33.4 C
Jakarta
18 Oktober 2024, 11:48 AM WIB

Tamu ke Ubud Sepi, Pengusaha Mulai Berlakukan Cuti untuk Daily Worker

Dampak virus Corona yang mengguncang dunia terdampak pada kunjungan wisatawan ke Kota Seni Gianyar.

Berdasar perbandingan data 2019-2020, kunjungan Februari 2020 ini jeblok hingga puluhan ribu pengunjung. Namun, pengusaha hotel yang sepi kunjungan masih berusaha bertahan.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Ubud

SECARA kasat mata, situasi di Kelurahan Ubud yang jadi barometer wisata di Gianyar dan Bali masih berjalan normal.

Lalu lalang turis naik motor maupun jalan kaki masih tampak. Namun yang terlihat adalah turis Eropa dan Australia. Untuk turis Tiongkok sama sekali tidak kelihatan.

Kepala Dinas Pariwisata Daerah (Disparda) Gianyar AA Gede Putrawan mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan ke Gianyar pada bulan Februari lalu anjlok.

Data kunjungan wisatawan ke objek wisata yang dikelola pemerintah pada Januari 2020 sebanyak 116.452.

Namun, pada bulan Februari 2020 tinggal sebanyak 92.207. “Untuk data Maret ini belum. Kemungkinan Maret ini juga turun,” ujar AA Putrawan kemarin.

Dibanding Februari 2019 lalu sebanyak 102.864 wisatawan. Perbandingan jumlah itu merosot puluhan ribu turis. “Realisasi retribusi juga turun,” imbuhnya.

Pada Januari 2020, pendapatan sektor tempat wisata itu mencapai Rp 5,2 miliar. Pada Februari 2020 ini anjlok menjadi Rp 4,014 miliar.

“Kami tidak bisa berbuat banyak. Ini situasi dunia,” ungkapnya. Salah satu pengusaha hotel Pillow Inn Ubud, Kadek “Rijasa” Wiradana, mengaku situasi turis di hotelnya kian sepi.

“Wabah corona sangat berpengaruh di industri pariwisata, apalagi saat ini lagi momen low seasons,” keluhnya.

Diakui, penurunan itu mulai terjadi sejak Januari lalu. “Januari sebenarnya sudah agak menurun. Kami masih bisa bertahan, tapi nggak tahu ke depan seperti apa,” ujar pemilik hotel yang juga pengacara itu.

Tingkat hunian di hotelnya turun mencapai 40 persen. Sehingga penghuni hotel hanya 25 persen saja. “Jumlah hunian turun hampir 40 persen. Tapi untuk biaya operasional masih menutupi,” jelasnya.

Dia pun mengurangi operasional hotel. “Jalani yang urgent saja. Misalnya turunin harga, promosi. Untuk operasional kami stop proyek perbaikan,” jelasnya.

Meski bulan ini sulit, pihaknya berusaha menggaji karyawan. “Berusaha biar staff masih kami pertahankan,” pungkasnya.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar Pande Adityawarman Mulawarman mengaku menghemat operasional. Salah satunya menghemat listrik.

Untuk karyawan yang berstatus daily worker, ada yang diberikan cuti kerja. Biasanya mereka bekerja 6 hari, kali ini diberikan kerja 4 hari.

“Hingga saat ini di Kabupaten Gianyar belum ada yang karyawan yang dirumahkan. Hanya diberikan cuti pada daily worker,” ujarnya Adityawarman.

Pande Mahayana Adityawarman menambahkan, bila virus ini tidak dapat diatasi, beberapa minggu bahkan beberapa bulan kedepan, dikhawatirkan wisatawan mancanegara akan mengurungkan niatnya ke Bali.

