31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 9:59 AM WIB

Kawinkan Jazz dengan Kopi, Trik Jitu Kenalkan ke Pasar Bule

Nama Indra Lesmana tentu tidak asing bagi pecinta musik jazz di tanah air. Indra adalah personel kelompok musik legendaris; Krakatau.

Sejak memutuskan menetap di Bali 2014 silam, Indra seolah lahir kembali. Dia banyak menemukan inspirasi baru dalam berkarya. Di tangan dinginnya jazz dikawinkan dengan kopi.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

RABU pagi (14/3) ketika arah jarum jam menunjukkan pukul 10.20, suasana jalanan di Sanur ramai lancar. Orang-orang dengan pakaian adat madya serba putih banyak berseliweran.

Mereka hendak menuju ke pantai mengikuti upacara melasti. Di Jalan Danau Tamblingan, geliat pariwisata juga sudah terasa.

Di bawah guyuran hangatnya sinar matahari, turis asing dari berbagai negara berjalan kaki menyusuri trotoar sempit.

Di Jalan Danau Tamblingan 47A, tampak papan nama mencolok warna orange tertulis Mostly Jazz Brew, Signature Coffe.

Tempatnya sederhana. Di halaman ada belasan kursi warna-warni mengelilingi meja kayu. Dua pemuda berusia sekitar 30 tahunan asyik ngobrol sambil menikmati kopi.

Alunan musik jazz terdengar sayup-sayup dari dalam ruangan. Di pojok depan duduk seorang pria mendengarkan airphone sembari bercakap kecil.

Dari kejauhan pria berkaus biru itu melempar senyum begitu koran ini menuruni sepeda motor. Dia adalah Indra Lesmana, sang empunya tempat. “Sebentar ya, masih meeting,” ujar Indra.

Indra ditemani buku tebal berjudul The Gene; An Intimate History. Di sebelah buku ada segelas air putih hangat.

Setelah menyelesaikan meeting jarak jauh itu Indra membuka obrolan dengan koran ini. Sebagai musisi dan seniman kenamaan ternyata Indra asyik diajak ngobrol.

Obrolan dengan pria kelahiran 28 Maret 1966 itu mengalir layaknya sudah saling kenal lama. Indra lantas menceritakan kenapa dirinya jauh-jauh pindah dari Jakarta, setelah di Bali malah nekat membuka “warung kopi” di tepi jalan.

Indra mengatakan, dirinya membuka coffee shop di Sanur bukan sebuah kebetulan atau aji mumpung karena minum kopi sedang menjadi trend di kalangan anak muda.

Ada kisah dan tujuan di balik pembukaan Mostly Jazz Brew. “Di tempat ini saya ingin kasih tahu pada orang luar (asing),

di Indonesia tidak hanya kopinya berkualitas tapi juga musik jazz-nya. Saya ingin menunjukkan bahwa Indonesia memiliki bakat-bakat seni yang luar biasa,” ungkap Indra.

Mostly Jazz Brew milik Indra bisa dibilang adalah satu-satunya cofee shop di Bali yang mengusung konsep mengopi sambil menikmati musik jazz.

Setiap Jumat malam ada jam season yang menampilkan life musik jazz dari pukul 18.30 – 22.30.

Talenta-talenta muda pemusik jazz dari berbagai daerah ditampilkan. Setiap jam season pasti dipadati pengunjung. Indra sendiri turun langsung memandu acara.

Pengunjung yang hadir hampir 100 orang. Yang menarik, sebagian besar pengunjungnya adalah turis asing. Bule-bule itu kagum dengan musisi jazz yang masih mudah.

“Banyak banget bule yang nonton, tapi yang main musik jazz kan tetap orang Indonesia. Aku ingin menunjukkan bahwa orang-orang Indonesia itu musik jazz dan bluesnya keren,” tuturnya dengan rasa bangga.

Bapak empat anak ini menuturkan, belasan menu kopi yang ditawarkan adalah hasil racikannya bersama istri dan salah seorang kawannya.

