28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 18:12 PM WIB

Jadi Juara Lomba Vlog Covid-19, Berharap Jadi Inspirasi Masyarakat

Desa Adat Mas di Kecamatan Ubud menjadi juara 1 lomba vlog tingkat provinsi Bali dalam rangka Bulan Bung Karno.

Kemenangan Desa Adat Mas tak terlepas dari peran masyarakatnya yang aktif menanggulangi Covid-19.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

JELANG akhir penilaian lomba vlog Bulan Bung Karno tingkat Provinsi Bali yang diunggah lewat kanal Youtube, sempat terjadi kejar-kejaran viewers.

Ada puluhan peserta vlog dari Desa Adat yang ambil bagian dalam lomba vlog itu. “Saat proses menuju 3 besar sebenarnya paling berat.

Karena didasar pada jumlah viewers atau penonton yang buka Youtube,” ujar kreator vlog Desa Adat Mas, Kadek Ariasa, kemarin.

Kejar-kejaran viewers tiga besar, terhitung dari 26-28 Juni. Awalnya, Desa Adat Banjarangkan Klungkung memimpin dengan 1.595 penonton. Saat itu, Desa Mas hanya 572 viewer.

“Bayangkan perasaan kami sebagai pendukung yang sudah tertinggal lebih dari 1.000-an. Pada hari ke 2 juga masih teringgal lebih dari 1.000,” ujarnya.

Yang paling menegangkan, kata dia, di sisa waktu 8 jam terakhir, masih tertinggal 600-an viewers dari Banjarangkaran Klungkung.

“Sehingga akhirnya jam 11 malam tinggal 1 jam lagi, vlog Desa Adat Mas bisa melewati kelebihan 181 viewer dari desa lain,” ujarnya.

Akhirnya, pada 29 Juni, pihak Desa Adat Mas dinyatakan meraih juara 1 dengan jumlah 3.444 penonton di Youtube.

Disusul juara 2, Desa Adat Banjarangkan Klungkung dengan 3.263 penonton. Dan juara 3, Desa Adat Beng Kecamatan Gianyar dengan jumlah 1990 penonton.

Tiga perwakilan desa itu dipanggil ke Provinsi pada 30 Juni lalu untuk memperoleh Piagam Penghargaan. Sebagai juara 1, Desa Mas memperoleh uang tunai Rp 5 juta.

“Hadiah diterima langsung oleh Bandesa Adat Mas sepenuhnya menjadi kewenangan desa adat Mas bersama Satgas Gotong Royong

dan Satgas relawan Covid Desa Mas yang sudah bergotong royong bersinergi mensukseskan tugas pembuatan vlog ini,” jelasnya.

Kemenangan vlog berjudul Bukan Hanya Wacana yang dibuat saat pandemi Covid-19, membuat Kadek Ariasa lega dan bersyukur.

“Ide judul Bukan Hanya Wacana sebenarnya cukup rumit juga awal proses munculnya karena ada keinginan besar agar tema peringatan Bulan Bung Karno Provinsi Bali bisa masuk khususnya nilai semangat Gotong Royong,” jelasnya.

Kata dia, agar judul tidak terkesan datar, atau biasa saja dia membuat orang menarik perhatian. Serta tidak keluar dari substansi isi dan nilai kegiatan Satgas secara nyata.

“Maka muncul keinginan untuk mengajak seluruh komponen masyarakat yang terlibat dalam percepatan penanganan Covid-19 secara nyata di semua lini,” jelasnya.

Saat pembuatan vlog, tantangan pertama, membuat alur cerita yang mengalir apa adanya tanpa terkesan dibuat-buat.

“Selanjutnya mencari figur vloger sebagai presenter berita sebagai pengantar terkait dengan kegiatan satgas serta kamera face sehingga memudahkan proses syuting sampai akhirnya mendapatkan figur Ibu Kaori,” jelasnya.

Tantangan lain, lanjut dia, dalam hal menggerakkan petugas Satgas tanpa melanggar aturan protokol kesehatan.

“Dengan semangat dan kekompakan gotong royong semua pendukung dan kru menjadi lebih mudah,” imbuhnya.

Disamping itu, take gambar juga membutuhkan pengulangan karena semua pendukung film bukan artis professional.

“Kadang masih harus menghafal teks yang harus diucapkan sehingga cukup menguras tenaga dan waktu,” bebernya.

Meski menggunakan alat sedehana, yakni kamera mirolles model lama, stabilizer dan editing dengan program editing video standar di laptop, vlog pun rampung.

“Sebagai pegiat perlindungan anak, pendidikan, seni, film dan sosial, saya pribadi mendukung penuh kegiatan seperti ini dan

kegiatan sejenis lainnya yang bisa menjadi media pendidikan anak untuk mendidik hal positif dan kreatif,” ungkapnnya.

Ariasa yang juga Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali itu berharap, lomba vlog bisa diteruskan dengan tema lainnya.

