27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:44 AM WIB

Kolam Renang pun Disulap Menjadi Media Budidaya Ikan

Pandemi Covid-19 memang sangat berimbas terhadap segala lini. Tak terkecuali pengusaha kolam renang. Lantaran sepi kunjungan dan omzet menurun pengusaha kolam renang GOR Dewarra Tabanan, Bali, merintis usaha dengan mengubah kolam renang menjadi kolam budidaya ikan.

__________

 

GOR Dewarra Tabanan di kawasan Perumahan Sanggulan, persisnya di Banjar Dinas Jadi Pisah, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, itu tak hanya memiliki fasilitas lapangan bulutangkis. Berdiri sejak 2006, GOR itu juga memiliki fasilitas kolam renang.

 

Sebelum masa pagebluk Covid-19, kedua fasilitas itu biasanya ramai. Dari anak-anak hingga orang dewasa. Apalagi kalau sore atau hari-hari libur, kerap penuh.

 

Namun virus corona baru yang mulai muncul di Bali sejak Maret 2020 lalu telah mengubah keadaannya. Ketika radarbali.id bertandang beberapa hari lalu di bulan November ini, GOR itu tampak sepi. Hanya beberapa anak-anak usia dini terlihat berlatih olah raga bulutangkis. Sementara kolam renang tidak terlihat aktivitas apapun. Sepi.

Air kolam renang yang dulunya biasa bening kebiruan terkena pantulan dinding kolam, kini tampak sudah berubah warna menjadi hijau. Tanaman kangkung juga tumbuh mengambang di atas air kolam.

 

Di dua kolam renang untuk anak dan orang dewasa itu bukan manusia yang berenang, melainkan ikan nila dan gurami. Dua jenis ikan itu yang saat ini menjadi penguasa kolam renang.

 

“Pandemi Covid-19 ini yang membuat saya harus berubah. Mengalihfungsikan kolam renang menjadi kolam ikan,” ujar I Gusti Bagus Arya Candra Palasara ditemui di GOR Dewara, 12 November lalu.

 

Tertarik untuk mengubah fungsi kolam renang menjadi kolam ikan menjadi pilihan yang sangat logis bagi Arya. Ia melihat dalam beberapa bulan digebuk Covid-19 pengunjung kolam renang sepi. Usahanya itu pun nol pemasukan. Di sisi lain, pengeluaran untuk biaya pemeliharaan kolam lumayan menguras kantong.

“Kolam renang butuh biaya operasional lumayan sangat tinggi. Yakni biaya maintenance (perawatan), listrik, air, kebersihan kolam dan mekanikal obat-obatan,” terang pria yang kini menjabat sebagai Sekretaris PBSI Bali.

Pertimbangan lainnya jika kolam renang terus tidak berfungsi, namun tetap diisi dan dikuras, maka akan makan biaya juga. Butuh ratusan meter kubik air untuk mengisi dua kolam renang tersebut. Itu artinya butuh listrik.

 

Singkatnya, tanpa pemasukan, sebaliknya hanya pengeluaran saja, sebagai pengelola Arya bisa tekor. Ia harus cepat memutar otak.

Ilham itu datang Juli lalu. Ia berpikir mengalihfungsikan kolam renang untuk budidaya ikan. Dia pikir ini masuk akal. Daripada dikosongkan begitu saja. Bahkan, baginya, ini cara yang tergolong cerdas.

 

Singkat cerita, ia pun mulai mengisi kolam dengan air. Tanpa obat-obatan, macam kaporit, misalnya. Lalu mengubah kolam renang anak-anak menjadi kolam budidaya ikan nila. Di kolam yang dangkal ini ia menebar bibit ikan nila sebanyak 400 bibit.

 

Sedangkan kolam renang dewasa dia jadikan untuk budidaya ikan gurami. Sebanyak 3.000 ekor bibit gurami ditebar di kolam yang cukup dalam ini. 

 

“Untuk bibit ikan gurami saya datangkan langsung dari daerah Jawa seharga per bibit ikan gurami Rp3.500. Nah untuk bibit ikan nila dari lokal Bali. Dengan bibit ikan nila perekornya Rp700-1.000,” ungkapnya.

