Apa tujuan Tiongkok mencabut pembatasan dua periode masa jabatan presiden? Analis barat fokus pada ambisi Presiden Xi Jinping untuk terus berkuasa.
Tahun ini Preaiden Xi memulai masa jabatan kedua. Dan ingin yang ketiga. Dan seterusnya. Seumur hidup.
Tapi benarkah begitu?
Saya mencatat, sebelum Presiden Xi memulai jabatannya, ada petisi dari 149 mantan jendral. Isinya: protes keras.
Tiongkok mereka anggap sudah terlalu liberal, terlalu kapitalis dan terlalu borjuis. Dampaknya, kata mereka, nilai-nilai sosialisme ditinggal. Korupsi marak. Kesenjangan kaya miskin kian jauh. Itu mereka anggap sebagai pengkhianatan nilai-nilai sosialisme. Dasar negara.
Presiden Xi Jinping, dengan latar belakang kejuangan ayahnya, menyerap aspirasi seperti itu. Dia rumuskan konsep “Tiongkok Yang Diimpikan” (ä¸å›½æ¢¦æƒ³). Saya sendiri menyimpulkan mimpi itu adalah:
1. Lima tahun ke depan tidak boleh ada lagi orang miskin di Tiongkok. Dari 800 juta orang miskin kini tinggal 60 juta. Dan itu harus tidak miskin lagi dalam lima tahun ke depan.
2. Ketika Partai Komunis Tiongkok berumur 100 tahun Tiongkok harus jadi negara sejahtera. Untuk itu, pada tahun 2030 harus jadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Itu berarti mengalahkan Amerika.
Kini Tiongkok sudah menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Bahkan sudah sejak lima tahun lalu. Tapi Tiongkok lagi menghadapi ujian: naiknya nasionalisme Amerika.
Perang dagang kini lagi diambang pintu. Dilancarkan oleh Amerika. Sasaran utamanya adalah Tiongkok.
Setelah pengenaan bea masuk baru pada mesin cuci dan produk rumah tangga lainnya, Presiden Donald Trump minggu ini menembakkan peluru yang lebih besar: mengenakan bea masuk langsung 30 persen pada impor baja dan 15 persen untuk alumunium.
Sampai sejauh ini Tiongkok masih terlihat kalem. Tidak ada pernyataan keras untuk melawannya.
Dua delegasi dikirim ke Washington. Tapi dua-duanya gagal. Tiongkok belum juga menunjukkan kemarahannya. Atau keinginan balas dendamnya.
Jurus Kungfu Panda kelihatannya akan dimainkan sesuai doktrinnya. Apalagi dalam hal mesin cuci dan produk elektronik tadi Korea Selatanlah yang lebih terpukul. Itu sahabat karib Amerika sendiri. Bahkan Taiwan juga terkena. Itu anak Amerika sendiri.
Dalam hal baja dan alumunium ternyata Kanada yang akan tergencet. Itu tetangga baiknya sendiri. Juga Mexico. Tetangga di selatannya.
Serangan gaya Rambo telah tidak tepat sasaran. Korbannya ternyata siapa saja. Termasuk teman sendiri.
Rambo lawan Kungfu Panda kelihatannya akan terus menjadi topik besar di tahun-tahun mendatang.
Untuk mencapai ä¸å›½æ¢¦æƒ³ memang masih terlalu banyak tantangan. Dua misi besar di atas menjadi tujuan. Cara mencapainya menjadi lebih penting. Adakah dengan ketentuan yang ada bisa mencapainya?
Tiongkok lantas, kelihatannya, bertumpu pada perlunya kepemimpinan nasional yang kuat.
Presiden Xi Jinping memang amat kuat. Umurnya masih 67 tahun saat ini. Latar belakang kejuangan keluarganya jelas. Seperti jadi jaminan bahwa Presiden Xi tidak akan menyelewengkan tujuan bernegara.
Dia jendral. Dia ahli ekonomi, dalam pengertian punya track record emas: saat menjabat gubernur Fujian pertumbuhan ekonominya 16 persen selama 10 tahun berturut-turut dan saat menjabat gubernur Zhijiang ekonominya fantastis: tumbuh 22 persen selama dua pereode kepemimpinannya.
Dia bukan tokoh yang tiba-tiba populer. Perjalanan karirnya begitu panjang dari bawah. Presiden Xi juga dikenal bersih. Tidak pernah ada selentingan, misalnya, terkait dengan suatu kroni.
Istrinya, Peng Liyuan, juga jadi idola. Setiap baju yang dikenakannya menjadi trend di kalangan penyuka busana.
Semuanya rancangan dalam negeri. Sejak gadis di Shandong, Peng sudah jadi penyanyi terkenal. Lalu jadi penyanyi lagu-lagu 爱国 yang paling terkemuka di seluruh negara.
Dia pun dapat pangkat tituler: jendral bintang satu.
Lalu, datanglah ini: ada yang ingin menjodohkannya dengan pemuda Xi Jinping. Peng tidak mau. “Orangnya terlalu serius dan dingin.” Begitu pernah dikutip media.
Tapi lama-lama Peng tahu sifat pemuda Xi Jinping sebenarnya.
Mereka berumah tangga. Harmonis dan serasi. Sampai hari ini.
Dengan pencabutan pembatasan masa jabatan dua pereode Tiongkok tidak akan kehilangan pemimpin kuat. Persoalannya adalah, bagaimana kalau kebetulan bukan seperti Xi Jinping.(dis)