Dampak gempa Bali masih terasa hingga saat ini. Terutama bagi para korban yang rumahnya rusak terkena getaran gempa. Seperti apa?
DWIJA PUTRA, Mangupura
SIANG kemarin sekitar pukul 10.00 Jawa Pos Radar Bali mendatangi lokasi SDN 1 Ungasan, Kuta Selatan yang terdampak gempa bumi.
Sedari luar sudah terlihat bekas atap genteng yang terjatuh berserakan di halaman sekolah. Plafon kelas pun ada beberapa yang jebol.
Karena dari empat gedung yang ada yakni tiga gedung ruang kelas dan satu gedung guru serta perpustakaan semua terdampak gempa.
Pascagempa, para siswa pun semua dipulangkan, karena ruangan sudah tidak efektif lagi untuk proses belajar.
Kepala Sekolah SDN 1 Ungasan Ni Made Asri menjelaskan, Selasa kemarin di SDN 1 berlangsung masa pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa baru.
Nah, kebetulan bertepatan Hari Purnama, siswa melangsungkan persembahyangan bersama.
Kemudian setelah sembahyang bersama, siswa baru kelas 1 masuk ke dalam ruang kelas dengan wali kelasnya bernama Ni Nengah Sukensi ditemani guru olah raga.
Sementara siswa lainnya diam di halaman sekolah bersama guru dan tenaga pendidik lainnya, karena akan melangsungkan gladi persiapan upacara bendera untuk Rabu hari ini.
“Tiba-tiba terjadilah gempa. Kami semua panik, semua berhamburan ke halaman dan juga ke luar sekolah, ” jelas Asri ditemui.
Sedangkan, siswa kelas 1 dengan wali kelas dan guru olah raga tersebut berada di dalam kelas. Kontan mereka pun juga beranjak keluar kelas. Karena semua atap gedung roboh.
Begitu juga plafon ruang kelas pada yang rusak. Akibat dari kejadian itu, wali kelas 1 mengalami luka yang dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Kemudian, siswa kelas IV Gading Eka Paksi dan Kadek Suryawati siswa kelas III mengalami luka dirujuk ke puskesmas setempat.
“Satu guru kami luka dan dua siswa juga ada luka, tapi sudah mendapat penanganan, ” terangnya. Sementara untuk kerusakan, hampir semua gedung di SD tersebut atap dan genting roboh.
Selain itu ada beberapa fondasi juga retak. Ruangan kelas pun belum bisa dipakai proses belajar.
Namun, hal ini juga sudah dikoordinasi ke Disdikpora Badung dan juga BPBD Badung untuk penanganannya.
“Siswa kami liburkan dalam waktu yang tidak ditentukan. Pengenalan lingkungan sekolah juga dibatalkan. Karena kami belum berani masuk ke ruangan,” ungkapnya.
Sementara di Abiansemal, rumah Jro Made Taman, 70, yang tergolong rumah warga pra sejahtera di banjar Sukajati, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal Badung terkena dampak.
Rumah yang berada di lahan perkebunan itu rusak parah. Kayu penyangga berikut gentengnya berhamburan.
Praktis atap rumah nenek Jro Taman bolong-bolong. Ia pun tak bisa berbuat banyak akan musibah itu. Kerusakan hingga menyebabkan rumah tidak lagi layak huni bukan semata karena disebabkan gempa bumi yang terjadi.
Kerusakan rumah yang telah dihuni selama tujuh tahun itu karena, sang pemilik dengan usia renta tidak lagi memiliki kemampuan untuk diperbaikinya.
Pihaknya pun sempat mengusulkan agar rumah yang tidak layak huni itu dibedah melalui program bedah rumah Pemerintah Kabupaten Badung.
Hanya saja program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan Bupati Badung tak kunjung menghampirinya.
Atas kondisi rumah yang tidak layak huni itu, Jro Made Taman tak berani tidur di dalam rumah dan kini menumpang di rumah tetangga.
“Daweg linuh tyng kari nyakan (saat gempa terjadi saya lagi masak-red),” ucap nenek usia 70 tahun itu yang kemudian keluar rumah untuk menghindari reruntuhan atap genteng itu.
Sementara anak tiri Jro Taman, Rai, mengakui, jika rumah ibunya itu sempat diajukan untuk dapat bantuan bedah rumah oleh bupati.
Hanya saja bantuan tak kunjung diterima hingga saat ini. Pihaknya pun tak mengetahui secara pasti kenapa rumah Jro Taman
tak mendapat program yang baik dari Bupati Badung itu padahal rumah tersebut berdiri di atas tanah milik pribadi.
“Sampai sekarang tidak dapat bedah rumah,” ujarnya. Selain memohon bedah rumah, ia juga sempat mengajukan permohonan untuk mengikuti program PTSL untuk tanah tersebut.
PTSL yang diajukan pun bernasib sama dengan program bedah rumah yang diajukan. “PTSL untuk sertifikat tidak ada kelanjutannya.
Biar saja lah tanah ini hanya memiliki Pipil, tanpa sertifikat. Toh juga tanah ini tidak dijual,” pungkasnya. (*)