32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:01 PM WIB

Ingin Jadi Anggota TNI Sejak SMP, Keluarga Berniat Rayakan Kelulusan

Niat untuk berlibur setelah mengikuti Diklat Penjurusan Infantri TNI AD di Pulaki, Buleleng, Prada Yanuar Setiawan, 20, kandas di ujung belati.

 

ANDRE SULLA-MARSELLUS, Denpasar

MINGGU pagi kemarin (9/7) menjadi hari akhir hayat Prada Yanuar Setiawan. Dia mengembuskan napas terakhir setelah ditikam dengan belati oleh anak anggota DPRD Bali, berinisial DKDA, 16.

Sejatinya, Yanuar kemarin kebetulan mendapatkan libur usai pendidikan di Pulaki Buleleng. Korban memutuskan untuk jalan-jalan ke Denpasar. Dari Pulaki, Bulelang ia tiba di Denpasar sekitar pukul 18.00 Sabtu (8/7).

Sesuai prosedur, dia datang langsung meminta izin ke pihak Kodam dan Kodim. Dengan menggunakan pakaian PDL dijemput oleh dua orang teman bernama Egar dan Isra yang satu daerah (Manggarai) di depan Kodim 1611/Badung (lapangan Puputan) untuk bermain ke Nusa Dua tempat tinggal teman lain bernama Steven, 29, yang bekerja di BNDCC.

Sempat berjabat tangan dan berpelukan saat bertemu. Mereka tidak langsung pergi namun sempat bercerita sebentar.

Tak berselang lama kemudian, korban bersama kedua temanya meninggalkan Lapangan Puputan menuju tempat saudara Suwandi di Jalan Diponegoro, Gang Rangsana Nomor 32, Pesanggaran, Denpasar Selatan dengan menggunakan dua kendaraan sepeda motor jenis Honda Grand dan Honda Vario.

Tak membuang waktu lama, di tempat saudara tersebut korban bersama kedua teman menuju ke kos saudara bernama Egar, di Jalan Merpati, Tuban Kuta.

Sesampai di kos korban melaksanakan pembersihan badan dan mengganti pakaian dinas dengan pakaian sipil.

“Setelah segar, korban bersama kedua temannya berangkat menuju kos Steven di Jalan Pratama Gang 1 (belakang pasar Bualu),” sebut sumber petugas kepada Jawa Pos Radar Bali di lingkungan polsek, kemarin (9/7).

Lanjut petugas yang mewanti-wanti agar namanya tak disebut, ini dari sana mereka berunding untuk menentukan agenda perjalanan malam minggu.

Sekitar pukul 24.00, korban bersama 5 orang teman (Egar, Isra, Steven, Najir, Jauhari) meninggalkan kos di Jalan Pratama menuju Legian Kuta dengan menggunakan empat kendaraan sepeda motor.

“Mereka sempat nongkrong di bar sambil lihat-lihat alias cuci mata. Dari sana, akhirnya sekitar pukul 04.00 dini hari kelima orang ini meninggalkan Legian Kuta,” sebutnya.

Setelah balik, mereka sempat makan di RM Balung, Jalan Raya Kuta. Setelah itu baru melanjutkan perjalanan.

Setelah tiba di seputaran Jalan Raya Kelan Bypass Ngurah Rai bertemu dengan pelaku. Saat itu, dari belakang pelaku  menyalip dan saling pepet antara rombongan korban dengan pelaku.

Ketika di TKP, korban dipepet oleh rombongan pelaku dan terjadi keributan berlanjut ke penusukan yang menyebabkan korban harus kehilangan nyawa (dengan luka tusuk pada dada sebelah kanan dan luka pada daun telinga kanan).

Sementara teman korban luka memar pipi kiri dan kanan (rahang patah). “Mereka dikeroyok secara membabi – buta oleh belasan anak muda. Korban sempat minta duel tapi mereka justru main keroyok. Padahal korban akan dilantik tanggal 17 Juli ini,” kutip sumber dari keterangan korban. 

Kepala Penerangan Kodam IX Udayana Kolonel Infantri J. Hotman Hutahaean mengatakan, kasus tersebut murni perkelahian.

