27.1 C
Jakarta
23 November 2024, 15:25 PM WIB

Dr Suteja: Diskusi atau Tidak dengan JRX Tidak Akan Selesaikan Masalah

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Bali dr. I Gede Putra Suteja menegaskan, tidak ada sedikitpun masalah personal dengan front man Superman Is Dead (SID) I Gede Aryastina alias JRX.

Ia hanya menjalankan tugas organisasi yang diembannya. Karena itu, saat ditantang JRX beradu mata, dr. Suteja tidak gentar.

Mantan Kepala Dinas Kesehatan Badung itu menatap mata JRX. Bahkan, ia langsung membuka face shield atau pelindung wajah yang dikenakan. Berikut petikan wawancara eksklusif wartawan Jawa Pos Radar Bali, Maulana Sandijaya dengan dr. Suteja.

 

 

Sekarang kita ke masalah JRX. Saat sidang ada pertanyaan kenapa tidak ada dialog atau mediasi?

Jujur ini, kalaupun saat itu kami dimediasi, apakah kami dibiarkan menang? Teman-teman dokter sudah ada yang bilang.

Malah JRX menantang diantar ke rumah sakit dikumpulkan bersama pasien Covid-19. Artinya tetap saja, berdiskusi tidak akan menyelesaikan masalah. Pasti mencari pembenaran. Model seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah.

 

IDI disebut sengaja menggunakan pasal yang bisa memidanakan JRX. Apakah benar?

Yang harus ditegaskan, saya melapor tidak membawa pasal. Saya melapor membawa (bukti) postingan. Tidak ada pasal pesanan. IDI itu tidak boleh diintervensi, ini adalah sumpah dokter.

 

Terkait satu hari melapor satu hari surat kuasa sudah tiba dari Jakarta. Bagaimana penjelasan Anda?

Kan memang ada layanan surat satu hari sampai. Namun, kami juga sekarang harus jujur. Administrasi kami tidak bagus,

karena tidak ada tenaga khusus yang menggarap perkantoran atau sekretariat. IDI itu organisasi sosial non-profit. Tapi, ini menjadi otokritik ke depan yang harus dibenahi.

 

Nama Anda sering disebut ribuan penggemar JRX, bahkan dikecam karena telah melaporkan JRX. Apakah ada terror kepada Anda?

Sedikitpun tidak. Saya merasa tidak ada masalah pribadi, ini masalah organisasi. Saya hanya menjalankan tugas organisasi tujuannya menjaga marwah organisasi

 

Teror lewat telepon, WA, atau media social lainnya?

Sama sekali tidak ada, karena saya tidak punya IG. Hanya anak yang memonitor, kemudian anak saya berpesan jangan baca yang tidak-tidak.

 

Tidak ada yang datang ke rumah mencari Anda?

Tidak ada. Saya biasa saja menjalani aktivitas. Saya jujur bawa motor ke mana-mana. Mulai anak dan istri baru resah pada saat JRX ngomong tidak sabar ketemu Suteja, tidak sabar menatap matanya.

Baru di sanalah resah. Anak istri bilang, duh, kok menyentuh pribadi. Mulailah anak khawatir dan saya tidak boleh keluar sendiri.

 

Setelah melapor, Anda muncul pertama kali ke publik pada saat sidang. Setelah sidang apa yang Anda alami?

Tidak ada, biasa saja. Tidak ada yang mengganggu. Kegiatan saya berjalan seperti biasa.

 

Apa reaksi teman sejawat sesama dokter setelah sidang?

Ini yang tidak saya duga sebelumnya. Saya ingin menangis ketika teman-teman yang sebelumnya tidak pernah komentar di grup WA semua komentar.

Hampir dokter dari seluruh Indonesia japri ke saya. Mereka memberikan ucapan selamat dan terima kasih kepada saya. Mereka salut.

Ini setelah saya mengucapkan kalimat dia (JRX) orang baik, tapi kenapa kata-kata Anda narasinya menjadi tidak baik.

Kata-kata itu sebenarnya tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Tapi, saya ini tetap orang kecil, orang biasa. Saya hanya menjalankan marwah organisasi. Saya lebih suka dipanggil nama daripada dipanggil dokter.

 

Di sidang, JRX minta Anda menatap matanya. Dan, itu Anda ladeni?

Saya buka face shield (pelindung wajah), saya tatap matanya. Terus saya bilang, saya sudah menatap mata Anda, tatap juga adik-adik saya yang tugas di lapangan hari-hari tidak bertemu keluarga.

Ada keluarga meninggal tidak bisa hadir. Berjam-jam menggunakan APD.  Kami tidak ada bermaksud memanjarakan orang, kemanusiaan kami tinggi.

 

Berarti benar tidak ada niatan memenjarakan JRX?

Kami tidak ingin memenjarakan orang, titik.

 

Tentang permintaan maaf JRX dan orang tuanya?

Permintaan maaf secara pribadi saya memaafkan, karena secara pribadi tidak ada masalah. Namun, di alam demokrasi ini boleh kita ngomong dan menyampaikan aspirasi. Tapi, pada saat mengeluarkan harus tunduk pada aturan.

 

Apa harapan Anda untuk semua dokter di Bali khususnya, dan Indonesia pada umumnya?

Sekarang kita jangan lagi memikirkan persoalan ini. Mari fokus perjuangan menangani pandemi, karena kapan puncak pandemi ini tidak tahu.

Mari, semua dokter memilih dan memilah mana pesan yang harus dicerna. Jangan ada yang sampai memecah belah kita. Kita adalah organisasi besar, dan rumah besar ini jangan sampai bocor.

