29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:40 AM WIB

Terkendala Bahan, Berburu Pohon Asem ke Luar Bali

Selain penjor dan bahan olahan lawar, I Made Sentana, adalah produsen sekaligus pedagang talenan yang kebanjiran rezeki menjelang hari raya Galungan.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

TUMPUKAN talenan berjejer di pinggir jalan pertigaan Gianyar-Bangli. Pembeli pun menyerbu dagangan talenan itu sejak seminggu terakhir untuk digunakan pada Penampahan Galungan, hingga Selasa (31/10) lalu.

Dia adalah I Made Sentana, 31. Pria asal Banjar/Desa Trunyan, Kintamani Bangli itu meraup omzet  besar setiap jelang Galungan.

Sentana melanjutkan bisnis orang tuanya, Nang Rastiti. Dia mengakui pembeli mulai ramai menjelang Penampahan Galungan dan maupun menjelang Penampahan Kuningan.  

Hal ini karena talenan dipergunakan warga tempat atau alas mencincang daging baik daging babi maupun daging ayam.

Talenan buatan Sentana menggunakan kayu dari pohon asem atau bahasa Bali-nya disebut kayu telagi.

“Menurut saya hanya kayu asem yang paling bagus untuk dibuat talenan, kalau kayu lain tidak cocok dipakai talenan karena biasanya daging yang dicincang larut dengan kayu talenan,” ujar Sentana.

Pihaknya mengaku mendapat bahan baku kayu asem dengan berburu ke pelosok desa atau tempat yang menjual pohon asem.

“Kalau saya biasanya membeli pohon asem yang masih tumbuh dan hidup di tempat, itu yang saya potong,” ujar Sentana.

Dikatakan Sentana, pohon asem seperti ini, lumayan mendapat untung ketimbang membeli kayu gelondongan yang sudah dipotong-potong.

Untuk mendapatkan kayu asem di seluruh Bali, Sentana mengaku berusaha bertemu langsung dengan pemilik pohon asem.

Caranya mencari ke tegalan, atau bertemu melalui jasa perantara. Setelah disetujui, kemudian Sentana mencari tukang potong kayu, tenaga angkut dan truk transportasi. 

Diakui Sentana, kadang kala dia kesulitan untuk mendapatkan kayu asem di Bali. Untuk mendapatkan bahan baku kayu asem, Sentana mengaku harus mencari keluar Bali seperti Jawa, Lombok dan wilayah Nusa Tenggara Timur.

Dijelaskan Sentana, untuk mendapat bahan baku kayu asem dari luar Bali, Sentana mengaku mencari kenalan dulu.

Setelah saling percaya baru tinggal menghubungi melalui HP untuk dikirimi bahan baku. Untuk kayu asem dari luar Bali, Sentana mengaku dibawakan langsung.

Soal pangsa pasar, pria kurus ini mengaku selain membeli langsung datang ketempat kerajinannya, juga punya langganan tetap pedagang untuk dijual kembali kepada pembeli

misalnya dia punya langganan di pasar Hewan Bringkit, Pasar Badung, Pasar di Kuta, Pasar Galiran Klungkung, Pasar Bangli dan sejumlah pasar diseluruh Bali.

“Konsumen luar Gianyar biasanya pedagang dan langsung datang kesini membeli dalam jumlah banyak,” jelasnya.

Disinggung soal harga talenen, Sentana mengaku tergantung lebar talenan. Biasanya tebal talenan rata-rata 9 cm hingga 10 cm.

Namun per talenan punya lebar yang berbeda-beda, itu tergantung kondisi kayu. Talenan selebar 25 cm tergolong kecil dijual Rp 25 ribu,

lebar 40 cm katagori sedang Rp 50 ribu dan lebar 60 cm termasuk paling besar dijual seharga Rp 100 ribu.

Untuk mendapatkan kualitas telenan yang bagus melalui proses dijemur hingga kering, kemudian dibentuk menjadi menjadi bundar lalu  dihaluskan dengan ampelas serta dicuci hingga bersih.

Sentana mengaku kini mengajak 3 orang tenaga pembantu untuk mengerjakan talenan ini. Disinggung kendala yang dihadapi selama ini, Sentana mengaku bahan baku kayu asem yang semakin sulit dicari.

Sebab tidak semua kayu asem yang sudah besar dijual pemiliknya. “Pohon asem besar namun rajin berbuah, tidak akan dijual sama pemiliknya,” jelasnya. 

