31.8 C
Jakarta
19 November 2024, 21:01 PM WIB

Malay First Ala PM Muhyiddin Yassin

‘Golkar Malaysia’ tampaknya tidak akan lama menjadi korban reformasi 2018.

Kudeta internal itu ternyata berhasil. Setidaknya untuk sementara.

Muhyiddin Yassin, pemimpin kudeta itu, akhirnya berhasil menjadi Perdana Menteri Malaysia ke 8 –lewat penunjukan oleh Yang di-Pertuan Agong, kemarin.

Muhyiddin-lah yang membuat Mahathir Muhamad sewot. Lalu mengundurkan diri sebagai perdana menteri Malaysia. (lihat DI’s Way: 94 vs 72).

Muhyiddin-lah memang yang punya konsep langkah kuda: tinggalkan Anwar Ibrahim! Rangkul UMNO!

Kalau Mahathir tidak mau dengan cara itu, Muhyiddin sendiri yang akan maju sebagai perdana menteri baru. Toh Muhyiddin-lah yang sebenarnya menjabat Ketua Umum Partai Pribumi Bersatu. Mahathir adalah ketua dewan pembina.

Dengan jabatan itu Muhyiddin merasa secara formal lebih berkuasa di dalam partai.

Termasuk berkuasa menyelamatkan ideologi partai: membela kepentingan pribumi Malaysia. Yang juga disebut dengan ‘Orang Melayu’ itu.

Muhyiddin adalah orang yang paling kecewa di dalam koalisi Pakatan Harapan. Terutama setelah terlihat begitu besarnya porsi partai DAP –partai Tionghoa– dalam koalisi itu.

Muhyiddin memang sangat Islam ideologis. Semua orang Johor tahu itu. Ayah Muhyiddin adalah orang Johor, seorang kyai keturunan Bugis, Sulawesi. Ibunya seorang wanita Jawa.

Ketika menjadi menteri pendidikan Malaysia Muhyiddin menghapuskan penggunaan Bahasa Inggris di sekolah negeri.

Sebelum itu bahasa Melayu memang sudah menjadi bahasa pengantar di sekolah. Namun khusus untuk pelajaran science dan matematika masih harus disampaikan dengan bahasa Inggris.

Muhyiddin yang menggantinya dengan Bahasa Melayu.

Suatu saat Muhyiddin selalu menyuarakan slogan ‘Malay First’. Yakni saat ia menjadi wakil perdana menteri. Lantas banyak orang mengingatkannya. Dikira Mahyuddin salah ucap. “Maksud bapak Malaysia First kan?” ujar stafnya.

“Tidak. Saya tidak salah,” jawabnya. “Harus Malay First,” tegasnya.

Mahyuddin sudah menjadi anggota DPRD Johor saat masih muda. Yakni tidak lama setelah lulus dari Universitas Malaysia –jurusan ekonomi.

Waktu itu Mahyuddin menjadi Ketua Pemuda UMNO Johor. Lalu menjadi Ketua Pemuda UMNO Malaysia.

Mahyuddin juga pernah menjadi Menteri Besar (setingkat gubernur di Indonesia) untuk negara bagian Johor.

Karir politiknya di UMNO terus melejit. Sampai mencapai wakil ketua umum. Itu yang membuatnya otomatis menjadi wakil perdana menteri.

Saya dua kali bertemu beliau. Sekali di Kuala Lumpur dan sekali di Jakarta. Orangnya ramah dan humble –khas politisi tulen.

Tahun 2016 mulailah konfliknya di UMNO memuncak. Muhyiddin dipecat. Ia pun bergabung ke Mahathir Muhamad. Untuk bersama-sama mendirikan Partai Pribumi Bersatu.

Dalam Pemilu 2018 Muhyiddin terpilih sebagai anggota DPR dari dapil Pagoh, Johor. Itulah untuk ke-8 kalinya ia menjadi anggota DPR. Kali ini atas nama Partai Pribumi Bersatu. Sedang yang tujuh kali lalu atas nama UMNO –‘Golkar’–nya Malaysia.

Pemilu 2018 memang berhasil menggulingkan UMNO –yang berkuasa selama lebih 50 tahun. Tapi Muhyiddin sebenarnya hanya membenci Presiden UMNO yang juga Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Beserta antek-anteknya. Ia sama sekali tidak membenci UMNO –yang ia anggap dengan sungguh-sungguh pro orang Melayu.

