29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:31 AM WIB

Berawal dari Bisnis Sampingan, Kini Hidupkan Roda Ekonomi Masyarakat

Memelihara tanaman hias bagi sebagian orang merupakan hobi yang hanya mampu mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri.

Berangkat dari sekedar hobi dengan menanam tanaman hias, kini warga Desa Petiga sukses menjadikan tanaman hias sebagai ladang bisnis yang menjanjikan.

 

 

JULIADI, Tabanan

SAAT memasuki Desa Petiga yang berada di Kecamatan Marga, Tabanan, pengunjung disuguhi suasana nyaman dan asri.

Pemandangan berupa tanaman hias yang cantik dengan aneka jenis tanaman yang dipajang di depan rumah dan sepanjang jalan Desa Petiga.

Hampir setiap halaman rumah warga penuh dengan jenis tanaman hias yang tampak tertata rapi. Berdasar informasi warga, budidaya tanaman hias berkembang tahun 1995 silam.

Kini di desa tersebut hampir 90 persen warga desa menjadikan tanaman hias sebagai salah satu pekerjaan pokok dan bukan lagi menjadi pekerjaan sampingan. 

Perbekel Petiga I Made Darmadiyasa mengakui jika saat ini 97 persen dari jumlah penduduk di Desa Petiga sebanyak 1.780 jiwa menjual dan memelihara tanaman hias.

Bisa dilihat halaman depan rumah dan lahan milik warga ditanaman beragam jenis tanaman hias jenis. 

“Dulunya desa ini tanaman hias hanya sebatas hobi dan sebagai pekerjaan sampingan warga desa. Karena sebagian besar warga memilih profesi sebagai pegawai,

swasta, PNS, dan petani. Namun kini tanaman hias pekerjaan karena membantu perekonomian warga,” beber Darmadiyasa.

Cerita awal mulai tanaman hias muncul sekitar tahun 80-an. Budidaya tanaman hias hanya dilakukan segelintir orang di desa setempat tepatnya di Banjar Petiga Semingan yang didasari hobi bercocok tanam.

Dulunya hanya bibit dari tanaman hias jenis puring, nah kemudian berkembang merambah ke tanaman yang lainnya seperti andong, pisang-pisangan, kembang seribu, pucuk merah, dan tanaman hias lainnya.

Hingga akhirnya, sekitar tahun 1995 mulai berkembang pesat, karena banyak warga dari luar yang tertarik untuk mengambil atau membeli tanaman hias di Desa Petiga.

Warga desa pun mulai menjual dan memelihara tanaman hias.  “Awalnya hanya dari hobi bercocok tanam 3 orang warga Banjar Petiga Semingan,

sehingga mereka banyak punya tanaman hias di rumahnya. Kemudian berkembang-berkembang di seluruh banjar yang ada di desa,” tuturnya.

Darmadiyasa menambahkan, setelah  berkembang di setiap banjar yang ada di desa, barulah warga mendapat bantuan sebesar Rp 35 Juta untuk membuat kelompok yang mengembangkan budidaya tanaman hias.

Kini sudah ada tiga kelompok dari tiga banjar yang ada di Desa Petiga membudidaya tanaman hias. “Bahkan desa kami kini dijuluki kawasan agropolitan tanaman hias di Tabanan,” ucapnya.

Budidaya tanaman hias tentunya sangat membantu perekonomian masyarakat. Misalnya seorang warga menjadi pegawai swasta hanya mendapatkan hasil berkecukupan.

Namun kini mendapat penghasilan tambahan dari menjual tanaman hias. Harga tanaman hias bervariasi tergantung dengan jenis tanaman.

Mulai dari Rp 10 ribu hingga ratusan ribu. Bergantung dari jenis tanaman. Dengan rata-rata hasil penjualan tanaman hias perhari Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. 

“Untuk pelanggan tidak hanya datang dari warga yang ada di Tabanan. Tetapi juga pelanggan tanaman juga dari hotel, villa, restaurant di Bali.