Tidak ada hubungannya dengan kesatuan manapun di TNI Kodam IX Udayana. “Biar jangan salah dan agar mendapatkan keterangan lengkap langsung sama Danrem 163 Wira Satya,” pintanya.

Rinto, kakak kandung korban menuturkan keluarga besarnya sudah punya rencana ke Bali.  “Kami sudah punya rencana bahwa dalam minggu ini kami akan ke Bali untuk kelulusannya dia,” kata Rinto saat dihubungi via telepon, kemarin.

Menurut Rinto, sebelum mendengar kabar tewasnya sang adik, Sabtu (8/7) sekitar pukul 20.00, pihak keluarga masih berhubungan dengan korban melalui sambungan telepon.

Dalam percakapan telepon tersebut, korban bertanya tentang kabar keluarga di rumah. Bahkan, korban juga sempat bertanya terkait kedatangan keluarga dari kampung halaman tentang hari bahagia yang akan diterima tanggal 17 Juli mendatang.

“Kami tidak ada firasat. Karena di telepon dia (korban, red) hanya bertanya tentang kabar saja,” terangnya.

Diungkapkan Rinto, almarhum dikenal sebagai anak penurut dan pendiam. Keinginannya untuk menjadi seorang anggota TNI sudah muncul sejak dirinya masih kecil.

Bahkan, untuk bisa menjadi seorang TNI berpangkat prada, Yanuar Setiawan sudah 4 kali melakukan tes.

Gagal pada tes pertama hingga yang ketiga, Yanuar Setiawan pun kembali mengikuti tes yang ke-4 kalinya.

Akhirnya, usahanya pun berbuah manis. November 2016 lalu, Yanuar Setiawan berhasil lolos tes. “Dia (korban) memang sudah lama ingin sekali menjadi seorang tentara. Dia selalu ikut tes sejak lulus SMA,” imbuh Rinto.

Namun, kenyataan berkata lain saat cita-cita mulianya ingin menjadi anggota TNI sudah terpenuhi. Ajal menjemput lewat sebilah pisau yang ditikamkan ke dadanya oleh sang pelaku yang ditengarai adalah putra dari seorang anggota dewan di Bali.

Rinto, selaku kakak pun meminta agar kasus ini ditangani dengan seadil mungkin (*/mus)

 

 

 

 

 

 

 

 

Niat untuk berlibur setelah mengikuti Diklat Penjurusan Infantri TNI AD di Pulaki, Buleleng, Prada Yanuar Setiawan, 20, kandas di ujung belati.

 

ANDRE SULLA-MARSELLUS, Denpasar

MINGGU pagi kemarin (9/7) menjadi hari akhir hayat Prada Yanuar Setiawan. Dia mengembuskan napas terakhir setelah ditikam dengan belati oleh anak anggota DPRD Bali, berinisial DKDA, 16.

Sejatinya, Yanuar kemarin kebetulan mendapatkan libur usai pendidikan di Pulaki Buleleng. Korban memutuskan untuk jalan-jalan ke Denpasar. Dari Pulaki, Bulelang ia tiba di Denpasar sekitar pukul 18.00 Sabtu (8/7).

Sesuai prosedur, dia datang langsung meminta izin ke pihak Kodam dan Kodim. Dengan menggunakan pakaian PDL dijemput oleh dua orang teman bernama Egar dan Isra yang satu daerah (Manggarai) di depan Kodim 1611/Badung (lapangan Puputan) untuk bermain ke Nusa Dua tempat tinggal teman lain bernama Steven, 29, yang bekerja di BNDCC.

Sempat berjabat tangan dan berpelukan saat bertemu. Mereka tidak langsung pergi namun sempat bercerita sebentar.

Tak berselang lama kemudian, korban bersama kedua temanya meninggalkan Lapangan Puputan menuju tempat saudara Suwandi di Jalan Diponegoro, Gang Rangsana Nomor 32, Pesanggaran, Denpasar Selatan dengan menggunakan dua kendaraan sepeda motor jenis Honda Grand dan Honda Vario.

Tak membuang waktu lama, di tempat saudara tersebut korban bersama kedua teman menuju ke kos saudara bernama Egar, di Jalan Merpati, Tuban Kuta.

Sesampai di kos korban melaksanakan pembersihan badan dan mengganti pakaian dinas dengan pakaian sipil.

