29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:30 AM WIB

Marah-marah, Harum Luluh Setelah Dengar Lagu Entet

Jawa Pos Radar Bali, kemarin terlibat evakuasi Ni Nyoman Harum, 35, warga Dusun Manik Aji, Ban, Kubu, Karangasem, pengidap gangguan jiwa. Seperti apa?

 

DJOKO HERU SETIYAWAN, Kubu

PUNCAK Gunung Agung tertutup awan pekat. Sekitar pukul 10.00 WITA, Jawa Pos Radar Bali sebagai Koordinator Corporate Volunteer (CV)  Palang Merah Indonesia  (PMI) Bali bersama CV Sri Mudani Manik disopiri Asep (Buser) dengan mobil DK 756 BB tiba di Puskesmas II Kubu di Tianyar.

Di depan kami rombongan mobil Ranger Ford PMI Bali B 9523 SBB disopiri Gung Wah (PMI), membawa Suparjaya (Basarnas), Wayan Warnada (Pemadam Kebakaran Karangasem), dan I Wayan Sueta dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali.

“Medan menuju Manik Aji sangat sulit. Jadi harus pakai mobil Ranger,” jelas Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Ban Brigadir I Nengah Budiartana.

Atas saran Bhabinkamtibmas inilah, Asep dan mobilnya menunggu di Puskesmas II Kubu. Yang lain akhirnya naik Ranger menuju Manik Aji.

Budiartana dengan motor dinas Bhabinkamtibmas XI-2826-34 sebagai penunjuk jalan kami. Dari Puskesmas II Kubu sekitar 10 menit sampai di Balai Dusun Ban.

Sampai di situ, jalur aspal masih mulus. Tapi begitu belok kanan, aspal mulai keropos. Hingga akhirnya, tinggal batu koral.

Kemudian ketemu proyek drainase dan jalan. Praktis, jalur sekitar 2 kilometer separohnya tertutup koral dan pasir.

Lepas dari proyek infrastruktur ini, masuk jalan berpasir dengan batu-batu yang kadang menghambat lajunya Ranger. Saat itulah, deru mobil bercampur debu jalanan campur jadi satu.

Debunya terbang menjadi badai debu, sehingga koran ini yang duduk di kabin belakang turut mandi debu.

Selain menerpa kami, hempasan debu parkir di daun-daun jambu mete yang membentuk hutan mete di sepanjang jalur ini.

Versi Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri ada sekitar 1,2 juta pohon mete di Kubu. Sesekali roda Ranger spin. Dan kembali bertiup badai debu.

Bahkan, Bhabinkamtibmas yang mengawal kami hampir jatuh dari motornya saat roda depan motornya terantuk batu.

Sejam kemudian, kami hampir sampai ke rumah Ni Nyoman Harum. Namun, tiba-tiba kami mendapati mobil pikap DK 9634 ST mogok di depan kami.

Praktis, kami turun untuk mendorong mobil tersebut. “Kami habis ngangkut godel (sapi, Red),” aku I Ketut Tir, pemilik pikap itu.

Begitu pikap didorong minggir, kami langsung menuju rumah Harum. Rupanya ada perempuan dari pikap, anaknya Ketut Tir, ikut nebeng Ranger.

Akhirnya sampai rumah Harum dengan background Gunung Agung tertutup awan. Rumahnya berdinding batako, sangat sederhana.

Dua kamar. Ukuran 3×5 meter. Kamar di sisi kiri ditempati Harum yang hanya berisi kasur kumal. Kamar satunya kosong.

“Keponakan saya sudah 1,5 tahun sakit. Tapi, yang paling parah 6 bulan terakhir. Karena rambutnya banyak kutunya, akhirnya kami potong,” kisah Ni Wayan Alep, tantenya Harum.

Sakit gangguan jiwa Harum, katanya bermula sakit panas terus menerus. Lantas bicara sendiri. Suami Harum, I Nyoman Rembak, 53, juga mengalami gangguan jiwa.

Mereka dikarunia seorang anak 9 tahun yang kini kelas 3 SD (Wayan Suardana). Sebelum dievakuasi, Harum teriak-teriak dan marah. Sehari-hari tak mau pakai baju.

Karena kondisinya kian kurus dan Manik Aji merupakan zona merah bahaya erupsi Gunung Agung, maka pihak keluarga minta Harum dievakuasi.

Namun, butuh waktu 45 menit untuk membujuknya agar mau dievakuasi. Bhabinkamtibmas harus membujuknya, pakai dirayu mau diajak nonton film.

Hingga diputarin lagu Entet milik Waljinah. Begitu mendengar lagu itu dari smartphone, dia luluh dan mau dievakuasi.

 “Ni Nyoman Harum merupakan warga Ban ketiga yang kami rujuk ke RSJ Bangli,” kata Brigadir I Nengah Budiartana di sela evakuasi jalur merah merah, Dusun Manik Aji, Ban.

Ban termasuk kawasan rawan bencana (KRB) III erupsi Gunung Agung. Selain Bhabinkamtibmas, evakuasi melibatkan Kepala Wilayah Dusun Manik Aji Nengah Subagia, juga kerabat Nyoman Harum.

Sejam kemudian, sampailah ke Puskesmas II Kubu. Lantas dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli dengan ambulans puskesmas DK 9638 S.

Saat dibopong Bhabinkamtibmas menuju ambulans, Harum meronta. “Nggak mau disuntik, nggak mau disuntik!,” teriaknya.