Ketika Jawa Pos Radar Bali secara spontan meminta Indra meracik kopi, Indra layaknya barista profesional.

Dengan cekatan beberapa biji kopi diramu dan dihancurkan selanjutnya diseduh. Kepada koran ini Indra membuat kopi khusus Americano tanpa gula.

Uniknya, meski namanya Americano ternyata biji kopi yang diracik Indra campuran dari Kintamani, Mandailing, Toraja dan Singaraja.

Jadilah kopi kombinasi dari tanah Bali dan Sumatera. Kopi bikinan Indra terasa mantap. Pahitnya pas.

“Ke depan saya mau bikin kopi metal, kopinya yang hitam dan pekat,” katanya sambil menyuguhkan kopi pada koran ini.

Keunggulan kopi milik Indra adalah biji kopi didatangkan langsung dari petani dari berbagai penjuru negeri. Indra sendiri sempat datang ke kebun kopi, salah satunya di Kintamani.

Indra mengaku sudah dari dulu suka minum kopi. Sebelum rekaman selalu membuat kopi. Karena tidak merokok, kopi adalah kawan setianya.

Kopi juga yang mengalirkan ide-ide dalam menulis lagu. Karena saking cintanya terhadap kopi, dia selalu tertarik dengan kopi yang dibeli.

Tidak hanya sekadar minum, dia juga mencatat detail nama dan asal-usul kopi. Sampai suatu hari Indra merasa bosan minum kopi bubuk. Indra lebih tertarik dengan kopi biji.

Dia ingin merasakan sensasi menggiling kopi. Akhirnya dia membeli alat giling kopi tradisional. Hasilnya kopi terasa kasar.

Tak berhenti dia mencoba lagi. Kali ini kopinya lebih halus. Indra selalu mencatat kopi apa yang digiling dan bagaimana rasanya. Lama-lama dia paham rasa kopi halus dan kasar.

Adik dari produser film Mira Lesmana itu kemudian berpikir untuk mem-blend kopi. Blend adalah proses mengombinasikan beberapa tipe biji kopi menjadi satu.

Dengan proses blending ini penikmat kopi bisa mendapatkan rasa yang kompleks. Rasa yang didapat hasil campuran berbagai jenis kopi menjadikan aroma nikmat.

Uji coba blending dilakukan Indra. Namanya uji coba, kadang seduhan kopi teras pas kadang tidak enak.

Nah, hasil blend kopi yang nikmat kemudian diberi nama Waribang Blend, mengambil dari alamat rumahnya di Waribang. Jadilah Indra punya catatan resep sendiri racikan kopi.

Saat ada teman yang datang ke rumah disuguhi dibilang enak. Indra pun menghayal bikin warung tapi gak berani. Setelah mendapat dorongan dari berbagai kolega, Indra terus belajar.

 “Saya belajar terus, ada satu teman yang memang dia paham kopi. Saya terus belajar meracik sampai akhirnya saya merasa pas, ini dia hasilnya,” ungkapnya.

Pendek cerita, Agustus 2017 lalu saat ada acara Sanur Village Festival (Sanfest), kawan Indra bernama Gus De yang tak lain penggagas Sanfest meminta Indra menyajikan kopinya.

Lama berpikir, akhirnya Indra memutuskan menerima tawaran Gus De. Dibantu sejumlah teman akhirnya dia membuat tempat ngopi yang dikemas balutan musik jazz.

Tempat itu diberi nama multi jazz blues lounge. “Waktu itu saya nge-blend kopi cuma 5 kg. Tapi ternyata ramai banget,

orang pada datang ngopi semua. Pak Gus De bilang harus diseriusi,” kisah pria yang selalu tampil dengan rambut klemis itu.

Dari saran kawan karibnya itu Indra dan istri mencari tempat membuka cofee shop. Pada awal Maret, Indra diberi tahu jika 5 Maret merupakan hari baik untuk membuka usaha.

Meski belum siap betul, Indra nekat karena menunggu hari baik lagi cukup lama. “Sementara ini saya masih jaga gawang,” selorohnya.

