25.2 C
Jakarta
19 November 2024, 23:55 PM WIB

Ini Contoh Lain Program Cagub Koster di Tabanan yang Sulit Diwujudkan

TABANAN – Program Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) yang digagas DPD PDI Perjuangan Bali di bawah kendali Wayan Koster sejak 2015 tak berjalan sempurna.

Pabrik penggilingan padi (rice milling unit/ RMU) skala besar mustahil dilanjutkan. Artinya, di Tabanan tinggal sisa satu program PPNSB yang belum jalan. Yakni pabrik pakan ternak.

Program ini di tahun 2017 sudah dibuat masterplan alias perencanaan induk. Masterplan ini mencakup jumlah ternak, dan kebutuhan pakan.

Dari sana, maka bisa dirancang volume produksi pabrik pakan ternak yang dibutuhkan. “Pabrik ini untuk skala Bali. Karena program PPNSB ini untuk Bali,” terangnya.

Setelah tahun 2017 menyelesaikan masterplan, pada tahun 2018 ini baru dianggarkan kajian stok bahan baku.

Bahan baku penting yang dibutuhkan untuk pabrik pakan ternak di antaranya jagung, ikan, dan dedak.

Budana mengakui, produksi bahan baku pakan tersebut jumlahnya sangat minim di Tabanan, bahkan di Bali.

Contoh jagung, ada di kecamatan seperti Baturiti, Penebel, Kerambitan dan Selemadeg. Yang jadi masalah, jagung Baturiti, biasanya dipetik saat masih muda untuk sayur.

Harganya relatif lebih mahal, dengan masa panen yang pendek. Batang dan daunnya yang masih muda juga dipakai untuk makanan ternak. Luas tanam jagung juga tidak seberapa.

“Kalau ada air, petani pasti menanam padi. Menanam jagung itu kalau kemarau atau tidak ada air saja,” jelasnya.

Memaksa petani menanam jagung untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan ternak juga bukan perkara mudah.

Lahan yang sempit dan keragaman jenis tanaman menjadi kendala dalam membuat gerakan menanam jagung.

“Kan nggak bisa kita menyuruh semua nanam jagung. Kami harus pikirkan semuanya. Ada yang padi, sayur, cabai, bunga dan lainnya,” jelas pejabat yang satu banjar dengan Bupati Tabanan ini.

Pasokan ikan juga bukan perkara gampang. Di Jembrana saja, sejumlah pabrik pengalengan ikan sarden sampai tutup karena kurangnya pasokan bahan baku ikan lemuru.

Bahkan, pabrik sarden yang masih bertahan di Jembrana pun sampai mengimpor dari Tiongkok dan India.

Pun dengan dedak, kata dia, saat ini saja kebutuhan dedak di Bali sebagian didatangkan dari luar daerah. “Kalau hanya mengandalkan dari Tabanan saja sudah tidak mungkin,” terangnya.

Karena itu, ada kemungkinan bahan baku ini harus dicarikan dari kabupaten lain di Bali. Bahkan, bila tidak mencukupi, bisa jadi dicarikan dari provinsi lain.

Namun, itu harus dikaji juga dari sisi biayanya, khususnya biaya transportasi dan kontinuitasnya. Apakah layak secara ekonomis atau tidak.

“Jangan sampai harganya lebih murah dari pabrik swasta. Karena tujuan kita kan buat pabrik agar harganya lebih murah untuk peternak di Bali,” terangnya.

Budana mengatakan, pihaknya sudah menegaskan kepada tim pengkaji dari Unud untuk bekerja secara profesional saja. Dia tidak ingin ada intervensi dari manapun dalam kajian ini.

“Kami perlu hati-hati. Kami sudah tegaskan dengan tim dari Unud, tidak boleh ada intervensi. Kalau tidak layak, ya nyatakan tidak layak. Kalau layak, ya nyatakan layak,” tukasnya.

Budana mengaku kajian pabrik pakan ternak ini sangat penting. Kajian bahan baku pakan ternak akan menjadi titik yang menentukan apakah pabrik pakan ternak itu layak dibangun atau tidak.

Jika dari sisi bahan baku tidak ada masalah alias layak, maka bisa dilanjutkan untuk membuat detail engineering design (DED) lanjut ke pembangunan pabrik mulai tahun 2019.

Pihaknya tidak ingin program yang maksudnya baik malah mubazir karena tidak berjalan. Apalagi, Tabanan sudah kenyang dengan program yang dalam pelaksanaannya berjalan kurang maksimal bahkan mangkrak.

Contoh Rumah Potong Hewan di Gubug, Pasar Ikan di Tuakilang, dan Pasar Sayur di Baturiti.”Kami tidak ingin sesuatu yang sudah dibangun lalu mubazir. Jangan sampai nanti juga disorot masyarakat,” pungkasnya. 

