25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:47 AM WIB

Berbekal Kalkulator Uzur, Gagas Diseminasi Bareng Klub Astronomi

Hal lain yang unik dari sosok I Gede Marayana, pencetus diagram pengelantaka dalam penyusunan kalendar Bali ialah kalkulator.

Ia selalu membawa sebuah kalkulator saku tiap kali bepergian. Kalkulator ini menjadi sarana bagi Marayana untuk mengenalkan perhitungan diagram pengalantaka.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

GENIUS. Cukup berbekal kalkulator, Gede Marayana bisa menghitung hari otonan (ulang tahun dalam perhitungan kalender Bali) orang.

Sebaliknya berbekal perhitungan otonan, ia bisa mengetahui kapan orang itu lahir dalam perhitungan kalender masehi.

Kalkulator itu cukup unik. Ukurannya hanya sebesar KTP. Kalkulator itu juga dilengkapi dengan penanggalan kalender masehi selama 200 tahun.

Konon kalkulator itu dibeli di Singaraja pada tahun 1970-an silam. Saking uzurnya kalkulator itu, bagian pinggir dilapisi lakban. Agar tak mudah kemasukan air.

“Dulu karena saya sering ke proyek, untuk hitung-hitung volume pekerjaan harus punya kalkulator. Kebetulan saya suka astronomi, ada fitur kalender 200 tahun, ya saya beli,” ceritanya.

Marayana sempat mendemonstrasikan cara kerja kalkulator itu yang dikaitkan dengan diagram pengalantaka. Salah satunya untuk membuktikan teori yang ia tulis.

Marayana berteori bahwa hari tertentu, akan jatuh pada wuku yang sama setiap sembilan oton atau 1.890 hari. Itu berarti akan terjadi setiap 5 tahun sekali.

Misalnya tilem kaulu yang bertepatan dengan rahina wraspati pon landep pada 11 Februari 2021 lalu. Maka tilem kaulu pada rahina wraspati pon landep akan kembali terjadi pada 16 April 2026 mendatang.

“Dari sekarang saya sudah bisa hitung, dan saya pastikan itu akan terjadi. Silakan dicatat. Makanya perhitungan itu

akan lebih mudah kalau pakai kalkulator ini. Ini kalkulator kesayangan saya. Sekarang nggak ada lagi yang jual,” kata Marayana seraya tersenyum.

Kemajuan teknologi juga membuat penyusunan kalender Bali menjadi semakin mudah. Dengan sistem komputerisasi, ia menyebut penyusunan kalender Bali hanya membutuhkan waktu paling lama selama sebulan.

Berbeda saat warsa 1990-an hingga medio 2000-an silam. Tatkala itu penyusunan kalender bali membutuhkan waktu paling cepat selama tiga bulan.

Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan, sosok Gede Marayana merupakan tokoh yang pemikirannya telah diakui secara luas.

Terutama lewat diagram pengalantaka yang telah diakui sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Menurutnya, masyarakat awam mengenal nama I Gede Marayana sebagai salah seorang penyusun kalender. Cukup banyak masyarakat yang menggunakan kalender yang disusun oleh Marayana.

Khusus dalam hal kalender, Dody mengaku pihaknya tak bisa masuk terlalu jauh. Sebab hal itu sudah bersifat bisnis.

Pemerintah disebut tak boleh andil terlalu jauh dalam masalah bisnis. Apalagi sampai mewajibkan penggunaan kalender yang disusun oleh I Gede Marayana.

“Kalender ini kan dibuat percetakan. Pak Marayana sebagai penyusun saja. Jadi hitungannya sudah bisnis. Kami tidak bisa mewajibkan yang seperti itu.

Jadi, yang bisa kami lakukan adalah mempromosikan sosok beliau. Bahwa kita di Buleleng ada penyusun kalender yang namanya I Gede Marayana, yang pemikirannya sudah diakui. Hanya sebatas itu,” kata Dody.

Lebih lanjut Dody mengatakan pihaknya tengah merancang program diseminasi diagram pengalantaka.

Salah satunya bekerjasama dengan sekolah menengah yang memiliki klub astronomi. Apabila pembelajaran tatap muka sudah diizinkan, Disbud berencana menggandeng beberapa sekolah untuk meneropong bintang kartika.

“Informasinya kan di sekitar Pura Ponjok Batu itu bisa diteropong bintang ini. Apalagi ini jadi acuan untuk sasih (bulan) pertama dalam kalender Bali.