Musuh kita adalah virus yang tidak terlihat. Jangan fokus ada narasi yang melemahkan. Salam sehat sinamiang rahayu.(*)

 

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Bali dr. I Gede Putra Suteja menegaskan, tidak ada sedikitpun masalah personal dengan front man Superman Is Dead (SID) I Gede Aryastina alias JRX.

Ia hanya menjalankan tugas organisasi yang diembannya. Karena itu, saat ditantang JRX beradu mata, dr. Suteja tidak gentar.

Mantan Kepala Dinas Kesehatan Badung itu menatap mata JRX. Bahkan, ia langsung membuka face shield atau pelindung wajah yang dikenakan. Berikut petikan wawancara eksklusif wartawan Jawa Pos Radar Bali, Maulana Sandijaya dengan dr. Suteja.

 

 

Sekarang kita ke masalah JRX. Saat sidang ada pertanyaan kenapa tidak ada dialog atau mediasi?

Jujur ini, kalaupun saat itu kami dimediasi, apakah kami dibiarkan menang? Teman-teman dokter sudah ada yang bilang.

Malah JRX menantang diantar ke rumah sakit dikumpulkan bersama pasien Covid-19. Artinya tetap saja, berdiskusi tidak akan menyelesaikan masalah. Pasti mencari pembenaran. Model seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah.

 

IDI disebut sengaja menggunakan pasal yang bisa memidanakan JRX. Apakah benar?

Yang harus ditegaskan, saya melapor tidak membawa pasal. Saya melapor membawa (bukti) postingan. Tidak ada pasal pesanan. IDI itu tidak boleh diintervensi, ini adalah sumpah dokter.

 

Terkait satu hari melapor satu hari surat kuasa sudah tiba dari Jakarta. Bagaimana penjelasan Anda?

Kan memang ada layanan surat satu hari sampai. Namun, kami juga sekarang harus jujur. Administrasi kami tidak bagus,

karena tidak ada tenaga khusus yang menggarap perkantoran atau sekretariat. IDI itu organisasi sosial non-profit. Tapi, ini menjadi otokritik ke depan yang harus dibenahi.

 

Nama Anda sering disebut ribuan penggemar JRX, bahkan dikecam karena telah melaporkan JRX. Apakah ada terror kepada Anda?

Sedikitpun tidak. Saya merasa tidak ada masalah pribadi, ini masalah organisasi. Saya hanya menjalankan tugas organisasi tujuannya menjaga marwah organisasi

 

Teror lewat telepon, WA, atau media social lainnya?

Sama sekali tidak ada, karena saya tidak punya IG. Hanya anak yang memonitor, kemudian anak saya berpesan jangan baca yang tidak-tidak.

 

Tidak ada yang datang ke rumah mencari Anda?

Tidak ada. Saya biasa saja menjalani aktivitas. Saya jujur bawa motor ke mana-mana. Mulai anak dan istri baru resah pada saat JRX ngomong tidak sabar ketemu Suteja, tidak sabar menatap matanya.

Baru di sanalah resah. Anak istri bilang, duh, kok menyentuh pribadi. Mulailah anak khawatir dan saya tidak boleh keluar sendiri.

 

Setelah melapor, Anda muncul pertama kali ke publik pada saat sidang. Setelah sidang apa yang Anda alami?

Tidak ada, biasa saja. Tidak ada yang mengganggu. Kegiatan saya berjalan seperti biasa.

 

Apa reaksi teman sejawat sesama dokter setelah sidang?

Ini yang tidak saya duga sebelumnya. Saya ingin menangis ketika teman-teman yang sebelumnya tidak pernah komentar di grup WA semua komentar.

Hampir dokter dari seluruh Indonesia japri ke saya. Mereka memberikan ucapan selamat dan terima kasih kepada saya. Mereka salut.

Ini setelah saya mengucapkan kalimat dia (JRX) orang baik, tapi kenapa kata-kata Anda narasinya menjadi tidak baik.

Kata-kata itu sebenarnya tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Tapi, saya ini tetap orang kecil, orang biasa. Saya hanya menjalankan marwah organisasi. Saya lebih suka dipanggil nama daripada dipanggil dokter.

 

Di sidang, JRX minta Anda menatap matanya. Dan, itu Anda ladeni?

Saya buka face shield (pelindung wajah), saya tatap matanya. Terus saya bilang, saya sudah menatap mata Anda, tatap juga adik-adik saya yang tugas di lapangan hari-hari tidak bertemu keluarga.

Ada keluarga meninggal tidak bisa hadir. Berjam-jam menggunakan APD.  Kami tidak ada bermaksud memanjarakan orang, kemanusiaan kami tinggi.

 

Berarti benar tidak ada niatan memenjarakan JRX?

Kami tidak ingin memenjarakan orang, titik.

 

Tentang permintaan maaf JRX dan orang tuanya?

Permintaan maaf secara pribadi saya memaafkan, karena secara pribadi tidak ada masalah. Namun, di alam demokrasi ini boleh kita ngomong dan menyampaikan aspirasi. Tapi, pada saat mengeluarkan harus tunduk pada aturan.

 

Apa harapan Anda untuk semua dokter di Bali khususnya, dan Indonesia pada umumnya?

Sekarang kita jangan lagi memikirkan persoalan ini. Mari fokus perjuangan menangani pandemi, karena kapan puncak pandemi ini tidak tahu.

Mari, semua dokter memilih dan memilah mana pesan yang harus dicerna. Jangan ada yang sampai memecah belah kita. Kita adalah organisasi besar, dan rumah besar ini jangan sampai bocor.

Musuh kita adalah virus yang tidak terlihat. Jangan fokus ada narasi yang melemahkan. Salam sehat sinamiang rahayu.(*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/