Ideologi pro-Melayu itulah yang menggundahkan hati Mahyuddin selama dua tahun terakhir. Yakni sejak kemenangan koalisi Pakatan Harapan. Yang di dalamnya tergabung DAP yang memang mendapatkan 42 kursi –terbesar di antara partai yang ada.

Mahyuddin merasa Melayu tersisihkan di koalisi itu.

Selama lebih 50 tahun Melayu telah jadi raja di negeri mereka. Unsur Tionghoa dan India hanya melengkapi saja.

Tiba-tiba hasil reformasi 2018 itu begitu mengecewakan para pejuang Melayu.

Maka Mahyuddin –yang sejak lama memang merasa layak jadi perdana menteri– melakukan kudeta itu. Ia menjalin kerjasama diam-diam dengan UMNO. Setelah merasa mantap lantas menyatakan partai Pribumi Bersatu keluar dari koalisi Pakatan Harapan.

Sebelum surat keluar itu dikirimkan, Mahathir lebih dulu mengirim surat pengunduran dirinya sebagai perdana menteri.

Kini Mahyuddin sudah diangkat sebagai perdana menteri. Tapi ia masih harus mendapat pengesahan dari parlemen.

Untuk mendapat mengesahan itu Mahyuddin harus memenangkan lebih 50 persen kursi di DPR yang berjumlah 222 itu.

Maka seminggu ke depan pasar sapi di parlemen akan sangat ramai. Mahyuddin yang sudah berumur 72 tahun harus kerja keras dan kurang tidur.

Padahal Mahyuddin juga harus menjaga kondisi badan. Tahun lalu ia menjalani operasi kanker pankreas –di Mount Elizabeth Singapura.

Kanker pankreas termasuk yang paling sulit disembuhkan. Tapi operasi itu sendiri sukses. Hanya saja setelah itu ia harus menjalani 12 seri kemoterapi.

Bisa jadi pertempuran politik dan kekuasaan telah memproduksi adrenalin di tubuh tua Mahyuddin.

Dan di tubuh semua politisi.(Dahlan Iskan)

‘Golkar Malaysia’ tampaknya tidak akan lama menjadi korban reformasi 2018.

Kudeta internal itu ternyata berhasil. Setidaknya untuk sementara.

Muhyiddin Yassin, pemimpin kudeta itu, akhirnya berhasil menjadi Perdana Menteri Malaysia ke 8 –lewat penunjukan oleh Yang di-Pertuan Agong, kemarin.

Muhyiddin-lah yang membuat Mahathir Muhamad sewot. Lalu mengundurkan diri sebagai perdana menteri Malaysia. (lihat DI’s Way: 94 vs 72).

Muhyiddin-lah memang yang punya konsep langkah kuda: tinggalkan Anwar Ibrahim! Rangkul UMNO!

Kalau Mahathir tidak mau dengan cara itu, Muhyiddin sendiri yang akan maju sebagai perdana menteri baru. Toh Muhyiddin-lah yang sebenarnya menjabat Ketua Umum Partai Pribumi Bersatu. Mahathir adalah ketua dewan pembina.

Dengan jabatan itu Muhyiddin merasa secara formal lebih berkuasa di dalam partai.

Termasuk berkuasa menyelamatkan ideologi partai: membela kepentingan pribumi Malaysia. Yang juga disebut dengan ‘Orang Melayu’ itu.

Muhyiddin adalah orang yang paling kecewa di dalam koalisi Pakatan Harapan. Terutama setelah terlihat begitu besarnya porsi partai DAP –partai Tionghoa– dalam koalisi itu.

Muhyiddin memang sangat Islam ideologis. Semua orang Johor tahu itu. Ayah Muhyiddin adalah orang Johor, seorang kyai keturunan Bugis, Sulawesi. Ibunya seorang wanita Jawa.

Ketika menjadi menteri pendidikan Malaysia Muhyiddin menghapuskan penggunaan Bahasa Inggris di sekolah negeri.

Sebelum itu bahasa Melayu memang sudah menjadi bahasa pengantar di sekolah. Namun khusus untuk pelajaran science dan matematika masih harus disampaikan dengan bahasa Inggris.

