32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 17:40 PM WIB

Fibrilasi Atrium Meningkatkan Risiko Stroke

 

Apakah anda atau keluarga anda pernah terkena stroke? Mungkin salah satu penyebabnya adalah fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium dapat menjadi penyebab stroke non hemoragik/stroke iskemik karena penyumbatan pembuluh darah di otak.

Fibrilasi Atrium (AF) merupakan bentuk gangguan irama jantung (aritmia) yang paling umum ditemui di masyarakat. Ketidakteraturan denyut jantung yang berbahaya ini menyebabkan ruang atas jantung (atrium) bergetar dan tidak berdenyut sebagaimana mestinya, sehingga darah tidak terpompa sepenuhnya, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pengumpulan dan penggumpalan darah. Gumpalan darah ini jika telepas sangat berbahaya karena dapat terbawa sampai ke otak, menyumbat pembuluh arteri, dan mengganggu pasokan darah ke otak. Situasi ini seringkali menjadi awal dari serangan stroke yang gawat dan mematikan.

 Fibrilasi atrium merupakan aritmia yang paling sering dijumpai dalam praktik klinis, yaitu sekitar sepertiga dari kasus rawat inap yang dikarenakan gangguan irama jantung. Penyebab utama AF yang sering ditemukan antara lain tekanan darah tinggi, cacat pada katup jantung, penyakit jantung rematik, dan diabetes. Gaya hidup dan faktor makanan seperti tekanan emosi dan fisik, serta konsumsi kafein atau alkohol juga berkontribusi terhadap terbentuknya AF. Kondisi klinis lain yang juga sering terkait adalah penyakit paru, tirotoksikosis, pasca operasi jantung maupun paru, emboli paru akut, perikarditis, miokarditis, serta infark miokard akut.

Fibrilasi atrium memiliki gejala klinis bervariasi, yang tersering adalah berdebar-debar (palpitasi). Gejala lain yang dijumpai berupa lemas, perasaan mau pingsan, sesak, pusing serta nyeri dada. Sebagian lain pasien dengan fibrilasi atrium tidak bergejala sehingga pasien tidak menyadari akan menderita AF.

Fibrilasi atrium merupakan penyebab paling sering kejadian stroke emboli pada pasien usia lanjut, dengan peningkatan risiko stroke lima kali lebih besar dibandingkan dengan faktor-faktor risiko lain seperti penyakit jantung koroner, hipertensi maupun gagal jantung kongestif. Di samping itu, fibrilasi atrium juga menyebabkan kasus stroke yang lebih berat, yang ditandai dengan tingginya angka kematian maupun perawatan di rumah sakit yang lebih lama dibandingkan kasus stroke dengan penyebab lainnya. Kebanyakan morbiditas dan mortalitas pasien dengan fibrilasi atrium merupakan konsekuensi dari kejadian tromboemboli sehingga tatalaksana pencegahan tromboemboli merupakan suatu komponen penting dalam manajemen pasien dengan fibrilasi atrium.

Pencegahan AF dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola hidup sehat dan mengurangi faktor resiko penyebab penyakit jantung. Pola hidup sehat yang dianjurkan antara lain: berhenti merokok, mengikuti diet jantung sehat dengan mengurangi konsumsi makanan mengandung lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, dan mengkonsumsi berbagai jenis buah, sayur, dan gandum. Rajin berolahraga dan menjaga berat badan ideal juga termasuk pola hidup sehat yang dianjurkan. Jika anda memiliki faktor resiko penyakit jantung seperti hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi, seperti fibrilasi atrium. Selain itu penting juga untuk mengurangi konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan. Dan jangan lupa untuk meminum obat yang dianjurkan oleh dokter terkait faktor resiko penyakit AF. Dokter mungkin menyarankan penggunaan obat pengencer darah untuk menghindari pembentukan bekuan darah. Bersama dengan obat-obatan tersebut, dokter akan meresepkan obat-obatan yang berfungsi mengontrol irama jantung, sedang yang lainnya membantu mengontrol detak jantung selama fibrilasi atrium. (adv)

 

 

Apakah anda atau keluarga anda pernah terkena stroke? Mungkin salah satu penyebabnya adalah fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium dapat menjadi penyebab stroke non hemoragik/stroke iskemik karena penyumbatan pembuluh darah di otak.

