebulan bisa tembus hingga Rp 1 miliar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/