Oleh: Dahlan Iskan
Sebenarnya harga dolar boleh berapa saja. Asal stabil. Agar pengusaha bisa melakukan bisnisnya. Bisa bertransaksi. Menggerakkan ekonomi. Paling-paling kita malu: kok rupiah ini nolnya banyak sekali.
Dengan melonjaknya dolar sekarang ini pengusaha pilih waspada. Lihat-lihat: kapan stabilnya. Lalu bertransaksi. Jangankan Rp 15.000/USD. Berapa pun gak masalah. Asal itu tadi: stabil. Stabil tinggi tidak masalah. Stabil rendah tidak masalah.
Nunggu stabil itulah masalahnya. Berapa lama.
Kini perusahaan harus punya banyak skenario. Diperlukan asumsi-asumsi. Kira-kira dolar akan stabil di angka berapa. Dan kapan.
Beberapa asumsi tidak terlalu mengkhawatirkan. Bank-bank kita sudah jauh lebih kuat. Sejak ada krisis 1998. Lebih kuat lagi sejak krisis global 2008.
Perbankan sudah punya dana khusus. Dan sistem mapan. Untuk menyelamatkan dirinya. Tanpa bail out dari dana pemerintah.
Pengusaha juga sudah lebih kuat. Sudah biasa membayar gaji karyawan dengan UMR tinggi. Kenaikan UMR dalam 10 tahun terakhir luar biasa. Sudah lebih tinggi dari kenaikan dolar.
Ini berarti daya beli masyarakat tidak terlalu lemah. Meski tentu saja turun.
Memang perusahaan yang punya utang dolar sangat susah. Apalagi pendapatannya rupiah. Seperti Garuda. Atau Lion.
Entah siapa yang lebih cerdik di antara keduanya. Misalnya dalam melakukan hedging. Terhadap utang dolarnya. Saat beli-beli pesawat dulu.
Hitungan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung juga akan berubah. Mungkin perlu kalkulator merk baru.
Setiap krisis ada yang jatuh. Ada pula yang justru moncer. Pengusaha coklat paling top di tahun 1998. Chairul Tanjung justru jadi konglomerat setelah itu.
Memang ada kiat ‘menyalip di tikungan’. Tidak semua orang bisa melakukan. Hanya pembalap andal jagonya.
Setiap krisis berarti seleksi. Ada yang lulus. Ada yang gagal.
Kalau tahun 1988 Malaysia termasuk yang lulus, kali ini berat sekali. Mahathir lulus saat itu. Kini Mahathir kembali di kursi perdana menteri. Ujian berat untuk manusia 93 tahun itu.
Yang kita tunggu sekarang adalah gambaran dari pemegang kebijakan: berapa lama lagi rupiah kita akan stabil. Di kisaran angka berapa. Asumsinya apa saja.
Sudah agak lama saya tidak mendengar di mana Menko Perekonomian kita: Darmin Nasution. Sakit? Atau hanya kalah populer dengan Menko-menko lainnya?
Alhamdulillah…kabar terakhir yang saya dengar beliau baik-baik saja. Segar bugar. Bahkan sangat menikmati anggreknya. (dahlan iskan)