28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 18:20 PM WIB

Jumlah Pengunjung Meningkat, Sayang Koleksi Buku Masih Terbatas

Memanfaatkan keramaian orang yang sedang olahraga pagi, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Persip) Kabupaten Tabanan mencoba menggugah minat baca buku warga.

Sasarannya utamanya adalah anak-anak agar tidak kecanduan gadget.

MAULANA SANDIJAYA, Tabanan

SEPERTI biasa, setiap Minggu pagi Lapangan Alit Saputra, Dangin Carik, Kota Tabanan selalu dipenuhi warga.

Maklum, selain letaknya yang strategis berada di jantung Kota Tabanan, Lapangan Alit Saputra dilengkapi fasilitas jogging track yang mengelilingi lapangan.

Banyak warga dari anak-anak, remaja, dewasa, ibu hamil, hingga lansia melakukan lari-lari kecil atau sekadar jalan santai mengelilingi lapangan.

Di pojok utara lapangan tepatnya di depan Kantor Kejari Tabanan merupkan tempat paling ramai. Selain tempatnya teduh karena banyak pohoh rindang juga dilengkapi beragam tempat bermain anak-anak.

Teriakan anak-anak usia TK hingga SD terdengar ramai bersahutan. Suasana semakin meriah dengan kehadiran para pedagang.

Mulai dagang gorengan, bubur Bali, bakso dan sate. Yang paling banyak dicari setelah olahraga adalah pedagang kelapa muda di mobil bak terbuka. 

Di tengah keramaian itu datang mobil warna biru bertuliskan perpustakaan keliling masuk ke pinggir lapangan.

Setelah mobil parkir, I Gusti Ayu Made Srihati bersama dua orang rekannya menggelar dua buah karpet di atas rumput lapangan.

Selanjutnya mereka menata tiga buah kursi. Mobil yang di dalamnya berisi rak buku itu dibuka dari samping dan belakang.

Tak lama kemudian, tiga anak perempuan berusia 7 tahun mendekat mobil. “Ayo-ayo sini adik baca buku,” sapa Srihati pada anak-anak yang terlihat ragu mendekat mobil itu.

Dengan wajah ceria ketiga anak itu naik ke atas mobil memilah buku. Yang dicari adalah majalah dan komik bergambar. Setelah dapat mereka turun lantas membaca lesehan di karpet.

Tidak lama kemudian datang seorang bapak membawa anak laki-lakinya mencari buku yang diinginkan. Disusul kemudian dua orang ibu-ibu yang mencari buku memasak.

Kemudian datang bapak-bapak yang mencari buku tentang antariksa dan perbintangan. Sayang, yang dicari tidak ada.

“Ya sementara koleksi buku kami masih sangat terbatas. Kalau mau yang lengkap bisa datang ke perpustakaan di belakang kantor bupati,” terang Srihati.

Perempuan asli Pemecutan, Denpasar, itu mengungkapkan perpustakaan keliling ini cukup efektif menggugah minat baca masyarakat yang rendah.

Sejak 2015 datang rutin ke Lapangan Alit Saputra, jumlah pengunjung terus bertambah. Pengunjung yang mencatat namanya di buku absen lebih dari 30 orang.

Bahkan, jika ramai bisa mencapai 80 orang. Paling banyak pengunjung anak-anak TK dan SD. Sedangkan anak usia SMP  dan SMA ada tapi tidak banyak.

Yang menarik adalah anak-anak TK dan SD tidak semuanya ditemani orang tuanya. “Banyak yang anaknya ditaruh di sini, terus orangtuanya keliling olahraga,” tutur perempuan yang mulai menjadi PNS di Tabanan sejak 1990 itu.

Ada kesenangan tersendiri yang dirasakan Srihati ketika menunggui perpustakaan keliling. Sekalipun dia harus mengorbankan hari liburnya sebagai pegawai negeri.

“Saya senang sekali kalau lihat anak-anak banyak baca buku daripada pegang HP,” paparnya. Dan, sasaran utama perpustakaan keliling memang mengajak masyarakat kembali mencintai buku.

Selain di Lapangan Alit Saputra, perpustakaan keliling juga direncanakan lebih banyak menyasar sejumlah kegiatan yang melibatkan massa.

Seperti mendatangi upacara di sejumlah pura. Selain itu, Srihati juga memiliki pemikiran perpustakaan keliling bisa masuk ke Polres bagian pengurusan SIM.

“Jadi, sambil orang lama antre membuat SIM bisa sambil baca. Mudah-mudahan usul itu bisa terwujud,” harapnya. 

Walau demikian, perpustakaan keliling Pemkab Tabanan itu tanpa kendala. Srihati menyebut jumlah buku terutama majalah khusus anak-anak masih sangat terbatas.

Padahal, bacaan semacam majalah yang paling banyak dicari. Jumlah koleksi buku 1.200 buah ini baru didapat setelah ada bantuan dari pemerintah pusat.

Tiga tahun lalu jumlah buku yang dibawa masih 700 buku. Itu pun kondisi buku banyak yang tidak baik. Seperti sampul lecek dan ruas yang terkelupas.

Selain butuh bantuan buku, menurut Srihati yang diperlukan adalah kapasitas kendaraan. Semakin kendaraan besar maka semakin banyak buku yang dibawa, sehingga lebih banyak pilihan bagi pembaca.