 

Nama Indra Lesmana tentu tidak asing bagi pecinta musik jazz di tanah air. Indra adalah personel kelompok musik legendaris; Krakatau.

Sejak memutuskan menetap di Bali 2014 silam, Indra seolah lahir kembali. Dia banyak menemukan inspirasi baru dalam berkarya. Di tangan dinginnya jazz dikawinkan dengan kopi.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

RABU pagi (14/3) ketika arah jarum jam menunjukkan pukul 10.20, suasana jalanan di Sanur ramai lancar. Orang-orang dengan pakaian adat madya serba putih banyak berseliweran.

Mereka hendak menuju ke pantai mengikuti upacara melasti. Di Jalan Danau Tamblingan, geliat pariwisata juga sudah terasa.

Di bawah guyuran hangatnya sinar matahari, turis asing dari berbagai negara berjalan kaki menyusuri trotoar sempit.

Di Jalan Danau Tamblingan 47A, tampak papan nama mencolok warna orange tertulis Mostly Jazz Brew, Signature Coffe.

Tempatnya sederhana. Di halaman ada belasan kursi warna-warni mengelilingi meja kayu. Dua pemuda berusia sekitar 30 tahunan asyik ngobrol sambil menikmati kopi.

Alunan musik jazz terdengar sayup-sayup dari dalam ruangan. Di pojok depan duduk seorang pria mendengarkan airphone sembari bercakap kecil.

Dari kejauhan pria berkaus biru itu melempar senyum begitu koran ini menuruni sepeda motor. Dia adalah Indra Lesmana, sang empunya tempat. “Sebentar ya, masih meeting,” ujar Indra.

Indra ditemani buku tebal berjudul The Gene; An Intimate History. Di sebelah buku ada segelas air putih hangat.

Setelah menyelesaikan meeting jarak jauh itu Indra membuka obrolan dengan koran ini. Sebagai musisi dan seniman kenamaan ternyata Indra asyik diajak ngobrol.

Obrolan dengan pria kelahiran 28 Maret 1966 itu mengalir layaknya sudah saling kenal lama. Indra lantas menceritakan kenapa dirinya jauh-jauh pindah dari Jakarta, setelah di Bali malah nekat membuka “warung kopi” di tepi jalan.

Indra mengatakan, dirinya membuka coffee shop di Sanur bukan sebuah kebetulan atau aji mumpung karena minum kopi sedang menjadi trend di kalangan anak muda.

Ada kisah dan tujuan di balik pembukaan Mostly Jazz Brew. “Di tempat ini saya ingin kasih tahu pada orang luar (asing),

di Indonesia tidak hanya kopinya berkualitas tapi juga musik jazz-nya. Saya ingin menunjukkan bahwa Indonesia memiliki bakat-bakat seni yang luar biasa,” ungkap Indra.

Mostly Jazz Brew milik Indra bisa dibilang adalah satu-satunya cofee shop di Bali yang mengusung konsep mengopi sambil menikmati musik jazz.

Setiap Jumat malam ada jam season yang menampilkan life musik jazz dari pukul 18.30 – 22.30.

Talenta-talenta muda pemusik jazz dari berbagai daerah ditampilkan. Setiap jam season pasti dipadati pengunjung. Indra sendiri turun langsung memandu acara.

Pengunjung yang hadir hampir 100 orang. Yang menarik, sebagian besar pengunjungnya adalah turis asing. Bule-bule itu kagum dengan musisi jazz yang masih mudah.

“Banyak banget bule yang nonton, tapi yang main musik jazz kan tetap orang Indonesia. Aku ingin menunjukkan bahwa orang-orang Indonesia itu musik jazz dan bluesnya keren,” tuturnya dengan rasa bangga.

Bapak empat anak ini menuturkan, belasan menu kopi yang ditawarkan adalah hasil racikannya bersama istri dan salah seorang kawannya.

Ketika Jawa Pos Radar Bali secara spontan meminta Indra meracik kopi, Indra layaknya barista profesional.