Dokter Juniadi dari puskesmas turut mendampinginya ke RSJ Bangli.

Jawa Pos Radar Bali, kemarin terlibat evakuasi Ni Nyoman Harum, 35, warga Dusun Manik Aji, Ban, Kubu, Karangasem, pengidap gangguan jiwa. Seperti apa?

 

DJOKO HERU SETIYAWAN, Kubu

PUNCAK Gunung Agung tertutup awan pekat. Sekitar pukul 10.00 WITA, Jawa Pos Radar Bali sebagai Koordinator Corporate Volunteer (CV)  Palang Merah Indonesia  (PMI) Bali bersama CV Sri Mudani Manik disopiri Asep (Buser) dengan mobil DK 756 BB tiba di Puskesmas II Kubu di Tianyar.

Di depan kami rombongan mobil Ranger Ford PMI Bali B 9523 SBB disopiri Gung Wah (PMI), membawa Suparjaya (Basarnas), Wayan Warnada (Pemadam Kebakaran Karangasem), dan I Wayan Sueta dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali.

“Medan menuju Manik Aji sangat sulit. Jadi harus pakai mobil Ranger,” jelas Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Ban Brigadir I Nengah Budiartana.

Atas saran Bhabinkamtibmas inilah, Asep dan mobilnya menunggu di Puskesmas II Kubu. Yang lain akhirnya naik Ranger menuju Manik Aji.

Budiartana dengan motor dinas Bhabinkamtibmas XI-2826-34 sebagai penunjuk jalan kami. Dari Puskesmas II Kubu sekitar 10 menit sampai di Balai Dusun Ban.

Sampai di situ, jalur aspal masih mulus. Tapi begitu belok kanan, aspal mulai keropos. Hingga akhirnya, tinggal batu koral.

Kemudian ketemu proyek drainase dan jalan. Praktis, jalur sekitar 2 kilometer separohnya tertutup koral dan pasir.

Lepas dari proyek infrastruktur ini, masuk jalan berpasir dengan batu-batu yang kadang menghambat lajunya Ranger. Saat itulah, deru mobil bercampur debu jalanan campur jadi satu.

Debunya terbang menjadi badai debu, sehingga koran ini yang duduk di kabin belakang turut mandi debu.

Selain menerpa kami, hempasan debu parkir di daun-daun jambu mete yang membentuk hutan mete di sepanjang jalur ini.

Versi Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri ada sekitar 1,2 juta pohon mete di Kubu. Sesekali roda Ranger spin. Dan kembali bertiup badai debu.

Bahkan, Bhabinkamtibmas yang mengawal kami hampir jatuh dari motornya saat roda depan motornya terantuk batu.

Sejam kemudian, kami hampir sampai ke rumah Ni Nyoman Harum. Namun, tiba-tiba kami mendapati mobil pikap DK 9634 ST mogok di depan kami.

Praktis, kami turun untuk mendorong mobil tersebut. “Kami habis ngangkut godel (sapi, Red),” aku I Ketut Tir, pemilik pikap itu.

Begitu pikap didorong minggir, kami langsung menuju rumah Harum. Rupanya ada perempuan dari pikap, anaknya Ketut Tir, ikut nebeng Ranger.

Akhirnya sampai rumah Harum dengan background Gunung Agung tertutup awan. Rumahnya berdinding batako, sangat sederhana.

Dua kamar. Ukuran 3×5 meter. Kamar di sisi kiri ditempati Harum yang hanya berisi kasur kumal. Kamar satunya kosong.

“Keponakan saya sudah 1,5 tahun sakit. Tapi, yang paling parah 6 bulan terakhir. Karena rambutnya banyak kutunya, akhirnya kami potong,” kisah Ni Wayan Alep, tantenya Harum.

Sakit gangguan jiwa Harum, katanya bermula sakit panas terus menerus. Lantas bicara sendiri. Suami Harum, I Nyoman Rembak, 53, juga mengalami gangguan jiwa.

Mereka dikarunia seorang anak 9 tahun yang kini kelas 3 SD (Wayan Suardana). Sebelum dievakuasi, Harum teriak-teriak dan marah. Sehari-hari tak mau pakai baju.

Karena kondisinya kian kurus dan Manik Aji merupakan zona merah bahaya erupsi Gunung Agung, maka pihak keluarga minta Harum dievakuasi.

Namun, butuh waktu 45 menit untuk membujuknya agar mau dievakuasi. Bhabinkamtibmas harus membujuknya, pakai dirayu mau diajak nonton film.

Hingga diputarin lagu Entet milik Waljinah. Begitu mendengar lagu itu dari smartphone, dia luluh dan mau dievakuasi.

 “Ni Nyoman Harum merupakan warga Ban ketiga yang kami rujuk ke RSJ Bangli,” kata Brigadir I Nengah Budiartana di sela evakuasi jalur merah merah, Dusun Manik Aji, Ban.

Ban termasuk kawasan rawan bencana (KRB) III erupsi Gunung Agung. Selain Bhabinkamtibmas, evakuasi melibatkan Kepala Wilayah Dusun Manik Aji Nengah Subagia, juga kerabat Nyoman Harum.

Sejam kemudian, sampailah ke Puskesmas II Kubu. Lantas dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli dengan ambulans puskesmas DK 9638 S.

Saat dibopong Bhabinkamtibmas menuju ambulans, Harum meronta. “Nggak mau disuntik, nggak mau disuntik!,” teriaknya.

Dokter Juniadi dari puskesmas turut mendampinginya ke RSJ Bangli.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/