Memanfaatkan keramaian orang yang sedang olahraga pagi, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Persip) Kabupaten Tabanan mencoba menggugah minat baca buku warga.

Sasarannya utamanya adalah anak-anak agar tidak kecanduan gadget.

MAULANA SANDIJAYA, Tabanan

SEPERTI biasa, setiap Minggu pagi Lapangan Alit Saputra, Dangin Carik, Kota Tabanan selalu dipenuhi warga.

Maklum, selain letaknya yang strategis berada di jantung Kota Tabanan, Lapangan Alit Saputra dilengkapi fasilitas jogging track yang mengelilingi lapangan.

Banyak warga dari anak-anak, remaja, dewasa, ibu hamil, hingga lansia melakukan lari-lari kecil atau sekadar jalan santai mengelilingi lapangan.

Di pojok utara lapangan tepatnya di depan Kantor Kejari Tabanan merupkan tempat paling ramai. Selain tempatnya teduh karena banyak pohoh rindang juga dilengkapi beragam tempat bermain anak-anak.

Teriakan anak-anak usia TK hingga SD terdengar ramai bersahutan. Suasana semakin meriah dengan kehadiran para pedagang.

Mulai dagang gorengan, bubur Bali, bakso dan sate. Yang paling banyak dicari setelah olahraga adalah pedagang kelapa muda di mobil bak terbuka. 

Di tengah keramaian itu datang mobil warna biru bertuliskan perpustakaan keliling masuk ke pinggir lapangan.

Setelah mobil parkir, I Gusti Ayu Made Srihati bersama dua orang rekannya menggelar dua buah karpet di atas rumput lapangan.

Selanjutnya mereka menata tiga buah kursi. Mobil yang di dalamnya berisi rak buku itu dibuka dari samping dan belakang.

Tak lama kemudian, tiga anak perempuan berusia 7 tahun mendekat mobil. “Ayo-ayo sini adik baca buku,” sapa Srihati pada anak-anak yang terlihat ragu mendekat mobil itu.

Dengan wajah ceria ketiga anak itu naik ke atas mobil memilah buku. Yang dicari adalah majalah dan komik bergambar. Setelah dapat mereka turun lantas membaca lesehan di karpet.

Tidak lama kemudian datang seorang bapak membawa anak laki-lakinya mencari buku yang diinginkan. Disusul kemudian dua orang ibu-ibu yang mencari buku memasak.

Kemudian datang bapak-bapak yang mencari buku tentang antariksa dan perbintangan. Sayang, yang dicari tidak ada.

“Ya sementara koleksi buku kami masih sangat terbatas. Kalau mau yang lengkap bisa datang ke perpustakaan di belakang kantor bupati,” terang Srihati.

Perempuan asli Pemecutan, Denpasar, itu mengungkapkan perpustakaan keliling ini cukup efektif menggugah minat baca masyarakat yang rendah.

Sejak 2015 datang rutin ke Lapangan Alit Saputra, jumlah pengunjung terus bertambah. Pengunjung yang mencatat namanya di buku absen lebih dari 30 orang.

Bahkan, jika ramai bisa mencapai 80 orang. Paling banyak pengunjung anak-anak TK dan SD. Sedangkan anak usia SMP  dan SMA ada tapi tidak banyak.

Yang menarik adalah anak-anak TK dan SD tidak semuanya ditemani orang tuanya. “Banyak yang anaknya ditaruh di sini, terus orangtuanya keliling olahraga,” tutur perempuan yang mulai menjadi PNS di Tabanan sejak 1990 itu.

Ada kesenangan tersendiri yang dirasakan Srihati ketika menunggui perpustakaan keliling. Sekalipun dia harus mengorbankan hari liburnya sebagai pegawai negeri.

“Saya senang sekali kalau lihat anak-anak banyak baca buku daripada pegang HP,” paparnya. Dan, sasaran utama perpustakaan keliling memang mengajak masyarakat kembali mencintai buku.

Selain di Lapangan Alit Saputra, perpustakaan keliling juga direncanakan lebih banyak menyasar sejumlah kegiatan yang melibatkan massa.

Seperti mendatangi upacara di sejumlah pura. Selain itu, Srihati juga memiliki pemikiran perpustakaan keliling bisa masuk ke Polres bagian pengurusan SIM.

“Jadi, sambil orang lama antre membuat SIM bisa sambil baca. Mudah-mudahan usul itu bisa terwujud,” harapnya. 

Walau demikian, perpustakaan keliling Pemkab Tabanan itu tanpa kendala. Srihati menyebut jumlah buku terutama majalah khusus anak-anak masih sangat terbatas.

Padahal, bacaan semacam majalah yang paling banyak dicari. Jumlah koleksi buku 1.200 buah ini baru didapat setelah ada bantuan dari pemerintah pusat.

Tiga tahun lalu jumlah buku yang dibawa masih 700 buku. Itu pun kondisi buku banyak yang tidak baik. Seperti sampul lecek dan ruas yang terkelupas.

Selain butuh bantuan buku, menurut Srihati yang diperlukan adalah kapasitas kendaraan. Semakin kendaraan besar maka semakin banyak buku yang dibawa, sehingga lebih banyak pilihan bagi pembaca.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/