Bukan tak mungkin usaha wisata di Bali semakin terpuruk. “Bila virus ini tidak bisa diatasi bahkan justru mewabah, saya khawatir kunjungan semakin menurun. Sebab wisatawan menghurungkan niatnya untuk traveling,” pungkasnya. (*)

Dampak virus Corona yang mengguncang dunia terdampak pada kunjungan wisatawan ke Kota Seni Gianyar.

Berdasar perbandingan data 2019-2020, kunjungan Februari 2020 ini jeblok hingga puluhan ribu pengunjung. Namun, pengusaha hotel yang sepi kunjungan masih berusaha bertahan.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Ubud

SECARA kasat mata, situasi di Kelurahan Ubud yang jadi barometer wisata di Gianyar dan Bali masih berjalan normal.

Lalu lalang turis naik motor maupun jalan kaki masih tampak. Namun yang terlihat adalah turis Eropa dan Australia. Untuk turis Tiongkok sama sekali tidak kelihatan.

Kepala Dinas Pariwisata Daerah (Disparda) Gianyar AA Gede Putrawan mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan ke Gianyar pada bulan Februari lalu anjlok.

Data kunjungan wisatawan ke objek wisata yang dikelola pemerintah pada Januari 2020 sebanyak 116.452.

Namun, pada bulan Februari 2020 tinggal sebanyak 92.207. “Untuk data Maret ini belum. Kemungkinan Maret ini juga turun,” ujar AA Putrawan kemarin.

Dibanding Februari 2019 lalu sebanyak 102.864 wisatawan. Perbandingan jumlah itu merosot puluhan ribu turis. “Realisasi retribusi juga turun,” imbuhnya.

Pada Januari 2020, pendapatan sektor tempat wisata itu mencapai Rp 5,2 miliar. Pada Februari 2020 ini anjlok menjadi Rp 4,014 miliar.

“Kami tidak bisa berbuat banyak. Ini situasi dunia,” ungkapnya. Salah satu pengusaha hotel Pillow Inn Ubud, Kadek “Rijasa” Wiradana, mengaku situasi turis di hotelnya kian sepi.

“Wabah corona sangat berpengaruh di industri pariwisata, apalagi saat ini lagi momen low seasons,” keluhnya.

Diakui, penurunan itu mulai terjadi sejak Januari lalu. “Januari sebenarnya sudah agak menurun. Kami masih bisa bertahan, tapi nggak tahu ke depan seperti apa,” ujar pemilik hotel yang juga pengacara itu.

Tingkat hunian di hotelnya turun mencapai 40 persen. Sehingga penghuni hotel hanya 25 persen saja. “Jumlah hunian turun hampir 40 persen. Tapi untuk biaya operasional masih menutupi,” jelasnya.

Dia pun mengurangi operasional hotel. “Jalani yang urgent saja. Misalnya turunin harga, promosi. Untuk operasional kami stop proyek perbaikan,” jelasnya.

Meski bulan ini sulit, pihaknya berusaha menggaji karyawan. “Berusaha biar staff masih kami pertahankan,” pungkasnya.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar Pande Adityawarman Mulawarman mengaku menghemat operasional. Salah satunya menghemat listrik.

Untuk karyawan yang berstatus daily worker, ada yang diberikan cuti kerja. Biasanya mereka bekerja 6 hari, kali ini diberikan kerja 4 hari.

“Hingga saat ini di Kabupaten Gianyar belum ada yang karyawan yang dirumahkan. Hanya diberikan cuti pada daily worker,” ujarnya Adityawarman.

Pande Mahayana Adityawarman menambahkan, bila virus ini tidak dapat diatasi, beberapa minggu bahkan beberapa bulan kedepan, dikhawatirkan wisatawan mancanegara akan mengurungkan niatnya ke Bali.

Bukan tak mungkin usaha wisata di Bali semakin terpuruk. “Bila virus ini tidak bisa diatasi bahkan justru mewabah, saya khawatir kunjungan semakin menurun. Sebab wisatawan menghurungkan niatnya untuk traveling,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/