Pandemi Covid-19 yang masih mewabah bukan hanya berdampak pada nasib lembaga konservasi macam kebun binatang, taman safari atau taman satwa di Bali. Lembaga konservasi macam Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Bali yang berada di Tabanan juga kena imbas. Lembaga nonpemerintah atau LSM yang berkomitmen melakukan penyelamatan satwa dan habitat hewan yang terancam punah dan dilindungi juga mengalami hal yang sama.
___
JULIADI, Tabanan
___
PUSAT Penyelamatan Satwa (PPS) Tabanan yang berlokasi di Jalan Teratai Nomor 49, Banjar Dinas Dukuh Dauh Peken Tabanan tampak sepi ketika koran ini bertandang belum lama ini. Hanya terdengar suara burung kakak tua yang berada di belakang kantor PPS Tabanan.
Beberapa kali mengucapkan salam, beruntung salah seorang pekerja PPS yang juga merupakan dokter hewan mendengar dan mempersilakan kami untuk masuk ke dalam.
“Mohon ditunggu sebentar, ya, saya masih makan siang,” ujar perempuan berjilbab kepada radarbali.id, Minggu (17/1) lalu.
Perempuan itu adala Diah Ayu Risdasari Tiar Noviarini. Dokter hewan yang juga manager pengelola PPS Tabanan.
Sambil menunggu drh Rini makan siag, radarbali.id melihat majalah dan foto kegiatan yang dilakukan PPS Tabanan di seluruh Bali. Sekitar 15 menit lebih menunggu drh. Rini yang usai makan siang kembali menghampiri.
Pandemi Covid-19 yang mewabah sejak Maret 2020 hingga sekarang, katanya membuka percakapan, memang pengaruhnya luar biasa terhadap kelangsungan pemeliharaan satwa yang berada di PPS Tabanan. Khususnya dari sisi donator atau penyumbang. Meski saat dari sisi pembiayaan di PPS Tabanan masih didukung penuh oleh Friends of The National Parks Foundation (FNPF).
“Biasanya kita terima volunter sebagai salah satu sumber dana kita dari mereka. Mereka datang memberikan ke sini bantuan khusus untuk pakan hewan. Tidak hanya itu hampir semua sponsor dan donator juga kesulitan mengingat dampak dari pandemi,” tutur Rini.
Diakuinya, sebelum pandemi Covid-19 mewabah operasional di PPS mulai dari pemeliharaan, pengobatan, biaya pakan dan gaji karyawan menghabiskan sekitar Rp 40 juta setiap bulannya. Karena satwa yang dirawat di sini bukan hanya satwa dengan kondisi sehat melainkan satwa dengan kondisi sakit dan butuh penyelamatan khusus.
Jenis satwa saat ini yang pihaknya rawat mulai dari ular piton, elang, merak, kakak tua, lutung, buaya, beruang madu, siamang, beruk dan hewan lainnya. Dengan total satwa sektar 52 ekor. Kebanyakan satwa liar atau dilindungi. Satwa ini didapat dari masyarakat atau sitaan pemerintah melalui BKSDA. Satwa yang sempat jadi peliharaan warga kerap menjadi jinak atau dalam kondisi sakit. Maka harus direhabilitasi Kembali. Yang sakit agar disembuhkan. Yang jinak agar kembali liar untuk bisa hidup mandiri di alam bebas ketika dilepasliarkan.
Menyiasati kondisi pandemic ini, lanjut dia, agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup satwa pihaknya harus mengurangi varian pakan ternak yang diberikan selama ini kepada satwa. Misalnya satwa burung kakak tua dan beruang dengan makanan sayur, buah, jagung, kroto. Maka pihaknya harus mengurangi menjadi dua varian. Kakak tua hanya mendapat buah dan jagung saja, namun tidak mengurangi porsi pakan mereka. Begitu pula dengan beruang.
“Hanya ini yang bisa menjadi solusi agar satwa yang dirawat di PPS bisa bertahan,” ungkap dokter hewan berusia 30 tahun ini.
Selain itu ditambahkan drh. Rini, di PPS Tabanan pihaknya juga menggagas program adopsi hewan. Program adopsi hewan ini dimaksudkan diberikan kepada pengunjung atau penghobi binatang yang melihat satwa di PPS Tabanan. Setiap orang atau penghobi binatang boleh memilih salah satu hewan untuk diadopsi menjadi hewan kesukaaan mereka.
Tetapi adopsi bukan hewan yang dirawat PPS boleh dibawa pulang. Melainkan mereka mengadopsi di PPS Tabanan dengan menyumbang memberikan pakan setiap harinya dan melakukan perawatan di PPS.
“Jadi ada pengunjung yang suka hewan kami silahkan untuk adopsi. Sehingga dapat mengurangi beban biaya pakan selama pandemi Covid-19,” ujar ibu satu anak ini.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung beruntung belum ada hewan mengalami kematian meski pihaknya mengurangi varian makan satwa. Hewan yang dirawat di PPS Tabanan saat sebagai besar hewan dengan datang dengan kondisi sakit baik yang pihaknya terima dari BKSDA Bali dan warga.
Sehingga tujuan dibentuk PPS disamping untuk merawat hewan juga untuk mencegah satwa langka dari kepunahan.
“Kami saat ini masih prihatin dengan satwa ternyata masih banyak dilakukan perburuan dan dijualbelikan. Salah satu seekor hewan beruang yan kami terima karena hasil sitaan BKSDA yang ditemukan saat akan dijual belikan,” pungkasnya.