“Kami harap bisa dibuat berkala untuk memberikan ruang dan wadah positif dan kreatif bagi anak-anak. Daripada terjerumus salah pergaulan bahkan salah dalam pemanfaat teknologi dan media social,” pintanya. (*)

Desa Adat Mas di Kecamatan Ubud menjadi juara 1 lomba vlog tingkat provinsi Bali dalam rangka Bulan Bung Karno.

Kemenangan Desa Adat Mas tak terlepas dari peran masyarakatnya yang aktif menanggulangi Covid-19.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

JELANG akhir penilaian lomba vlog Bulan Bung Karno tingkat Provinsi Bali yang diunggah lewat kanal Youtube, sempat terjadi kejar-kejaran viewers.

Ada puluhan peserta vlog dari Desa Adat yang ambil bagian dalam lomba vlog itu. “Saat proses menuju 3 besar sebenarnya paling berat.

Karena didasar pada jumlah viewers atau penonton yang buka Youtube,” ujar kreator vlog Desa Adat Mas, Kadek Ariasa, kemarin.

Kejar-kejaran viewers tiga besar, terhitung dari 26-28 Juni. Awalnya, Desa Adat Banjarangkan Klungkung memimpin dengan 1.595 penonton. Saat itu, Desa Mas hanya 572 viewer.

“Bayangkan perasaan kami sebagai pendukung yang sudah tertinggal lebih dari 1.000-an. Pada hari ke 2 juga masih teringgal lebih dari 1.000,” ujarnya.

Yang paling menegangkan, kata dia, di sisa waktu 8 jam terakhir, masih tertinggal 600-an viewers dari Banjarangkaran Klungkung.

“Sehingga akhirnya jam 11 malam tinggal 1 jam lagi, vlog Desa Adat Mas bisa melewati kelebihan 181 viewer dari desa lain,” ujarnya.

Akhirnya, pada 29 Juni, pihak Desa Adat Mas dinyatakan meraih juara 1 dengan jumlah 3.444 penonton di Youtube.

Disusul juara 2, Desa Adat Banjarangkan Klungkung dengan 3.263 penonton. Dan juara 3, Desa Adat Beng Kecamatan Gianyar dengan jumlah 1990 penonton.

Tiga perwakilan desa itu dipanggil ke Provinsi pada 30 Juni lalu untuk memperoleh Piagam Penghargaan. Sebagai juara 1, Desa Mas memperoleh uang tunai Rp 5 juta.

“Hadiah diterima langsung oleh Bandesa Adat Mas sepenuhnya menjadi kewenangan desa adat Mas bersama Satgas Gotong Royong

dan Satgas relawan Covid Desa Mas yang sudah bergotong royong bersinergi mensukseskan tugas pembuatan vlog ini,” jelasnya.

Kemenangan vlog berjudul Bukan Hanya Wacana yang dibuat saat pandemi Covid-19, membuat Kadek Ariasa lega dan bersyukur.

“Ide judul Bukan Hanya Wacana sebenarnya cukup rumit juga awal proses munculnya karena ada keinginan besar agar tema peringatan Bulan Bung Karno Provinsi Bali bisa masuk khususnya nilai semangat Gotong Royong,” jelasnya.

Kata dia, agar judul tidak terkesan datar, atau biasa saja dia membuat orang menarik perhatian. Serta tidak keluar dari substansi isi dan nilai kegiatan Satgas secara nyata.

“Maka muncul keinginan untuk mengajak seluruh komponen masyarakat yang terlibat dalam percepatan penanganan Covid-19 secara nyata di semua lini,” jelasnya.

Saat pembuatan vlog, tantangan pertama, membuat alur cerita yang mengalir apa adanya tanpa terkesan dibuat-buat.

“Selanjutnya mencari figur vloger sebagai presenter berita sebagai pengantar terkait dengan kegiatan satgas serta kamera face sehingga memudahkan proses syuting sampai akhirnya mendapatkan figur Ibu Kaori,” jelasnya.

Tantangan lain, lanjut dia, dalam hal menggerakkan petugas Satgas tanpa melanggar aturan protokol kesehatan.

“Dengan semangat dan kekompakan gotong royong semua pendukung dan kru menjadi lebih mudah,” imbuhnya.

Disamping itu, take gambar juga membutuhkan pengulangan karena semua pendukung film bukan artis professional.

“Kadang masih harus menghafal teks yang harus diucapkan sehingga cukup menguras tenaga dan waktu,” bebernya.

Meski menggunakan alat sedehana, yakni kamera mirolles model lama, stabilizer dan editing dengan program editing video standar di laptop, vlog pun rampung.

“Sebagai pegiat perlindungan anak, pendidikan, seni, film dan sosial, saya pribadi mendukung penuh kegiatan seperti ini dan

kegiatan sejenis lainnya yang bisa menjadi media pendidikan anak untuk mendidik hal positif dan kreatif,” ungkapnnya.

Ariasa yang juga Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali itu berharap, lomba vlog bisa diteruskan dengan tema lainnya.

“Kami harap bisa dibuat berkala untuk memberikan ruang dan wadah positif dan kreatif bagi anak-anak. Daripada terjerumus salah pergaulan bahkan salah dalam pemanfaat teknologi dan media social,” pintanya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/