26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 5:05 AM WIB

Humor Beneran

Sungguh mati. Selama ini saya hanya menemukan ini di humor: main sex di atas pesawat.

Ternyata sungguhan. Bahkan sampai jadi urusan pengadilan pula. Di Amerika. Yang bisa jadi cerita ringan. Yang sesekali harus muncul di DI’s Way. Toh pembaca DI’s Way melarang saya menulis tentang humor yang lain: cebong dan kampret. 

Di Amerika yang mirip humor ini menjadi cerita serius. Yang melakukan ini orang yang sangat kaya. Punya beberapa helikopter. Punya pesawat. Korbannya anak di bawah umur. Ini yang juga membuat serius.

Pun perancang pesawat. Juga menganggap ini serius. Tidak disangka kecanggihan teknologi pesawat bisa dimanfaatkan untuk ngesex di atas pesawat.

Pelaku yang kaya itu berumur 51 tahun. Dua tahun lalu. President director sebuah perusahaan broker keuangan. Warisan dari orang tuanya. Di negara bagian New Jersey. Namanya: Stephen Bradley Mell.

Awalnya bukan salah pengusaha itu. Ia justru menolong teman. Untuk membantu anak teman itu. Sang anak masih gadis. Berumur 16 tahun. Bercita-cita ingin menjadi pilot.

Sang ibu minta tolong Bradley. Agar anaknya diperkenalkan ke dunia pesawat. Bahkan agar mulai dilatih bagaimana bisa menerbangkan pesawat. Bradley memang memiliki izin menerbangkan pesawat. Ia sudah punya SIM pilot ketika umurnya baru 16 tahun. Di Amerika sangat biasa orang awam memiliki izin pilot.

Pun waktu ke Alaska tahun lalu. Saya melihat satu perkampungan besar. Di setiap depan rumah mereka ada pesawat yang lagi parkir. 

Bradley menyanggupi permintaan ibu sang gadis. Bradley pun menjadi mentor gadis itu. Menjadi akrab. Tidak lagi hanya bicara soal pesawat. Juga yang lain-lain. Lama-lama menyerempet soal sex.

Si gadis juga sering dikirimi gambar-gambar. Lewat HP-nya. Lama-lama merembet ke soal oral seks. Lalu dipraktekkan. Di beberapa tempat: di rumah, di hotel, di pesawat.

Bradley juga sering mengirimi gadis itu teks. Lewat SnapChat. Sering juga Bradley minta foto si gadis. Dalam posisi telanjang. Atau dalam pose yang menggiurkan. 

Yang jadi berita besar adalah: di pesawat itu. Semua koran lokal di New Jersey menulisnya sebagai berita besar. Yang jadi sumber tulisan ini. Bahkan koran-koran nasional ikut meramaikannya. 

Hari itu Bradley menerbangkan pesawatnya dari Somerset di New Jersey. Hanya berdua dengan si gadis. Menuju Cape Cod di Massachusetts. Pulang-pergi.

Somerset adalah kota kecil di New Jersey. Kota elit. Banyak tokoh tinggal di situ. Gubernur New Jersey tinggal di situ. Lapangan golf milik Presiden Donald Trump tidak jauh dari situ. Inilah sebuah distrik yang jumlah kudanya lebih banyak dari manusianya. 

Cape Cod adalah kota kecil di pinggir pantai di Massachusetts. Jarak itu kira-kira 1 jam penerbangan. Dengan pesawat kecil seperti itu. Melewati atasnya kota New York. 

Setelah pesawat mencapai ketinggian yang diizinkan, Bradley memindahkan kemudi ke otomatis. Ke autopilot. Keduanya lantas pindah ke tempat duduk belakang. Pesawat disuruh terbang sendiri. Terjadilah permainan itu. Di sepanjang penerbangan. Pulangnya juga. 

Tentu tidak terpikirkan oleh perancang autopilot: penemuannya bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan seperti itu di udara.

Lama-lama Bradley minta agar si gadis memasang IUD (Intrauterine Device). Atau minum pil anti hamil. Agar tidak hamil. Bradley terus merengek agar si gadis melaksanakan keinginannya itu.

Sang ibu akhirnya tahu apa yang terjadi. Diadukanlah Bradley. Disertai bukti-bukti. Terutama text yang pernah dikirim lewat HP. 

Semua terkejut. Padahal Bradley punya banyak lembaga sosial. Termasuk menyediakan pesawat untuk keadaan darurat. Bagi yang sakit. 

Yang memberatkan Bradley adalah: si wanita masih di bawah umur. Bradley tidak bisa berkelit dengan alasan senang sama suka. UU di Amerika sangat keras untuk kejadian seperti itu.

Saat kasus ini dibawa ke pengadilan Bradley langsung mati kutu. Buktinya terlalu lengkap. Bradley langsung mengakui kesalahannya.

Tidak perlu diadili. Hakim akan langsung menjatuhkan putusan: hari ini waktu Amerika. Atau nanti malam waktu Jakarta.

Hukumannya bisa lima tahun penjara. Ditambah lima tahun lagi kerja sosial. Bradley tidak ditahan karena membayar uang jaminan.

Sebanyak Rp 14 miliar. Ditambah rumah ibunya di South Carolina.

Bradley kini memang tinggal bersama ibunya. Istrinya sudah mengajukan gugatan cerai. Tiga anaknya ikut ibunya.

Sungguh mati. Selama ini saya hanya menemukan ini di humor: main sex di atas pesawat.

Ternyata sungguhan. Bahkan sampai jadi urusan pengadilan pula. Di Amerika. Yang bisa jadi cerita ringan. Yang sesekali harus muncul di DI’s Way. Toh pembaca DI’s Way melarang saya menulis tentang humor yang lain: cebong dan kampret. 

Di Amerika yang mirip humor ini menjadi cerita serius. Yang melakukan ini orang yang sangat kaya. Punya beberapa helikopter. Punya pesawat. Korbannya anak di bawah umur. Ini yang juga membuat serius.

Pun perancang pesawat. Juga menganggap ini serius. Tidak disangka kecanggihan teknologi pesawat bisa dimanfaatkan untuk ngesex di atas pesawat.

Pelaku yang kaya itu berumur 51 tahun. Dua tahun lalu. President director sebuah perusahaan broker keuangan. Warisan dari orang tuanya. Di negara bagian New Jersey. Namanya: Stephen Bradley Mell.

Awalnya bukan salah pengusaha itu. Ia justru menolong teman. Untuk membantu anak teman itu. Sang anak masih gadis. Berumur 16 tahun. Bercita-cita ingin menjadi pilot.

Sang ibu minta tolong Bradley. Agar anaknya diperkenalkan ke dunia pesawat. Bahkan agar mulai dilatih bagaimana bisa menerbangkan pesawat. Bradley memang memiliki izin menerbangkan pesawat. Ia sudah punya SIM pilot ketika umurnya baru 16 tahun. Di Amerika sangat biasa orang awam memiliki izin pilot.

Pun waktu ke Alaska tahun lalu. Saya melihat satu perkampungan besar. Di setiap depan rumah mereka ada pesawat yang lagi parkir. 

Bradley menyanggupi permintaan ibu sang gadis. Bradley pun menjadi mentor gadis itu. Menjadi akrab. Tidak lagi hanya bicara soal pesawat. Juga yang lain-lain. Lama-lama menyerempet soal sex.

Si gadis juga sering dikirimi gambar-gambar. Lewat HP-nya. Lama-lama merembet ke soal oral seks. Lalu dipraktekkan. Di beberapa tempat: di rumah, di hotel, di pesawat.

Bradley juga sering mengirimi gadis itu teks. Lewat SnapChat. Sering juga Bradley minta foto si gadis. Dalam posisi telanjang. Atau dalam pose yang menggiurkan. 

Yang jadi berita besar adalah: di pesawat itu. Semua koran lokal di New Jersey menulisnya sebagai berita besar. Yang jadi sumber tulisan ini. Bahkan koran-koran nasional ikut meramaikannya. 

Hari itu Bradley menerbangkan pesawatnya dari Somerset di New Jersey. Hanya berdua dengan si gadis. Menuju Cape Cod di Massachusetts. Pulang-pergi.

Somerset adalah kota kecil di New Jersey. Kota elit. Banyak tokoh tinggal di situ. Gubernur New Jersey tinggal di situ. Lapangan golf milik Presiden Donald Trump tidak jauh dari situ. Inilah sebuah distrik yang jumlah kudanya lebih banyak dari manusianya. 

Cape Cod adalah kota kecil di pinggir pantai di Massachusetts. Jarak itu kira-kira 1 jam penerbangan. Dengan pesawat kecil seperti itu. Melewati atasnya kota New York. 

Setelah pesawat mencapai ketinggian yang diizinkan, Bradley memindahkan kemudi ke otomatis. Ke autopilot. Keduanya lantas pindah ke tempat duduk belakang. Pesawat disuruh terbang sendiri. Terjadilah permainan itu. Di sepanjang penerbangan. Pulangnya juga. 

Tentu tidak terpikirkan oleh perancang autopilot: penemuannya bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan seperti itu di udara.

Lama-lama Bradley minta agar si gadis memasang IUD (Intrauterine Device). Atau minum pil anti hamil. Agar tidak hamil. Bradley terus merengek agar si gadis melaksanakan keinginannya itu.

Sang ibu akhirnya tahu apa yang terjadi. Diadukanlah Bradley. Disertai bukti-bukti. Terutama text yang pernah dikirim lewat HP. 

Semua terkejut. Padahal Bradley punya banyak lembaga sosial. Termasuk menyediakan pesawat untuk keadaan darurat. Bagi yang sakit. 

Yang memberatkan Bradley adalah: si wanita masih di bawah umur. Bradley tidak bisa berkelit dengan alasan senang sama suka. UU di Amerika sangat keras untuk kejadian seperti itu.

Saat kasus ini dibawa ke pengadilan Bradley langsung mati kutu. Buktinya terlalu lengkap. Bradley langsung mengakui kesalahannya.

Tidak perlu diadili. Hakim akan langsung menjatuhkan putusan: hari ini waktu Amerika. Atau nanti malam waktu Jakarta.

Hukumannya bisa lima tahun penjara. Ditambah lima tahun lagi kerja sosial. Bradley tidak ditahan karena membayar uang jaminan.

Sebanyak Rp 14 miliar. Ditambah rumah ibunya di South Carolina.

Bradley kini memang tinggal bersama ibunya. Istrinya sudah mengajukan gugatan cerai. Tiga anaknya ikut ibunya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/