28.2 C
Jakarta
21 November 2024, 20:48 PM WIB

Demi Perbaiki Hidup, Rela Tinggalkan Anak Bungsu Sendirian di Bali

Tak mau hidup berkekurangan dengan mengandalkan sebagai buruh tani, pasutri asal Sangkan Gunung Sidemen, I Nengah Pasek dan istrinya Ni Wayan Ramben memilih untuk meninggalkan kampung halamannya.

I WAYAN PUTRA, Sidemen

 

Meski sangat berat, keputusan terpaksa harus diambil Ni Wayan Rimben dan istrinya. Apalagi, mereka harus meninggalkan putra bungsungnya sendirian di Bali.

Keduanya memutuskan untuk memilih berangkat mengikuti program trasmigrasi ke Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Keduanya akan bertolak dari Bali untuk mengadu nasib sebagai transmigran ke Sumba Timur pada 5 Desember 2019 mendatang bersama dengan rombongan warga Bali lainya.

Keduanya memutuskan nekad mengikuti trasmigrasi karena selama ini hanya hidup sebagai petani penggarap. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari diakui sangat sulit.

 

“Kami ingin merubah nasib, mudah-mudahan dengan mengikuti program (transmigrasi) ini bisa berhasil disana,” harap Pasek. Kata Pasek, meski selama ini tinggal di kampung halamannya, namun dirinya mengaku tidak punya lahan.

Meskipun kesehariannya bekerja sebagai petani, namun ia mengaku hanya sebagai petani penggarap lahan milik orang lain.

“Kalau anak yang besar lebih dulu berangkat ikut program trasmigrasi ke daerah Morowali, Sulawesi Selatan. Hanya yang kecil (bungsu) masih menetap di Giantar bekerja di wilayah Sukawati,”akunya.

Sementara Kabid Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Disnaker Kabupaten Karangasem, I Made Sujana mengakui untuk Karangasem sendiri tahun ini hanya memberangkatkan satu KK.

Mereka akan berangkat ke Sumba Timur tepatnya di Desa Yubowae Kecamatan Kahaunguweti, Kabupaten Sumba Timur, NTT

Pasutri tersebut akan mendapat jatah lahan pekarangan seluas 0,25 are dan rumah permanen tipe 36.

Selain rumah dan pekarangan, mereka juga akan mendapat lahan tanah seluas 3 hektar.

“Semua ini adalah program pemerintah pusat dan sudah disediakan pemerintah pusat juga. Mereka juga mendapat alokasi biaya keberangkatan dan disana juga disediakan alat-alat pertanian.

“Jadi seluruh keperluan perralatan pertanian sudah disediakan dan mereka tinggal kerja saja di daerah transmigran,” tukasnya.

Tak mau hidup berkekurangan dengan mengandalkan sebagai buruh tani, pasutri asal Sangkan Gunung Sidemen, I Nengah Pasek dan istrinya Ni Wayan Ramben memilih untuk meninggalkan kampung halamannya.

I WAYAN PUTRA, Sidemen

 

Meski sangat berat, keputusan terpaksa harus diambil Ni Wayan Rimben dan istrinya. Apalagi, mereka harus meninggalkan putra bungsungnya sendirian di Bali.

Keduanya memutuskan untuk memilih berangkat mengikuti program trasmigrasi ke Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Keduanya akan bertolak dari Bali untuk mengadu nasib sebagai transmigran ke Sumba Timur pada 5 Desember 2019 mendatang bersama dengan rombongan warga Bali lainya.

Keduanya memutuskan nekad mengikuti trasmigrasi karena selama ini hanya hidup sebagai petani penggarap. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari diakui sangat sulit.

 

“Kami ingin merubah nasib, mudah-mudahan dengan mengikuti program (transmigrasi) ini bisa berhasil disana,” harap Pasek. Kata Pasek, meski selama ini tinggal di kampung halamannya, namun dirinya mengaku tidak punya lahan.

Meskipun kesehariannya bekerja sebagai petani, namun ia mengaku hanya sebagai petani penggarap lahan milik orang lain.

“Kalau anak yang besar lebih dulu berangkat ikut program trasmigrasi ke daerah Morowali, Sulawesi Selatan. Hanya yang kecil (bungsu) masih menetap di Giantar bekerja di wilayah Sukawati,”akunya.

Sementara Kabid Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Disnaker Kabupaten Karangasem, I Made Sujana mengakui untuk Karangasem sendiri tahun ini hanya memberangkatkan satu KK.

Mereka akan berangkat ke Sumba Timur tepatnya di Desa Yubowae Kecamatan Kahaunguweti, Kabupaten Sumba Timur, NTT

Pasutri tersebut akan mendapat jatah lahan pekarangan seluas 0,25 are dan rumah permanen tipe 36.

Selain rumah dan pekarangan, mereka juga akan mendapat lahan tanah seluas 3 hektar.

“Semua ini adalah program pemerintah pusat dan sudah disediakan pemerintah pusat juga. Mereka juga mendapat alokasi biaya keberangkatan dan disana juga disediakan alat-alat pertanian.

“Jadi seluruh keperluan perralatan pertanian sudah disediakan dan mereka tinggal kerja saja di daerah transmigran,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/