TABANAN – Program Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) yang digagas DPD PDI Perjuangan Bali di bawah kendali Wayan Koster sejak 2015 tak berjalan sempurna.

Pabrik penggilingan padi (rice milling unit/ RMU) skala besar mustahil dilanjutkan. Artinya, di Tabanan tinggal sisa satu program PPNSB yang belum jalan. Yakni pabrik pakan ternak.

Program ini di tahun 2017 sudah dibuat masterplan alias perencanaan induk. Masterplan ini mencakup jumlah ternak, dan kebutuhan pakan.

Dari sana, maka bisa dirancang volume produksi pabrik pakan ternak yang dibutuhkan. “Pabrik ini untuk skala Bali. Karena program PPNSB ini untuk Bali,” terangnya.

Setelah tahun 2017 menyelesaikan masterplan, pada tahun 2018 ini baru dianggarkan kajian stok bahan baku.

Bahan baku penting yang dibutuhkan untuk pabrik pakan ternak di antaranya jagung, ikan, dan dedak.

Budana mengakui, produksi bahan baku pakan tersebut jumlahnya sangat minim di Tabanan, bahkan di Bali.

Contoh jagung, ada di kecamatan seperti Baturiti, Penebel, Kerambitan dan Selemadeg. Yang jadi masalah, jagung Baturiti, biasanya dipetik saat masih muda untuk sayur.

Harganya relatif lebih mahal, dengan masa panen yang pendek. Batang dan daunnya yang masih muda juga dipakai untuk makanan ternak. Luas tanam jagung juga tidak seberapa.

“Kalau ada air, petani pasti menanam padi. Menanam jagung itu kalau kemarau atau tidak ada air saja,” jelasnya.

Memaksa petani menanam jagung untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan ternak juga bukan perkara mudah.

Lahan yang sempit dan keragaman jenis tanaman menjadi kendala dalam membuat gerakan menanam jagung.

“Kan nggak bisa kita menyuruh semua nanam jagung. Kami harus pikirkan semuanya. Ada yang padi, sayur, cabai, bunga dan lainnya,” jelas pejabat yang satu banjar dengan Bupati Tabanan ini.

Pasokan ikan juga bukan perkara gampang. Di Jembrana saja, sejumlah pabrik pengalengan ikan sarden sampai tutup karena kurangnya pasokan bahan baku ikan lemuru.

Bahkan, pabrik sarden yang masih bertahan di Jembrana pun sampai mengimpor dari Tiongkok dan India.

Pun dengan dedak, kata dia, saat ini saja kebutuhan dedak di Bali sebagian didatangkan dari luar daerah. “Kalau hanya mengandalkan dari Tabanan saja sudah tidak mungkin,” terangnya.

Karena itu, ada kemungkinan bahan baku ini harus dicarikan dari kabupaten lain di Bali. Bahkan, bila tidak mencukupi, bisa jadi dicarikan dari provinsi lain.

Namun, itu harus dikaji juga dari sisi biayanya, khususnya biaya transportasi dan kontinuitasnya. Apakah layak secara ekonomis atau tidak.

“Jangan sampai harganya lebih murah dari pabrik swasta. Karena tujuan kita kan buat pabrik agar harganya lebih murah untuk peternak di Bali,” terangnya.

Budana mengatakan, pihaknya sudah menegaskan kepada tim pengkaji dari Unud untuk bekerja secara profesional saja. Dia tidak ingin ada intervensi dari manapun dalam kajian ini.

“Kami perlu hati-hati. Kami sudah tegaskan dengan tim dari Unud, tidak boleh ada intervensi. Kalau tidak layak, ya nyatakan tidak layak. Kalau layak, ya nyatakan layak,” tukasnya.

Budana mengaku kajian pabrik pakan ternak ini sangat penting. Kajian bahan baku pakan ternak akan menjadi titik yang menentukan apakah pabrik pakan ternak itu layak dibangun atau tidak.

Jika dari sisi bahan baku tidak ada masalah alias layak, maka bisa dilanjutkan untuk membuat detail engineering design (DED) lanjut ke pembangunan pabrik mulai tahun 2019.

Pihaknya tidak ingin program yang maksudnya baik malah mubazir karena tidak berjalan. Apalagi, Tabanan sudah kenyang dengan program yang dalam pelaksanaannya berjalan kurang maksimal bahkan mangkrak.

Contoh Rumah Potong Hewan di Gubug, Pasar Ikan di Tuakilang, dan Pasar Sayur di Baturiti.”Kami tidak ingin sesuatu yang sudah dibangun lalu mubazir. Jangan sampai nanti juga disorot masyarakat,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/