Muhyiddin yang menggantinya dengan Bahasa Melayu.

Suatu saat Muhyiddin selalu menyuarakan slogan ‘Malay First’. Yakni saat ia menjadi wakil perdana menteri. Lantas banyak orang mengingatkannya. Dikira Mahyuddin salah ucap. “Maksud bapak Malaysia First kan?” ujar stafnya.

“Tidak. Saya tidak salah,” jawabnya. “Harus Malay First,” tegasnya.

Mahyuddin sudah menjadi anggota DPRD Johor saat masih muda. Yakni tidak lama setelah lulus dari Universitas Malaysia –jurusan ekonomi.

Waktu itu Mahyuddin menjadi Ketua Pemuda UMNO Johor. Lalu menjadi Ketua Pemuda UMNO Malaysia.

Mahyuddin juga pernah menjadi Menteri Besar (setingkat gubernur di Indonesia) untuk negara bagian Johor.

Karir politiknya di UMNO terus melejit. Sampai mencapai wakil ketua umum. Itu yang membuatnya otomatis menjadi wakil perdana menteri.

Saya dua kali bertemu beliau. Sekali di Kuala Lumpur dan sekali di Jakarta. Orangnya ramah dan humble –khas politisi tulen.

Tahun 2016 mulailah konfliknya di UMNO memuncak. Muhyiddin dipecat. Ia pun bergabung ke Mahathir Muhamad. Untuk bersama-sama mendirikan Partai Pribumi Bersatu.

Dalam Pemilu 2018 Muhyiddin terpilih sebagai anggota DPR dari dapil Pagoh, Johor. Itulah untuk ke-8 kalinya ia menjadi anggota DPR. Kali ini atas nama Partai Pribumi Bersatu. Sedang yang tujuh kali lalu atas nama UMNO –‘Golkar’–nya Malaysia.

Pemilu 2018 memang berhasil menggulingkan UMNO –yang berkuasa selama lebih 50 tahun. Tapi Muhyiddin sebenarnya hanya membenci Presiden UMNO yang juga Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Beserta antek-anteknya. Ia sama sekali tidak membenci UMNO –yang ia anggap dengan sungguh-sungguh pro orang Melayu.

Ideologi pro-Melayu itulah yang menggundahkan hati Mahyuddin selama dua tahun terakhir. Yakni sejak kemenangan koalisi Pakatan Harapan. Yang di dalamnya tergabung DAP yang memang mendapatkan 42 kursi –terbesar di antara partai yang ada.

Mahyuddin merasa Melayu tersisihkan di koalisi itu.

Selama lebih 50 tahun Melayu telah jadi raja di negeri mereka. Unsur Tionghoa dan India hanya melengkapi saja.

Tiba-tiba hasil reformasi 2018 itu begitu mengecewakan para pejuang Melayu.

Maka Mahyuddin –yang sejak lama memang merasa layak jadi perdana menteri– melakukan kudeta itu. Ia menjalin kerjasama diam-diam dengan UMNO. Setelah merasa mantap lantas menyatakan partai Pribumi Bersatu keluar dari koalisi Pakatan Harapan.

Sebelum surat keluar itu dikirimkan, Mahathir lebih dulu mengirim surat pengunduran dirinya sebagai perdana menteri.

Kini Mahyuddin sudah diangkat sebagai perdana menteri. Tapi ia masih harus mendapat pengesahan dari parlemen.

Untuk mendapat mengesahan itu Mahyuddin harus memenangkan lebih 50 persen kursi di DPR yang berjumlah 222 itu.

Maka seminggu ke depan pasar sapi di parlemen akan sangat ramai. Mahyuddin yang sudah berumur 72 tahun harus kerja keras dan kurang tidur.

Padahal Mahyuddin juga harus menjaga kondisi badan. Tahun lalu ia menjalani operasi kanker pankreas –di Mount Elizabeth Singapura.

Kanker pankreas termasuk yang paling sulit disembuhkan. Tapi operasi itu sendiri sukses. Hanya saja setelah itu ia harus menjalani 12 seri kemoterapi.

Bisa jadi pertempuran politik dan kekuasaan telah memproduksi adrenalin di tubuh tua Mahyuddin.

Dan di tubuh semua politisi.(Dahlan Iskan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/