 

Ia sengaja memilih jenis ikan gurami dan nila ketimbang ikan air tawar lainnya, punya alasan. Karena, ungkapnya, ikan nila dan gurami pangsa pasarnya sudah tersedia. Selain itu mudah cara perawatannya. Itu berbeda dengan lele atau mujair.

 

Tidak hanya itu, gurami dan nila tidak menghabiskan banyak pakan. Kedua ikan ini juga tergolong tahan terhadap serangan penyakit. Semakin air kolam berwarna hijau, malah semakin bagus perkembangannnya. Tak cukup begitu, ikan nila dan gurami juga cepat berkembangbiak. Bertelur dan menetas, sehingga tak perlu mencari bibit lagi.

 

“Saat ini sudah ribuan ikan berkembangbiak pada dua kolam tersebut. Astungkara (semoga) bibit ikan yang saya tebar selamat semua,” aku pria pecinta motor gede.

 

Ia mengatakan, budidaya ikan nila dan gurami ini bisa menjadi permulaan. Arya punya rencana yang lebih tinggi dari sebatas budidaya ikan. Katanya, pada tahun 2021 kolam renang yang diubah fungsinya menjadi kolam ikan akan dijadikan sebagai kolam pancing. Nantinya akan disiapkan secara langsung rumah makan yang dapat menyajikan ikan bakar dan goreng.

 

“Harapan saya jadi kolam pancing, kalau nanti pengujung habis mancing otomatis secara langsung bisa menikmati ikan tangkapannya,” jelas dia.

 

Bahkan, kata Arya, dia belum berpikir apakah setelah pandemi Covid-19 ini pihaknya akan mengembalikan fungsi kolam renang ini. Sebab, ia masih melihat hasil dari budidaya ikan dan rencana membuat tempat mancing plus warung makan ini.

 

“Kalau hasilnya lebih efektif, mungkin saya akan meneruskan budidaya ikan ini. Karena saya kan sudah cukup lama mengelola kolam renang sehingga tahu bagaimana susahnya. Kita lihat saja nanti,” jelas pria berambut panjang ini.

 

Di masa pagebluk Covid-19 ini, ujarnya, tak boleh hilang akal. Menjaga kewarasan dan tetap memupuk asa sangat diperlukan. Salah satunya seperti yang dia lakukan ini.

Pandemi Covid-19 memang sangat berimbas terhadap segala lini. Tak terkecuali pengusaha kolam renang. Lantaran sepi kunjungan dan omzet menurun pengusaha kolam renang GOR Dewarra Tabanan, Bali, merintis usaha dengan mengubah kolam renang menjadi kolam budidaya ikan.

__________

 

GOR Dewarra Tabanan di kawasan Perumahan Sanggulan, persisnya di Banjar Dinas Jadi Pisah, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, itu tak hanya memiliki fasilitas lapangan bulutangkis. Berdiri sejak 2006, GOR itu juga memiliki fasilitas kolam renang.

 

Sebelum masa pagebluk Covid-19, kedua fasilitas itu biasanya ramai. Dari anak-anak hingga orang dewasa. Apalagi kalau sore atau hari-hari libur, kerap penuh.

 

Namun virus corona baru yang mulai muncul di Bali sejak Maret 2020 lalu telah mengubah keadaannya. Ketika radarbali.id bertandang beberapa hari lalu di bulan November ini, GOR itu tampak sepi. Hanya beberapa anak-anak usia dini terlihat berlatih olah raga bulutangkis. Sementara kolam renang tidak terlihat aktivitas apapun. Sepi.

Air kolam renang yang dulunya biasa bening kebiruan terkena pantulan dinding kolam, kini tampak sudah berubah warna menjadi hijau. Tanaman kangkung juga tumbuh mengambang di atas air kolam.

 

Di dua kolam renang untuk anak dan orang dewasa itu bukan manusia yang berenang, melainkan ikan nila dan gurami. Dua jenis ikan itu yang saat ini menjadi penguasa kolam renang.

 

“Pandemi Covid-19 ini yang membuat saya harus berubah. Mengalihfungsikan kolam renang menjadi kolam ikan,” ujar I Gusti Bagus Arya Candra Palasara ditemui di GOR Dewara, 12 November lalu.