Klub astronomi di sekolah itu kan sudah punya teropong. Bisa langsung lihat, nanti Pak Marayana mendampingi. Jadi proses diseminasi ilmu dan pemahamannya jadi lebih mudah dan terarah,” tutur Dody. (*)

Hal lain yang unik dari sosok I Gede Marayana, pencetus diagram pengelantaka dalam penyusunan kalendar Bali ialah kalkulator.

Ia selalu membawa sebuah kalkulator saku tiap kali bepergian. Kalkulator ini menjadi sarana bagi Marayana untuk mengenalkan perhitungan diagram pengalantaka.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

GENIUS. Cukup berbekal kalkulator, Gede Marayana bisa menghitung hari otonan (ulang tahun dalam perhitungan kalender Bali) orang.

Sebaliknya berbekal perhitungan otonan, ia bisa mengetahui kapan orang itu lahir dalam perhitungan kalender masehi.

Kalkulator itu cukup unik. Ukurannya hanya sebesar KTP. Kalkulator itu juga dilengkapi dengan penanggalan kalender masehi selama 200 tahun.

Konon kalkulator itu dibeli di Singaraja pada tahun 1970-an silam. Saking uzurnya kalkulator itu, bagian pinggir dilapisi lakban. Agar tak mudah kemasukan air.

“Dulu karena saya sering ke proyek, untuk hitung-hitung volume pekerjaan harus punya kalkulator. Kebetulan saya suka astronomi, ada fitur kalender 200 tahun, ya saya beli,” ceritanya.

Marayana sempat mendemonstrasikan cara kerja kalkulator itu yang dikaitkan dengan diagram pengalantaka. Salah satunya untuk membuktikan teori yang ia tulis.

Marayana berteori bahwa hari tertentu, akan jatuh pada wuku yang sama setiap sembilan oton atau 1.890 hari. Itu berarti akan terjadi setiap 5 tahun sekali.

Misalnya tilem kaulu yang bertepatan dengan rahina wraspati pon landep pada 11 Februari 2021 lalu. Maka tilem kaulu pada rahina wraspati pon landep akan kembali terjadi pada 16 April 2026 mendatang.

“Dari sekarang saya sudah bisa hitung, dan saya pastikan itu akan terjadi. Silakan dicatat. Makanya perhitungan itu

akan lebih mudah kalau pakai kalkulator ini. Ini kalkulator kesayangan saya. Sekarang nggak ada lagi yang jual,” kata Marayana seraya tersenyum.

Kemajuan teknologi juga membuat penyusunan kalender Bali menjadi semakin mudah. Dengan sistem komputerisasi, ia menyebut penyusunan kalender Bali hanya membutuhkan waktu paling lama selama sebulan.

Berbeda saat warsa 1990-an hingga medio 2000-an silam. Tatkala itu penyusunan kalender bali membutuhkan waktu paling cepat selama tiga bulan.

Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan, sosok Gede Marayana merupakan tokoh yang pemikirannya telah diakui secara luas.

Terutama lewat diagram pengalantaka yang telah diakui sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Menurutnya, masyarakat awam mengenal nama I Gede Marayana sebagai salah seorang penyusun kalender. Cukup banyak masyarakat yang menggunakan kalender yang disusun oleh Marayana.

Khusus dalam hal kalender, Dody mengaku pihaknya tak bisa masuk terlalu jauh. Sebab hal itu sudah bersifat bisnis.

Pemerintah disebut tak boleh andil terlalu jauh dalam masalah bisnis. Apalagi sampai mewajibkan penggunaan kalender yang disusun oleh I Gede Marayana.

“Kalender ini kan dibuat percetakan. Pak Marayana sebagai penyusun saja. Jadi hitungannya sudah bisnis. Kami tidak bisa mewajibkan yang seperti itu.

Jadi, yang bisa kami lakukan adalah mempromosikan sosok beliau. Bahwa kita di Buleleng ada penyusun kalender yang namanya I Gede Marayana, yang pemikirannya sudah diakui. Hanya sebatas itu,” kata Dody.

Lebih lanjut Dody mengatakan pihaknya tengah merancang program diseminasi diagram pengalantaka.

Salah satunya bekerjasama dengan sekolah menengah yang memiliki klub astronomi. Apabila pembelajaran tatap muka sudah diizinkan, Disbud berencana menggandeng beberapa sekolah untuk meneropong bintang kartika.

“Informasinya kan di sekitar Pura Ponjok Batu itu bisa diteropong bintang ini. Apalagi ini jadi acuan untuk sasih (bulan) pertama dalam kalender Bali.

Klub astronomi di sekolah itu kan sudah punya teropong. Bisa langsung lihat, nanti Pak Marayana mendampingi. Jadi proses diseminasi ilmu dan pemahamannya jadi lebih mudah dan terarah,” tutur Dody. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/