MANGUPURA – Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KB dan P3A) Kabupaten Badung,
tidak tinggal diam terhadap kasus Ni Luh Putu Septyan Parmadani, ibu yang tega merancuni tiga anaknya hingga tewas.
Kepala P2KB dan P3A, Ni Putu Rianingsih, menegaskan pihaknya akan memberi pendampingan psikologis kepada Septyani setelah sembuh dari luka yang diderita.
“Kami sudah siapkan psikolog untuk memberikan pendampingan mental kepada Bu Septyani,” terang Rianingsih kepada Jawa Pos Radar Bali.
Psikolog yang dimiliki P2KB dan P3A sudah sering memberikan pendampingan psikologi sejumlah kasus.
Di antaranya kasus istri kehilangan kaki akibat ditebas suaminya di Badung Utara beberapa waktu lalu. Psikolog juga memberikan pendampingan kepada pengungsi Gunung Agung.
Pejabat yang akrab disapa Ria itu mengatakan, pihaknya tidak dalam posisi mengadili pelaku seperti penegak hukum.
Pihaknya hanya ingin menguatkan psikologis pendampingan untuk menghilangkan trauma. Hal itu penting untuk Septyan agar bisa menjalani masa depannya dengan baik.
Sebagai warga, Septyan berhak mendapatkan perhatian. Pendampingan psikologis tidak hanya untuk Septyan, tapi juga bisa untuk suaminya.
Ria sendiri mengaku masih belum percaya dengan ulah Septiyani. Sebagai seorang guru di SDN 4 Sulangai, Kecamatan Petang, sepertinya Septiyani kehilangan kontrol.
Apa yang dilakukan seperti di luar nalar. Dalam masalah orang tua, anak tidak sepatutnya dilibatkan.
“Anak adalah titipan Tuhan, kita harus memelihara dengan baik. Menelentarkan anak itu dosa. Banyak pasangan yang ingin punya anak tapi tidak dapat. Anak itu rezeki,” tutur perempuan yang memiliki gaya bicara blak-blakan itu.