Natal tahun ini membawa berkah bagi I Putu Agus Sutapa, 45, dan I Made Agus Semadi, 45, perajin miniatur patung dan tempat lilin di Desa Dauh Peken, Tabanan. Pada perayaan Natal, permintaan pernak-pernik laku terjual.
JULIADI, Tabanan
RUMAH perajin produksi pernak-pernik Natal itu berada di Banjar Dinas Jambe Baleran, Dauh Peken, Tabanan. Mengunjungi tempat tersebut beberapa gang kecil harus dilewati.
Patung Harimau menjadi pertanda sang rumah perajin pernak-pernik Natal sudah dekat. Saat Jawa Pos Radar Bali kesana, tampak terlihat para pekerja.
Ada yang menyiapkan bahan, mengecat dan membentuk mal hingga pengemasan barang yang siap untuk dikirim.
“Mohon maaf agak semrawut dan berserakan tempat ini,” Kata I Putu Agus Sutapa yang saat juga sibuk merapikan miniatur patung binatang yang terbuat besi dan plat.
Agus pun bercerita tentang usahanya ini digelutinya sejak 25 tahun lalu bersama saudaranya I Made Agus Semadi.
Mulanya dirinya bersama saudara kembarnya itu hanya membuat tempat lilin dan tempat lampu yang terbuat dari bahan besi, plat, kawat, dan logam.
Tetapi seiring perjalanan waktu melihat peluang di Hari Natal. Apa saja yang dibutuhkan oleh kaum Nasrani saat hari Raya Natal.
“Akhirnya kami pun membuat hiasan dan pernak-pernik Hari Natal. Biasanya yang kami buat burung merpati, namun memiliki topi Santa Claus, penambahannya dengan membawa bintang.
Juga souvenir Natal dan hiasan pada pohon Natal,” ungkap pengerajin asap Banjar Dinas Jambe Baleran, Dauh Peken, Tabanan.
Selain itu, di rumah produksi ini juga membuat binatang lainnya seperti, rusa, ikan, kepiting, katak dan hewan lainnya.
Di Hari Natal hasil kerajinan yang disenangi konsumen burung merpati dan hiasan untuk pohon Natal. “Diburu pembeli, lantaran bentuk dan modelnya yang unik serta pewarnaannya yang menarik,” ucapnya.
Dijelaskan Agus, satu jenis miniatur patung berbahan besi, plat atau logam, proses pengerjaan membutuhkan waktu selama sehari.
Pengerjaannya dibuat gambar terlebih dahulu, bahan besi, logam dan plat lalu dibentuk dengan cara dipotong-potong dan dilas.
Jika ada yang perlu dibentuk lebih detail maka digetok-getok agar cembung sehingga proses pembentukannya hampir mirip menyerupai bentuk yang dinginkan.
Selanjutnya proses pengelasan kembali, diamplas lalu diberikan cat dasar dan dicat kembali warna warni.
“Proses pembuatannya tergantung dari tingkat kesulitan. Jika bentuknya dan motif yang sulit, maka pengerjaan cukup lama,” imbuhnya.
Agus mengakui permintaan pernak-pernik Natal mulai mengalami peningkatan sejak bulan September.
Karena banyaknya pemesanan diluar Bali. Pihaknya harus menambah tenaga kerja. Mulanya hanya 25 pekerja yang ada, kini jumlah perkerja sebanyak 30 orang.
“Perbulannya rata-rata kami produksi 40 ribu pernak-pernik Natal. Itu untuk kebutuhan ekspor yang dikirim ke Australia, Amerika, Jerman dan Inggris,” jelasnya.
Barang hasil produksi diekspor sudah 10 tahun lalu. Untuk harga satu produk berkisar dari Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu. “Sehari rata-rata dapat kami dapat membuat 1000 pernak-pernik Natal,” tandasnya.