“BENARKAH di Bali itu, perempuan yang bekerja? Laki-lakinya main sabung ayam?” Pernahkah mendengar pertanyaan itu dari saudara kita di luar Bali?
Perempuan Bali terkenal sebagai pekerja keras. Tidak hanya berperan sebagai seorang ibu rumah tangga, tapi juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Bahkan, harus turut serta melestarikan budaya serta adat istiadat Bali. Mempersiapkan banten untuk acara keagamaan di rumah maupun di banjar lingkungan tempat tinggal.
Zaman dulu, konon laki-laki hanya bekerja di sawah, setelah itu mereka memiliki banyak waktu luang untuk melakukan sabung ayam.
Sementara para perempuan sibuk untuk mengurus rumah tangga. Kegiatan dimulai sejak bangun tidur, perempuan harus sigap menyiapkan makanan, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mebanten, atau mungkin dilanjutkan dengan ngayah di banjar.
Kegiatan ini sudah dilakukan sejak lama dan sampai saat ini. Ada juga yang harus ikut membantu ekonomi keluarga dengan menjadi buruh dan sebagainya.
Mungkin berita ini sudah sampai di telinga saudara-saudara kita di luar Bali sehingga keluarlah pertanyaan seperti itu.
Kenyataannya, sampai saat ini, perempuan Bali memang banyak yang bekerja, tapi sudah tidak lagi sebagai pekerja kasar.
Dengan adanya emansipasi wanita, perempuan Bali berpeluang untuk meniti karier sama halnya dengan laki-laki.
Kemajuan perempuan Bali tentunya tidak lepas dari dukungan keluarga terdekat seperti suami, karena tanpa dukungan tersebut, pastinya kedudukan perempuan Bali masih tetap lebih rendah dibandingkan laki-laki, seperti dulu.
Berdasar data Badan Pusat Statistik tahun 2019, tingkat partisipasi Angkatan kerja (TPAK) perempuan di Bali sebesar 65,86 persen,
walaupun lebih rendah dari TPAK laki-laki yang mencapai 81,84 persen, namun angka tersebut sudah termasuk tinggi.
Perempuan Bali tidak hanya bekerja pada sektor formal, banyak juga yang berkreasi dalam bidang non formal seperti berjualan di pasar.
Produk yang dijual pun beragam, mulai dari makan jadi hasil olahan sendiri, banten, pakaian, dan sebagainya.
Perayaan Hari Ibu pada dasarnya adalah penghargaan bagi pahlawan-pahlawan perempuan di masa lalu yang sudah ikut berjuang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, makna hari ibu kemudian menjadi momentum untuk memberikan kasih sayang lebih kepada Ibu.
Ada yang memberikan kado sebagai hadiah hari ibu, ada juga yang membebaskan ibunya dari pekerjaan rumah selama seharian penuh.
Segala pekerjaan membereskan rumah, mencuci, memasak, dan sebagainya dikerjakan oleh suami dan anak-anak, sementara ibu-ibu diberikan waktu untuk bersantai di rumah.
Tidak ada yang salah, karena seorang ibu memang berhak menerima kasih sayang dari anggota keluarganya.
Bahkan, untuk menunjukkan kasih sayang kepada Ibu, di jaman sekarang banyak juga orang-orang dari anak-anak hingga dewasa yang mengucapkan Selamat Hari Ibu lewat media sosial, walaupun kenyataannya Ibu-Ibu mereka tidak punya sosial media.
Pandemi covid-19 secara tidak langsung membuat peran ibu-ibu di Bali semakin bertambah. Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan
yang mengatur sekolah murid dilakukan secara daring menyebabkan ibu-ibu harus bisa menemani buah hatinya untuk belajar di rumah.
Tentu saja hal ini membuat tanggung jawab ibu semakin bertambah. Bahkan tidak sedikit ibu-ibu yang merasa kembali bersekolah karena mengerjakan tugas-tugas anaknya.
Peran seorang perempuan Bali yang sudah berumah tangga memang tidaklah mudah. Perempuan Bali harus pandai mengurus anak, suami, rumah tangga, juga harus mampu mandiri secara finansial.
Belum cukup, perempuan Bali dituntut harus bisa mejejaitan. Namun semua itu sudah dijalani dengan ikhas sejak turun temurun.
Hasilnya banyak perempuan Bali yang sukses di kehidupannya. Jikalau diluaran sana ada pepatah “dibalik suami yang sukses ada dukungan seorang perempuan hebat”,
maka berbeda dengan Bali, perempuan Bali bisa sukses tentunya dengan dukungan suami dan keluarga.
Pada hakikatnya suami istri memang harus bekerja sama untuk keluarga dan saling mendukung untuk kesuksesan bersama.
Apapun tanggung jawab dan kewajiban yang diemban seorang ibu khususnya ibu-ibu Bali, menjadi seorang Ibu adalah sebuah anugrah yang patut selalu disyukuri.
Masih banyak perempuan yang sudah menikah dan merindukan seorang anak. Melahirkan memang sesuatu yang sudah biasa, namun setiap kelahiran adalah keajaiban bagi seorang perempuan. Selamat Hari Ibu untuk ibu ibu hebat. (*)
Desak Gede Prita Widia Wiriyanti, SST
Fungsional Statistisi Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung