28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:21 AM WIB

Tertantang Sayembara BNPP, Sempat Lost Sinyal, Yakin karena Doa

Tidak mudah menaklukkan Gunung Agung dengan drone. Tiga unit drone yang dikirim ke puncak kandas tak kuasa menahan terjangan angin lereng.

Tapi, drone FX-79 buatan Universitas Gajah Mada (UGM), menjadi drone pertama yang berhasil menapaki gunung setinggi 3.142 mdpl. Seperti apa?

 

MAULANA SANDIJAYA, Amlapura

SORE itu di belakang Stadion Amlapura, Kota Karangasem, tiga orang pria memakai rompi merah. Di belakang rompi bertuliskan DERU UGM.

Mereka tampak sibuk merakit sebuah benda putih menyerupai pesawat. Dengan duduk lesehan di atas rumput, mereka mengutak-atik benda yang memiliki sayap sepanjang 2 meter.

Salah satu dari mereka fokus melihat layar laptop yang ditaruh di atas kotak kardus. Gunung Agung yang sedang berstatus Awas (level IV) sore itu tampak diselimuti awan putih.

Dari kejauhan puncak gunung mengeluarkan asap solfatara putih. Jarak mereka dengan Gunung Agung sekitar 14 kilometer.

Mereka adalah rombongan dari Fakultas Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta. Mereka datang khusus untuk mengambil gambar lereng hingga kawah Gunung Agung menggunakan drone.

Ruli Andaru, ketua tim drone Fakultas Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada (UGM), mengaku sejatinya tidak ada niatan ke Bali.

Niat baru muncul setelah ada “sayembara” dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui grup WhatsApp: UAV For Humanitarian.

Grup tersebut merupakan kumpulan dari pecinta dunia aeromodeling. “Kami tertantang karena tim drone sebelumnya belum berhasil ke puncak.

Apalagi, BNPB juga menawarkan, siapa yang bisa ke Gunung Agung. Kami penasaran, jadinya kami tawarkan diri,” tutur Ruli.

Pria 35 tahun itu ke Bali membawa koleganya bernama Wahyu Widianto, 38. Wahyu merupakan profesional aeromodeling yang diajak Ruli mengembangkan drone di UGM sejak 2009.

Ruli bertugas sebagai pilot drone. Nah, untuk membantu kelancaran tugas, Ruli mengajak Budi Wahyono, mahasiswa sebuah kampus di Solo sebagai asisten.

“Jujur kami ke Gunung Agung ini modalnya setengah nekat. Kami benar-benar buta tentang Gunung Agung.

Ini baru pertama kali kami ke Gunung Agung,” imbuh dosen di Fakultas Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada (UGM) itu.

Ruli dkk tiba di Bali Rabu sore (18/10) dengan membawa dua unit drone yang terbuat dari bahan epo (styrofoam dilapisi stiker).

Kamis pagi, Ruli dkk membawa drone yang diberi nama FX-79 ke bekas Galian C di Jalan Raya Kubu, berjarak 11 km dari puncak Gunung Agung.

Sayang, percobaan pertama itu tidak sesuai harapan. Drone mampu hanya mampu terbang 2.900 meter. Sementara ketinggian gunung 3.142 mdpl.

Ruli tidak menyerah. Bapak tiga anak itu kemudian membawa timnya bergeser ke arah utara Gunung Agung, tepatnya di Kota Karangasem.

Menurut Ruli, sejatinya take off sore hari sudah tidak memungkinkan. Baterai drone yang digunakan pagi hari habis. Drone FX-79 menggunakan baterai karena sistem elektrik.

Rasa penasaran yang menggebu membuat Ruli dkk akhirnya memutuskan maju terus. Sembari iseng mencari lokasi, baterai yang habis di-charge menggunakan aki mobil.

Siapa sangka, usaha pantang menyerah itu membuahkan hasil manis. Dari areal Stadion Amlapura, drone mampu mengangkasa hingga 4.000 meter. Lebih tinggi dari puncak gunung.

Di puncak kawah itulah drone sukses mengambil 40 buah foto. Sementara selama menyusuri kaki dan lereng drone mengambil 400 buah foto.

“Kami jujur tidak menyangka kalau akan berhasil. Karena angin di bawah landai, di atas bergejolak,” ucap pria asal Bantul itu penuh semangat.

Di balik kesuksesan mencapai kawah, ternyata banyak kejadian yang dialami Ruli dkk. Saat mencapai ketinggian2.000 meter, ternyata sinyal lenyap. Drone tidak lagi terpantau.

Jantung Ruli pun berdegup kencang karena drone tak lagi tampak di layar monitor. Hati Ruli kembali tenang setelah beberapa saat kemudian drone menangkap sinyal dan kembali tampak di layar.

Namun, itu terjadi tidak lama. Setelah itu drone kembali menghilang. Sinyal yang nyambung putus membuat Ruli dan tim benar-benar pasrah.

“Drone lost sinyal, jadi kita terbang ke kawah itu buta. Hidung pesawat ke arah mana kami tidak tahu. Kalau pun drone terbang ke laut pun kami tidak tahu,” selorohnya.

Saat harap-harap cemas itu Ruli hanya bisa pasrah sembari berdoa. Dia percaya drone FX-79 mempunyai ketahanan bodi yang mampu menghadapi angin.

Ruli dan timnya bersorak gembira setelah sampai ketinggian 4.000 meter, drone kembali menampakkan diri.

Melalui alat telemetri (penghubung sinyal dari drone ke laptop), Ruli dkk langsung menurunkan ketinggian drone mengambil gambar kawah Gunung Agung.

“Saya percaya kepada Gusti Allah akan memberikan pertolongan,” ungkap pria yang menjadi dosen muda di UGM sejak 2007 itu.

Menurut Ruli, ada faktor lain yang membuat drone berhasil terbang menggapai puncak. Sebelum take off sore hari, Ruli meminta tolong warga setempat yang datang penasaran.

Dia percaya local-genius di Bali sangat berpengaruh. “Saya bilang ‘Bapak dan ibu, pesawat kami mau terbang ke puncak Gunung Agung.

Tolong doakan supaya lancar.’ Warga yang datang mendoakan kami dengan keyakinannya, saya sendiri salat Ashar,” bebernya.

Setelah sama-sama berdoa, Gunung Agung yang tertutup awan terlihat cerah. Ruli melihat ini sebagai kode alami yang diberikan Tuhan.

Tidak mau membuang peluang, drone yang sudah disiapkan pun diterbangkan. Dari atas sepeda motor yang disetir Wahyono, Ruli mengangkat tangan membawa drone seberat 4 kg.

Setelah motor melaju kencang, drone pun dilepas ke atas. Drone pun terbang lurus menuju Gunung Agung yang tampak cerah.

Tidak mudah menaklukkan Gunung Agung dengan drone. Tiga unit drone yang dikirim ke puncak kandas tak kuasa menahan terjangan angin lereng.

Tapi, drone FX-79 buatan Universitas Gajah Mada (UGM), menjadi drone pertama yang berhasil menapaki gunung setinggi 3.142 mdpl. Seperti apa?

 

MAULANA SANDIJAYA, Amlapura

SORE itu di belakang Stadion Amlapura, Kota Karangasem, tiga orang pria memakai rompi merah. Di belakang rompi bertuliskan DERU UGM.

Mereka tampak sibuk merakit sebuah benda putih menyerupai pesawat. Dengan duduk lesehan di atas rumput, mereka mengutak-atik benda yang memiliki sayap sepanjang 2 meter.

Salah satu dari mereka fokus melihat layar laptop yang ditaruh di atas kotak kardus. Gunung Agung yang sedang berstatus Awas (level IV) sore itu tampak diselimuti awan putih.

Dari kejauhan puncak gunung mengeluarkan asap solfatara putih. Jarak mereka dengan Gunung Agung sekitar 14 kilometer.

Mereka adalah rombongan dari Fakultas Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta. Mereka datang khusus untuk mengambil gambar lereng hingga kawah Gunung Agung menggunakan drone.

Ruli Andaru, ketua tim drone Fakultas Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada (UGM), mengaku sejatinya tidak ada niatan ke Bali.

Niat baru muncul setelah ada “sayembara” dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui grup WhatsApp: UAV For Humanitarian.

Grup tersebut merupakan kumpulan dari pecinta dunia aeromodeling. “Kami tertantang karena tim drone sebelumnya belum berhasil ke puncak.

Apalagi, BNPB juga menawarkan, siapa yang bisa ke Gunung Agung. Kami penasaran, jadinya kami tawarkan diri,” tutur Ruli.

Pria 35 tahun itu ke Bali membawa koleganya bernama Wahyu Widianto, 38. Wahyu merupakan profesional aeromodeling yang diajak Ruli mengembangkan drone di UGM sejak 2009.

Ruli bertugas sebagai pilot drone. Nah, untuk membantu kelancaran tugas, Ruli mengajak Budi Wahyono, mahasiswa sebuah kampus di Solo sebagai asisten.

“Jujur kami ke Gunung Agung ini modalnya setengah nekat. Kami benar-benar buta tentang Gunung Agung.

Ini baru pertama kali kami ke Gunung Agung,” imbuh dosen di Fakultas Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada (UGM) itu.

Ruli dkk tiba di Bali Rabu sore (18/10) dengan membawa dua unit drone yang terbuat dari bahan epo (styrofoam dilapisi stiker).

Kamis pagi, Ruli dkk membawa drone yang diberi nama FX-79 ke bekas Galian C di Jalan Raya Kubu, berjarak 11 km dari puncak Gunung Agung.

Sayang, percobaan pertama itu tidak sesuai harapan. Drone mampu hanya mampu terbang 2.900 meter. Sementara ketinggian gunung 3.142 mdpl.

Ruli tidak menyerah. Bapak tiga anak itu kemudian membawa timnya bergeser ke arah utara Gunung Agung, tepatnya di Kota Karangasem.

Menurut Ruli, sejatinya take off sore hari sudah tidak memungkinkan. Baterai drone yang digunakan pagi hari habis. Drone FX-79 menggunakan baterai karena sistem elektrik.

Rasa penasaran yang menggebu membuat Ruli dkk akhirnya memutuskan maju terus. Sembari iseng mencari lokasi, baterai yang habis di-charge menggunakan aki mobil.

Siapa sangka, usaha pantang menyerah itu membuahkan hasil manis. Dari areal Stadion Amlapura, drone mampu mengangkasa hingga 4.000 meter. Lebih tinggi dari puncak gunung.

Di puncak kawah itulah drone sukses mengambil 40 buah foto. Sementara selama menyusuri kaki dan lereng drone mengambil 400 buah foto.

“Kami jujur tidak menyangka kalau akan berhasil. Karena angin di bawah landai, di atas bergejolak,” ucap pria asal Bantul itu penuh semangat.

Di balik kesuksesan mencapai kawah, ternyata banyak kejadian yang dialami Ruli dkk. Saat mencapai ketinggian2.000 meter, ternyata sinyal lenyap. Drone tidak lagi terpantau.

Jantung Ruli pun berdegup kencang karena drone tak lagi tampak di layar monitor. Hati Ruli kembali tenang setelah beberapa saat kemudian drone menangkap sinyal dan kembali tampak di layar.

Namun, itu terjadi tidak lama. Setelah itu drone kembali menghilang. Sinyal yang nyambung putus membuat Ruli dan tim benar-benar pasrah.

“Drone lost sinyal, jadi kita terbang ke kawah itu buta. Hidung pesawat ke arah mana kami tidak tahu. Kalau pun drone terbang ke laut pun kami tidak tahu,” selorohnya.

Saat harap-harap cemas itu Ruli hanya bisa pasrah sembari berdoa. Dia percaya drone FX-79 mempunyai ketahanan bodi yang mampu menghadapi angin.

Ruli dan timnya bersorak gembira setelah sampai ketinggian 4.000 meter, drone kembali menampakkan diri.

Melalui alat telemetri (penghubung sinyal dari drone ke laptop), Ruli dkk langsung menurunkan ketinggian drone mengambil gambar kawah Gunung Agung.

“Saya percaya kepada Gusti Allah akan memberikan pertolongan,” ungkap pria yang menjadi dosen muda di UGM sejak 2007 itu.

Menurut Ruli, ada faktor lain yang membuat drone berhasil terbang menggapai puncak. Sebelum take off sore hari, Ruli meminta tolong warga setempat yang datang penasaran.

Dia percaya local-genius di Bali sangat berpengaruh. “Saya bilang ‘Bapak dan ibu, pesawat kami mau terbang ke puncak Gunung Agung.

Tolong doakan supaya lancar.’ Warga yang datang mendoakan kami dengan keyakinannya, saya sendiri salat Ashar,” bebernya.

Setelah sama-sama berdoa, Gunung Agung yang tertutup awan terlihat cerah. Ruli melihat ini sebagai kode alami yang diberikan Tuhan.

Tidak mau membuang peluang, drone yang sudah disiapkan pun diterbangkan. Dari atas sepeda motor yang disetir Wahyono, Ruli mengangkat tangan membawa drone seberat 4 kg.

Setelah motor melaju kencang, drone pun dilepas ke atas. Drone pun terbang lurus menuju Gunung Agung yang tampak cerah.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/