Ada juga sebagian pelanggan tanaman hias dari luar Bali seperti Jawa dan Sumatera. Diluar Bali dikirim melalui jasa pengiriman,” pungkasnya. (*)

Memelihara tanaman hias bagi sebagian orang merupakan hobi yang hanya mampu mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri.

Berangkat dari sekedar hobi dengan menanam tanaman hias, kini warga Desa Petiga sukses menjadikan tanaman hias sebagai ladang bisnis yang menjanjikan.

 

 

JULIADI, Tabanan

SAAT memasuki Desa Petiga yang berada di Kecamatan Marga, Tabanan, pengunjung disuguhi suasana nyaman dan asri.

Pemandangan berupa tanaman hias yang cantik dengan aneka jenis tanaman yang dipajang di depan rumah dan sepanjang jalan Desa Petiga.

Hampir setiap halaman rumah warga penuh dengan jenis tanaman hias yang tampak tertata rapi. Berdasar informasi warga, budidaya tanaman hias berkembang tahun 1995 silam.

Kini di desa tersebut hampir 90 persen warga desa menjadikan tanaman hias sebagai salah satu pekerjaan pokok dan bukan lagi menjadi pekerjaan sampingan. 

Perbekel Petiga I Made Darmadiyasa mengakui jika saat ini 97 persen dari jumlah penduduk di Desa Petiga sebanyak 1.780 jiwa menjual dan memelihara tanaman hias.

Bisa dilihat halaman depan rumah dan lahan milik warga ditanaman beragam jenis tanaman hias jenis. 

“Dulunya desa ini tanaman hias hanya sebatas hobi dan sebagai pekerjaan sampingan warga desa. Karena sebagian besar warga memilih profesi sebagai pegawai,

swasta, PNS, dan petani. Namun kini tanaman hias pekerjaan karena membantu perekonomian warga,” beber Darmadiyasa.

Cerita awal mulai tanaman hias muncul sekitar tahun 80-an. Budidaya tanaman hias hanya dilakukan segelintir orang di desa setempat tepatnya di Banjar Petiga Semingan yang didasari hobi bercocok tanam.

Dulunya hanya bibit dari tanaman hias jenis puring, nah kemudian berkembang merambah ke tanaman yang lainnya seperti andong, pisang-pisangan, kembang seribu, pucuk merah, dan tanaman hias lainnya.

Hingga akhirnya, sekitar tahun 1995 mulai berkembang pesat, karena banyak warga dari luar yang tertarik untuk mengambil atau membeli tanaman hias di Desa Petiga.

Warga desa pun mulai menjual dan memelihara tanaman hias.  “Awalnya hanya dari hobi bercocok tanam 3 orang warga Banjar Petiga Semingan,

sehingga mereka banyak punya tanaman hias di rumahnya. Kemudian berkembang-berkembang di seluruh banjar yang ada di desa,” tuturnya.

Darmadiyasa menambahkan, setelah  berkembang di setiap banjar yang ada di desa, barulah warga mendapat bantuan sebesar Rp 35 Juta untuk membuat kelompok yang mengembangkan budidaya tanaman hias.

Kini sudah ada tiga kelompok dari tiga banjar yang ada di Desa Petiga membudidaya tanaman hias. “Bahkan desa kami kini dijuluki kawasan agropolitan tanaman hias di Tabanan,” ucapnya.

Budidaya tanaman hias tentunya sangat membantu perekonomian masyarakat. Misalnya seorang warga menjadi pegawai swasta hanya mendapatkan hasil berkecukupan.

Namun kini mendapat penghasilan tambahan dari menjual tanaman hias. Harga tanaman hias bervariasi tergantung dengan jenis tanaman.

Mulai dari Rp 10 ribu hingga ratusan ribu. Bergantung dari jenis tanaman. Dengan rata-rata hasil penjualan tanaman hias perhari Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. 

“Untuk pelanggan tidak hanya datang dari warga yang ada di Tabanan. Tetapi juga pelanggan tanaman juga dari hotel, villa, restaurant di Bali.

Ada juga sebagian pelanggan tanaman hias dari luar Bali seperti Jawa dan Sumatera. Diluar Bali dikirim melalui jasa pengiriman,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/