 

Tertarik untuk mengubah fungsi kolam renang menjadi kolam ikan menjadi pilihan yang sangat logis bagi Arya. Ia melihat dalam beberapa bulan digebuk Covid-19 pengunjung kolam renang sepi. Usahanya itu pun nol pemasukan. Di sisi lain, pengeluaran untuk biaya pemeliharaan kolam lumayan menguras kantong.

“Kolam renang butuh biaya operasional lumayan sangat tinggi. Yakni biaya maintenance (perawatan), listrik, air, kebersihan kolam dan mekanikal obat-obatan,” terang pria yang kini menjabat sebagai Sekretaris PBSI Bali.

Pertimbangan lainnya jika kolam renang terus tidak berfungsi, namun tetap diisi dan dikuras, maka akan makan biaya juga. Butuh ratusan meter kubik air untuk mengisi dua kolam renang tersebut. Itu artinya butuh listrik.

 

Singkatnya, tanpa pemasukan, sebaliknya hanya pengeluaran saja, sebagai pengelola Arya bisa tekor. Ia harus cepat memutar otak.

Ilham itu datang Juli lalu. Ia berpikir mengalihfungsikan kolam renang untuk budidaya ikan. Dia pikir ini masuk akal. Daripada dikosongkan begitu saja. Bahkan, baginya, ini cara yang tergolong cerdas.

 

Singkat cerita, ia pun mulai mengisi kolam dengan air. Tanpa obat-obatan, macam kaporit, misalnya. Lalu mengubah kolam renang anak-anak menjadi kolam budidaya ikan nila. Di kolam yang dangkal ini ia menebar bibit ikan nila sebanyak 400 bibit.

 

Sedangkan kolam renang dewasa dia jadikan untuk budidaya ikan gurami. Sebanyak 3.000 ekor bibit gurami ditebar di kolam yang cukup dalam ini. 

 

“Untuk bibit ikan gurami saya datangkan langsung dari daerah Jawa seharga per bibit ikan gurami Rp3.500. Nah untuk bibit ikan nila dari lokal Bali. Dengan bibit ikan nila perekornya Rp700-1.000,” ungkapnya.

 

Ia sengaja memilih jenis ikan gurami dan nila ketimbang ikan air tawar lainnya, punya alasan. Karena, ungkapnya, ikan nila dan gurami pangsa pasarnya sudah tersedia. Selain itu mudah cara perawatannya. Itu berbeda dengan lele atau mujair.

 

Tidak hanya itu, gurami dan nila tidak menghabiskan banyak pakan. Kedua ikan ini juga tergolong tahan terhadap serangan penyakit. Semakin air kolam berwarna hijau, malah semakin bagus perkembangannnya. Tak cukup begitu, ikan nila dan gurami juga cepat berkembangbiak. Bertelur dan menetas, sehingga tak perlu mencari bibit lagi.

 

“Saat ini sudah ribuan ikan berkembangbiak pada dua kolam tersebut. Astungkara (semoga) bibit ikan yang saya tebar selamat semua,” aku pria pecinta motor gede.

 

Ia mengatakan, budidaya ikan nila dan gurami ini bisa menjadi permulaan. Arya punya rencana yang lebih tinggi dari sebatas budidaya ikan. Katanya, pada tahun 2021 kolam renang yang diubah fungsinya menjadi kolam ikan akan dijadikan sebagai kolam pancing. Nantinya akan disiapkan secara langsung rumah makan yang dapat menyajikan ikan bakar dan goreng.

 

“Harapan saya jadi kolam pancing, kalau nanti pengujung habis mancing otomatis secara langsung bisa menikmati ikan tangkapannya,” jelas dia.

 

Bahkan, kata Arya, dia belum berpikir apakah setelah pandemi Covid-19 ini pihaknya akan mengembalikan fungsi kolam renang ini. Sebab, ia masih melihat hasil dari budidaya ikan dan rencana membuat tempat mancing plus warung makan ini.

 

“Kalau hasilnya lebih efektif, mungkin saya akan meneruskan budidaya ikan ini. Karena saya kan sudah cukup lama mengelola kolam renang sehingga tahu bagaimana susahnya. Kita lihat saja nanti,” jelas pria berambut panjang ini.

 

Di masa pagebluk Covid-19 ini, ujarnya, tak boleh hilang akal. Menjaga kewarasan dan tetap memupuk asa sangat diperlukan. Salah satunya seperti yang dia lakukan ini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/