Kreatif Memanfaatkan Sampah Jadi Karya Menarik, Banyak Tinggalkan Kenangan
Pria ini meninggalkan banyak kenangan bagi istri dan anaknya. Maklum, Astawa dikenal ramah dan pintar berbaur dengan warga, sehingga dia dipercaya sebagai kepala lingkungan (kaling) selama 12 tahun.
ANDRE SULLA, Denpasar
RUMAHNYA di sebuah gang buntu. Yakni di Gang Pelatuk, Banjar Tag-Tag Tengah, Nomor 01, Peguyangan, Denpasar Utara.
Di sini juga petugas Bawaslu tersebut dilahirkan, 55 tahun silam. Pria yang terlahir dari keluarga sederhana ini adalah anak ketiga dari enam bersaudara.
Semua terdiri dari empat laki-laki dan dua perempuan. Rumah tua yang ditempati orang tua dan beberapa saudara ini saat didatangi Radar Bali, Rabu kemarin (24/4), sekitar pukul 17.30 sepintas tampak sepi.
Almarhum pemilik nomor SK 023/BAWASI-U-PROV. BALI-091DENUT/HK 01 01/111/2019 ini beralamat di Jalan Bedahulu Ujung, Gang Munduk Abukasa, 3, Denpasar Utara.
Ternyata di rumah sederhana ini, selain dijadikan tempat tinggal juga di tanah kosongnya dijadikan bank sampah, ada semacam kantor atau tempat kerja sederhana dan terbuka dipenuhi sampah-sampah kertas tersusun rapi.
Ada beberapa piagam, piala, spanduk dan beberapa baliho. Ni Nyoman Kertini, sang istri almarhum tampak ditemani anaknya, Ade Sahasrara, 23, dan dua orang ipar almarhum, I Ketut Sukada, 52, dan I Wayan Suwita, 49.
Foto almarhum berukuran jumbo dan kartu Bawaslu miliknya ditaruh di meja, dikelilingi kursi kayu tempat almarhum bersama keluarga, sering duduk dan bertukar pikiran.
Ni Nyoman Kertini bersama anak, dan ipar-ipar tampak sedih atas kepergian Astawa. Menurut Kertini, almarhum adalah sosok pria penuh tanggung jawab.
Saat masih muda, dia memutuskan menikah saat masih kerja di salah satu perusahaan garmen di Denpasar.
Meski berat, wanita asal Tabanan ini mengaku ikhlas. “Suami meninggal secara tiba-tiba. Belakangan ini dia sebetulnya sehat-sehat saja.
Bahkan selama mengawasi TPS 32 dan 33, selama pemungutan dan penghitungan suara hingga 18 April, sekitar pukul 03.30, ia masih sehat,” cetus istri yang dikarunia dua anak ini.
Hingga keesokan 19 April, Astawa hanya mengatakan bahwa mengalami sakit di punggung bagian kiri dan sedikit pusing.
Lalu di bawa ke RS dan meninggal 20 April sekitar pukul 03.00. Dengan diagnosis penyakit jantung.
“Ini karya beliau membantu pemerintah dalam penanganan sampah bebas plastik. Artinya peduli dengan lingkungan.
Dari sampah kertas HVS dan Koran dijadikan suvenir. Karya dia juga diminati wisatawan asing. Dijual bervariasi, dari Rp 250 hingga Rp 500 ribu,” tuturnya.