Pelajar SMPN 3 Gianyar, Gusti Ngurah Agung Rian Saputra, 16, berjualan pulsa keliling kota Gianyar sejak dua bulan terakhir.
Rian yang bercita-cita sebagai pengusaha itu turun ke jalanan untuk membantu ayahnya yang bekerja di bengkel. Laba hasil penjualan dia gunakan untuk bekal sehari-hari. Bagaimana kisahnya?
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
BERPAKAIAN kotak-kotak dan celana panjang cokelat Gusti Ngurah Agung Rian Saputra datang ke kantin Polres Gianyar sendirian.
Sambil menggendong tas kecil dan membawa handphone, Rian-begitu sapaanya, langsung mendekati orang-orang yang dilihatnya. “Pak, mau beli pulsa?” ujar Rian saat menjajakan pulsa.
Kebetulan, wartawan Jawa Pos Radar Bali bertemu dengan pelajar kelas IX (kelas 3 SMP) itu. Rian juga menawari semua orang yang dilihatnya termasuk pedagang kantin.
Disela-sela aktivitas bisnis kecil-kecilannya itu, Rian sempat bercerita panjang lebar kepada Jawa Pos Radar Bali.
“Saya mau membantu orang tua saya. Bapak saya kerja di bengkel punya orang, ibu saya di rumah mengurus adik-adik saya,” ujar Rian yang merupakan putra kedua dari lima bersaudara itu.
Ayahnya yang berasal dari Mengwi Badung, tinggal di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung.
“Setiap pagi saya sekolah dulu di SMPN 3 Gianyar. Siangnya saya dijemput sama kakak saya pulang dulu ke Klungkung,” ujarnya.
Jarak antara Tusan ini dengan kota Gianyar sekitar 15 menit perjalanan. “Setelah pulang ganti baju baru saya diantar lagi sama kakak ke Gianyar,” ujar putra pasangan Gusti Ngurah Agung Sumardika dan Made Partini tersebut.
Selanjuinya, kakak pertamanya yang kerja siang sebagai barista di salah satu kafe di bilangan Jalan Merdeka Denpasar mengantarnya ke Gianyar.
“Saya di tinggal di Lapangan Astina. Setelah itu saya keliling jalan kaki menjual pulsa ke orang-orang yang saya temui,” ujarnya.
Setelah menaruh Rian, kakak pertamanya langsung kerja siang hari di Denpasar. Kemudian, saat hendak pulang ke Klungkung, Rian harus menunggu kakaknya pulang kerja dari Denpasar menuju Klungkung.
“Saya pulang jam tujuh (19.00). Nanti dijemput. Tergantung di mana nanti kami saling kontak,” terangnya penuh semangat.
Ketika menjajakan pulsa keliling, pelajar yang memperoleh ranking 11 di kelasnya itu tampak lihai menggunakan handphone merek Samsung.
Rian hafal betul cara mentrasfer paket data ataupun pulsa khusus Telkomsel. “Saya khusus jualan Telkomsel. Saya dikasih modal orang tua Rp 500 ribu. Labanya saya yang ambil untuk bekal,” jelasnya.
Rian juga tidak canggung untuk menawari calon pembelinya. “Ini untuk membantu orang tua saya,” jelasnya.
Terlebih, hanya ayahnya saja yang bekerja menghidupi lima anak. Mengenai aktivitas sekolah, Rian mengaku tidak terganggu. “Kalau buat PR dan belajar, saya malam hari,” jelasnya.
Diakui Rian, saat menjajakan pulsa keliling, dia sempat mendapat cibiran dari teman-temannya. “Saya diejek sama teman. Mau aja kamu jualan pulsa,” ujar Rian mengikuti kata temannya itu.
Rian sendiri tidak malu dengan cemohan temannya dan tetap tegar menjalani kesehariannya. Selain pernah mendapat cibiran, Rian juga pernah ditipu oleh pembeli nakal.
“Saya pernah dua kali ditipu sama bapak-bapak di lapangan Astina,” keluhnya. Dia mengenang, di awal-awal berjualan, pernah ada bapak-bapak yang membeli pulsa Rp 100 ribu.
“Lalu bapak itu bilang, tunggu ya, saya mau nukar uang. Ternyata saya tunggu tidak datang-datang,” jelasnya.
Pembeli lainnya, pernah menipunya juga sebesar Rp 50 ribu. “Saya cari-cari. Juga pernah menelpon tidak pernah diangkat,” ujarnya kecewa.
Atas aksi penipuan itu, Rian sempat dimahari oleh orang tuanya. “Katanya jangan jualan seperti itu lagi,” ujarnya.
Pengalaman ditipu pembeli nakal, akhirnya Rian memilih masuk ke kantor-kantor untuk menghindari penipuan.
Rian pun punya cita-cita yang tinggi. Dia ingin menjadi pengusaha sukses dan ternama. “Saya mau jadi businessman,” tegas Rian dengan nada optimistis.