32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:32 PM WIB

Doakan Warga Tiongkok, Interaksi Dua Negara Lekat Sejak Ribuan Tahun

Tiongkok adalah salah satu negara sahabat Indonesia. Kedekatan itu terlihat saat wabah corona melanda Tiongkok dan seluruh

Konjen China di Denpasar, Bali Art Club, Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT) Bali dan dan Sudakara Artspace bekerjasama

menggelar pameran lukisan untuk menyampaikan simpati dan solidaritas bagi warga Wuhan dan Tiongkok. Seperti apa?

 

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar

PAMERAN lukisan diselenggarakan di Sudakara Artspace, Sudamala Suites dan Villas, Sanur, sejak Jumat lalu (6/3) hingga 16 Maret mendatang.  

Tampak lukisan orang-orang yang memakai masker, bermakna warga Wuhan sedang berjuang menghadapi virus corona yang membuat aktivitas di negara besar itu terhenti.

Pelukis bernama Djaja Tjandra Kirana yang juga ketua Vali Art Club mengatakan lukisannya ini diselesaikan dalam waktu sehari.

Menggambarkan warga Wuhan memakai masker dan masyarakat Bali sedang sembahyang. Yang artinya, doa dari Bali untuk Tiongkok supaya bisa melalui masalah ini. “ Badai pasti berlalu,” itu penekanannya.

“Semua hidup dimana saja sama. Mendukung dan mendoakan apa yang bisa diperbuat masyarakat dunia jauh dari wabah corona.

Saya lihat belum ada seniman Bali bersatu mendoakan Wuhan supaya bisa cepat sembuh kembali,” jelas pria berusia 76 tahun ini.

 Dirinya menyumbang dua lukisan. Ia berjanji jika ada yang membeli lukisan itu, uangnya akan disumbangkan untuk membantu penduduk Wuhan, Tiongkok.

Sementara itu, Konjen China di Denpasar, Gou Haodong memajang lukisan kaligrafinya bertajuk “Meskipun berada di tempat berbeda-beda, kita masih di bawah langit yang sama”.

Karyanya tersebut menginspirasi judul pameran yang selain itu memperingati hubungan diplomatik kedua negara Republik Rakyat Tiongkok dan Indonesia yang berusia 70 tahun sejak 13 April 1950.

Gou mengatakan, wabah corona mendadak merebak di Tiongkok, hingga kini telah mencapai lebih 60 negara telah melaporkan kasus positif terjangkit virus corona (Covid 19), termasuk Indonesia.

 Karya Polenk terinspirasi dari kutukan Dewi Danu pada masyarakat kolok, Desa Bengkala, Buleleng, yang telah merahasikan pernikahan Raja Jaya Pangus dengan Putri dari China Kang Cing Wei yang membuat mereka telah membisu selama 1.118 tahun.

Kini masyarakat berburu masker, apakah ingin membisu memutus interaksi? Seperti itu arti karya lukisan Polenk.  

Polenk ingin menyampaikan pesan bahwa sejak 1.118 tahun lalu masyarakat Bali setia dan menghormati Kang Cing Wie sebagai ratu atau saudara tua.

“Kini kita bersama Wuhan dan masyarakat China yang kena wabah virus corona,“ kata Polenk. Gao mengatakan, dalam catatan sejarah, hubungan antara Tiongkok dan Indonesia sudah dimulai

dari ribuan tahun lalu bahkan jauh sebelum itu dan mencapai titik puncak pada Dinasti Ming sekitar  600 tahun silam, ketika armada Cheng Ho berlayar sampai di Asia Tenggara (tahun 1405 sampai 1433). (*)

 

Tiongkok adalah salah satu negara sahabat Indonesia. Kedekatan itu terlihat saat wabah corona melanda Tiongkok dan seluruh

Konjen China di Denpasar, Bali Art Club, Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT) Bali dan dan Sudakara Artspace bekerjasama

menggelar pameran lukisan untuk menyampaikan simpati dan solidaritas bagi warga Wuhan dan Tiongkok. Seperti apa?

 

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar

PAMERAN lukisan diselenggarakan di Sudakara Artspace, Sudamala Suites dan Villas, Sanur, sejak Jumat lalu (6/3) hingga 16 Maret mendatang.  

Tampak lukisan orang-orang yang memakai masker, bermakna warga Wuhan sedang berjuang menghadapi virus corona yang membuat aktivitas di negara besar itu terhenti.

Pelukis bernama Djaja Tjandra Kirana yang juga ketua Vali Art Club mengatakan lukisannya ini diselesaikan dalam waktu sehari.

Menggambarkan warga Wuhan memakai masker dan masyarakat Bali sedang sembahyang. Yang artinya, doa dari Bali untuk Tiongkok supaya bisa melalui masalah ini. “ Badai pasti berlalu,” itu penekanannya.

“Semua hidup dimana saja sama. Mendukung dan mendoakan apa yang bisa diperbuat masyarakat dunia jauh dari wabah corona.

Saya lihat belum ada seniman Bali bersatu mendoakan Wuhan supaya bisa cepat sembuh kembali,” jelas pria berusia 76 tahun ini.

 Dirinya menyumbang dua lukisan. Ia berjanji jika ada yang membeli lukisan itu, uangnya akan disumbangkan untuk membantu penduduk Wuhan, Tiongkok.

Sementara itu, Konjen China di Denpasar, Gou Haodong memajang lukisan kaligrafinya bertajuk “Meskipun berada di tempat berbeda-beda, kita masih di bawah langit yang sama”.

Karyanya tersebut menginspirasi judul pameran yang selain itu memperingati hubungan diplomatik kedua negara Republik Rakyat Tiongkok dan Indonesia yang berusia 70 tahun sejak 13 April 1950.

Gou mengatakan, wabah corona mendadak merebak di Tiongkok, hingga kini telah mencapai lebih 60 negara telah melaporkan kasus positif terjangkit virus corona (Covid 19), termasuk Indonesia.

 Karya Polenk terinspirasi dari kutukan Dewi Danu pada masyarakat kolok, Desa Bengkala, Buleleng, yang telah merahasikan pernikahan Raja Jaya Pangus dengan Putri dari China Kang Cing Wei yang membuat mereka telah membisu selama 1.118 tahun.

Kini masyarakat berburu masker, apakah ingin membisu memutus interaksi? Seperti itu arti karya lukisan Polenk.  

Polenk ingin menyampaikan pesan bahwa sejak 1.118 tahun lalu masyarakat Bali setia dan menghormati Kang Cing Wie sebagai ratu atau saudara tua.

“Kini kita bersama Wuhan dan masyarakat China yang kena wabah virus corona,“ kata Polenk. Gao mengatakan, dalam catatan sejarah, hubungan antara Tiongkok dan Indonesia sudah dimulai

dari ribuan tahun lalu bahkan jauh sebelum itu dan mencapai titik puncak pada Dinasti Ming sekitar  600 tahun silam, ketika armada Cheng Ho berlayar sampai di Asia Tenggara (tahun 1405 sampai 1433). (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/