Fibrilasi Atrium (AF) merupakan bentuk gangguan irama jantung (aritmia) yang paling umum ditemui di masyarakat. Ketidakteraturan denyut jantung yang berbahaya ini menyebabkan ruang atas jantung (atrium) bergetar dan tidak berdenyut sebagaimana mestinya, sehingga darah tidak terpompa sepenuhnya, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pengumpulan dan penggumpalan darah. Gumpalan darah ini jika telepas sangat berbahaya karena dapat terbawa sampai ke otak, menyumbat pembuluh arteri, dan mengganggu pasokan darah ke otak. Situasi ini seringkali menjadi awal dari serangan stroke yang gawat dan mematikan.

 Fibrilasi atrium merupakan aritmia yang paling sering dijumpai dalam praktik klinis, yaitu sekitar sepertiga dari kasus rawat inap yang dikarenakan gangguan irama jantung. Penyebab utama AF yang sering ditemukan antara lain tekanan darah tinggi, cacat pada katup jantung, penyakit jantung rematik, dan diabetes. Gaya hidup dan faktor makanan seperti tekanan emosi dan fisik, serta konsumsi kafein atau alkohol juga berkontribusi terhadap terbentuknya AF. Kondisi klinis lain yang juga sering terkait adalah penyakit paru, tirotoksikosis, pasca operasi jantung maupun paru, emboli paru akut, perikarditis, miokarditis, serta infark miokard akut.

Fibrilasi atrium memiliki gejala klinis bervariasi, yang tersering adalah berdebar-debar (palpitasi). Gejala lain yang dijumpai berupa lemas, perasaan mau pingsan, sesak, pusing serta nyeri dada. Sebagian lain pasien dengan fibrilasi atrium tidak bergejala sehingga pasien tidak menyadari akan menderita AF.

Fibrilasi atrium merupakan penyebab paling sering kejadian stroke emboli pada pasien usia lanjut, dengan peningkatan risiko stroke lima kali lebih besar dibandingkan dengan faktor-faktor risiko lain seperti penyakit jantung koroner, hipertensi maupun gagal jantung kongestif. Di samping itu, fibrilasi atrium juga menyebabkan kasus stroke yang lebih berat, yang ditandai dengan tingginya angka kematian maupun perawatan di rumah sakit yang lebih lama dibandingkan kasus stroke dengan penyebab lainnya. Kebanyakan morbiditas dan mortalitas pasien dengan fibrilasi atrium merupakan konsekuensi dari kejadian tromboemboli sehingga tatalaksana pencegahan tromboemboli merupakan suatu komponen penting dalam manajemen pasien dengan fibrilasi atrium.

Pencegahan AF dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola hidup sehat dan mengurangi faktor resiko penyebab penyakit jantung. Pola hidup sehat yang dianjurkan antara lain: berhenti merokok, mengikuti diet jantung sehat dengan mengurangi konsumsi makanan mengandung lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, dan mengkonsumsi berbagai jenis buah, sayur, dan gandum. Rajin berolahraga dan menjaga berat badan ideal juga termasuk pola hidup sehat yang dianjurkan. Jika anda memiliki faktor resiko penyakit jantung seperti hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi, seperti fibrilasi atrium. Selain itu penting juga untuk mengurangi konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan. Dan jangan lupa untuk meminum obat yang dianjurkan oleh dokter terkait faktor resiko penyakit AF. Dokter mungkin menyarankan penggunaan obat pengencer darah untuk menghindari pembentukan bekuan darah. Bersama dengan obat-obatan tersebut, dokter akan meresepkan obat-obatan yang berfungsi mengontrol irama jantung, sedang yang lainnya membantu mengontrol detak jantung selama fibrilasi atrium. (adv)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/