Dengan cekatan beberapa biji kopi diramu dan dihancurkan selanjutnya diseduh. Kepada koran ini Indra membuat kopi khusus Americano tanpa gula.

Uniknya, meski namanya Americano ternyata biji kopi yang diracik Indra campuran dari Kintamani, Mandailing, Toraja dan Singaraja.

Jadilah kopi kombinasi dari tanah Bali dan Sumatera. Kopi bikinan Indra terasa mantap. Pahitnya pas.

“Ke depan saya mau bikin kopi metal, kopinya yang hitam dan pekat,” katanya sambil menyuguhkan kopi pada koran ini.

Keunggulan kopi milik Indra adalah biji kopi didatangkan langsung dari petani dari berbagai penjuru negeri. Indra sendiri sempat datang ke kebun kopi, salah satunya di Kintamani.

Indra mengaku sudah dari dulu suka minum kopi. Sebelum rekaman selalu membuat kopi. Karena tidak merokok, kopi adalah kawan setianya.

Kopi juga yang mengalirkan ide-ide dalam menulis lagu. Karena saking cintanya terhadap kopi, dia selalu tertarik dengan kopi yang dibeli.

Tidak hanya sekadar minum, dia juga mencatat detail nama dan asal-usul kopi. Sampai suatu hari Indra merasa bosan minum kopi bubuk. Indra lebih tertarik dengan kopi biji.

Dia ingin merasakan sensasi menggiling kopi. Akhirnya dia membeli alat giling kopi tradisional. Hasilnya kopi terasa kasar.

Tak berhenti dia mencoba lagi. Kali ini kopinya lebih halus. Indra selalu mencatat kopi apa yang digiling dan bagaimana rasanya. Lama-lama dia paham rasa kopi halus dan kasar.

Adik dari produser film Mira Lesmana itu kemudian berpikir untuk mem-blend kopi. Blend adalah proses mengombinasikan beberapa tipe biji kopi menjadi satu.

Dengan proses blending ini penikmat kopi bisa mendapatkan rasa yang kompleks. Rasa yang didapat hasil campuran berbagai jenis kopi menjadikan aroma nikmat.

Uji coba blending dilakukan Indra. Namanya uji coba, kadang seduhan kopi teras pas kadang tidak enak.

Nah, hasil blend kopi yang nikmat kemudian diberi nama Waribang Blend, mengambil dari alamat rumahnya di Waribang. Jadilah Indra punya catatan resep sendiri racikan kopi.

Saat ada teman yang datang ke rumah disuguhi dibilang enak. Indra pun menghayal bikin warung tapi gak berani. Setelah mendapat dorongan dari berbagai kolega, Indra terus belajar.

 “Saya belajar terus, ada satu teman yang memang dia paham kopi. Saya terus belajar meracik sampai akhirnya saya merasa pas, ini dia hasilnya,” ungkapnya.

Pendek cerita, Agustus 2017 lalu saat ada acara Sanur Village Festival (Sanfest), kawan Indra bernama Gus De yang tak lain penggagas Sanfest meminta Indra menyajikan kopinya.

Lama berpikir, akhirnya Indra memutuskan menerima tawaran Gus De. Dibantu sejumlah teman akhirnya dia membuat tempat ngopi yang dikemas balutan musik jazz.

Tempat itu diberi nama multi jazz blues lounge. “Waktu itu saya nge-blend kopi cuma 5 kg. Tapi ternyata ramai banget,

orang pada datang ngopi semua. Pak Gus De bilang harus diseriusi,” kisah pria yang selalu tampil dengan rambut klemis itu.

Dari saran kawan karibnya itu Indra dan istri mencari tempat membuka cofee shop. Pada awal Maret, Indra diberi tahu jika 5 Maret merupakan hari baik untuk membuka usaha.

Meski belum siap betul, Indra nekat karena menunggu hari baik lagi cukup lama. “Sementara ini saya masih jaga gawang,” selorohnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/