Selain penjor dan bahan olahan lawar, I Made Sentana, adalah produsen sekaligus pedagang talenan yang kebanjiran rezeki menjelang hari raya Galungan.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

TUMPUKAN talenan berjejer di pinggir jalan pertigaan Gianyar-Bangli. Pembeli pun menyerbu dagangan talenan itu sejak seminggu terakhir untuk digunakan pada Penampahan Galungan, hingga Selasa (31/10) lalu.

Dia adalah I Made Sentana, 31. Pria asal Banjar/Desa Trunyan, Kintamani Bangli itu meraup omzet  besar setiap jelang Galungan.

Sentana melanjutkan bisnis orang tuanya, Nang Rastiti. Dia mengakui pembeli mulai ramai menjelang Penampahan Galungan dan maupun menjelang Penampahan Kuningan.  

Hal ini karena talenan dipergunakan warga tempat atau alas mencincang daging baik daging babi maupun daging ayam.

Talenan buatan Sentana menggunakan kayu dari pohon asem atau bahasa Bali-nya disebut kayu telagi.

“Menurut saya hanya kayu asem yang paling bagus untuk dibuat talenan, kalau kayu lain tidak cocok dipakai talenan karena biasanya daging yang dicincang larut dengan kayu talenan,” ujar Sentana.

Pihaknya mengaku mendapat bahan baku kayu asem dengan berburu ke pelosok desa atau tempat yang menjual pohon asem.

“Kalau saya biasanya membeli pohon asem yang masih tumbuh dan hidup di tempat, itu yang saya potong,” ujar Sentana.

Dikatakan Sentana, pohon asem seperti ini, lumayan mendapat untung ketimbang membeli kayu gelondongan yang sudah dipotong-potong.

Untuk mendapatkan kayu asem di seluruh Bali, Sentana mengaku berusaha bertemu langsung dengan pemilik pohon asem.

Caranya mencari ke tegalan, atau bertemu melalui jasa perantara. Setelah disetujui, kemudian Sentana mencari tukang potong kayu, tenaga angkut dan truk transportasi. 

Diakui Sentana, kadang kala dia kesulitan untuk mendapatkan kayu asem di Bali. Untuk mendapatkan bahan baku kayu asem, Sentana mengaku harus mencari keluar Bali seperti Jawa, Lombok dan wilayah Nusa Tenggara Timur.

Dijelaskan Sentana, untuk mendapat bahan baku kayu asem dari luar Bali, Sentana mengaku mencari kenalan dulu.

Setelah saling percaya baru tinggal menghubungi melalui HP untuk dikirimi bahan baku. Untuk kayu asem dari luar Bali, Sentana mengaku dibawakan langsung.

Soal pangsa pasar, pria kurus ini mengaku selain membeli langsung datang ketempat kerajinannya, juga punya langganan tetap pedagang untuk dijual kembali kepada pembeli

misalnya dia punya langganan di pasar Hewan Bringkit, Pasar Badung, Pasar di Kuta, Pasar Galiran Klungkung, Pasar Bangli dan sejumlah pasar diseluruh Bali.

“Konsumen luar Gianyar biasanya pedagang dan langsung datang kesini membeli dalam jumlah banyak,” jelasnya.

Disinggung soal harga talenen, Sentana mengaku tergantung lebar talenan. Biasanya tebal talenan rata-rata 9 cm hingga 10 cm.

Namun per talenan punya lebar yang berbeda-beda, itu tergantung kondisi kayu. Talenan selebar 25 cm tergolong kecil dijual Rp 25 ribu,

lebar 40 cm katagori sedang Rp 50 ribu dan lebar 60 cm termasuk paling besar dijual seharga Rp 100 ribu.

Untuk mendapatkan kualitas telenan yang bagus melalui proses dijemur hingga kering, kemudian dibentuk menjadi menjadi bundar lalu  dihaluskan dengan ampelas serta dicuci hingga bersih.

Sentana mengaku kini mengajak 3 orang tenaga pembantu untuk mengerjakan talenan ini. Disinggung kendala yang dihadapi selama ini, Sentana mengaku bahan baku kayu asem yang semakin sulit dicari.

Sebab tidak semua kayu asem yang sudah besar dijual pemiliknya. “Pohon asem besar namun rajin berbuah, tidak akan dijual sama pemiliknya,” jelasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/