“Setelah segar, korban bersama kedua temannya berangkat menuju kos Steven di Jalan Pratama Gang 1 (belakang pasar Bualu),” sebut sumber petugas kepada Jawa Pos Radar Bali di lingkungan polsek, kemarin (9/7).

Lanjut petugas yang mewanti-wanti agar namanya tak disebut, ini dari sana mereka berunding untuk menentukan agenda perjalanan malam minggu.

Sekitar pukul 24.00, korban bersama 5 orang teman (Egar, Isra, Steven, Najir, Jauhari) meninggalkan kos di Jalan Pratama menuju Legian Kuta dengan menggunakan empat kendaraan sepeda motor.

“Mereka sempat nongkrong di bar sambil lihat-lihat alias cuci mata. Dari sana, akhirnya sekitar pukul 04.00 dini hari kelima orang ini meninggalkan Legian Kuta,” sebutnya.

Setelah balik, mereka sempat makan di RM Balung, Jalan Raya Kuta. Setelah itu baru melanjutkan perjalanan.

Setelah tiba di seputaran Jalan Raya Kelan Bypass Ngurah Rai bertemu dengan pelaku. Saat itu, dari belakang pelaku  menyalip dan saling pepet antara rombongan korban dengan pelaku.

Ketika di TKP, korban dipepet oleh rombongan pelaku dan terjadi keributan berlanjut ke penusukan yang menyebabkan korban harus kehilangan nyawa (dengan luka tusuk pada dada sebelah kanan dan luka pada daun telinga kanan).

Sementara teman korban luka memar pipi kiri dan kanan (rahang patah). “Mereka dikeroyok secara membabi – buta oleh belasan anak muda. Korban sempat minta duel tapi mereka justru main keroyok. Padahal korban akan dilantik tanggal 17 Juli ini,” kutip sumber dari keterangan korban. 

Kepala Penerangan Kodam IX Udayana Kolonel Infantri J. Hotman Hutahaean mengatakan, kasus tersebut murni perkelahian.

Tidak ada hubungannya dengan kesatuan manapun di TNI Kodam IX Udayana. “Biar jangan salah dan agar mendapatkan keterangan lengkap langsung sama Danrem 163 Wira Satya,” pintanya.

Rinto, kakak kandung korban menuturkan keluarga besarnya sudah punya rencana ke Bali.  “Kami sudah punya rencana bahwa dalam minggu ini kami akan ke Bali untuk kelulusannya dia,” kata Rinto saat dihubungi via telepon, kemarin.

Menurut Rinto, sebelum mendengar kabar tewasnya sang adik, Sabtu (8/7) sekitar pukul 20.00, pihak keluarga masih berhubungan dengan korban melalui sambungan telepon.

Dalam percakapan telepon tersebut, korban bertanya tentang kabar keluarga di rumah. Bahkan, korban juga sempat bertanya terkait kedatangan keluarga dari kampung halaman tentang hari bahagia yang akan diterima tanggal 17 Juli mendatang.

“Kami tidak ada firasat. Karena di telepon dia (korban, red) hanya bertanya tentang kabar saja,” terangnya.

Diungkapkan Rinto, almarhum dikenal sebagai anak penurut dan pendiam. Keinginannya untuk menjadi seorang anggota TNI sudah muncul sejak dirinya masih kecil.

Bahkan, untuk bisa menjadi seorang TNI berpangkat prada, Yanuar Setiawan sudah 4 kali melakukan tes.

Gagal pada tes pertama hingga yang ketiga, Yanuar Setiawan pun kembali mengikuti tes yang ke-4 kalinya.

Akhirnya, usahanya pun berbuah manis. November 2016 lalu, Yanuar Setiawan berhasil lolos tes. “Dia (korban) memang sudah lama ingin sekali menjadi seorang tentara. Dia selalu ikut tes sejak lulus SMA,” imbuh Rinto.

Namun, kenyataan berkata lain saat cita-cita mulianya ingin menjadi anggota TNI sudah terpenuhi. Ajal menjemput lewat sebilah pisau yang ditikamkan ke dadanya oleh sang pelaku yang ditengarai adalah putra dari seorang anggota dewan di Bali.

Rinto, selaku kakak pun meminta agar kasus ini ditangani dengan seadil mungkin (*/mus)

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/