Seniman asal Tabanan ini sudah 28 tahun, jatuh bangun mewujudkan imajinasinya untuk patung Garuda Wisnu Kencana(GWK) di Bukit Ungasan, Jimbaran.
Reaksi pro kontra yang mewarnai tak menciutkan nyalinya untuk menuntaskan karya raksasa nan ikonik, yang bolak-balik terancam gagal itu.
Berikut petikan wawancara Made Dwija Putra dari Jawa Pos Radar Bali dengan Nyoman Nuarta, kemarin (25/10) di Jimbaran.
Anda ngebut menuntaskan sekarang?
Kami kerja keras sekarang. Di Bandung sudah rampung kepalanya dan tinggal dikirim ke sini (Bali), kemudian disetel. Ya, kami coba mengejar (target) Agustus 2018 selesai.
Mudah-mudahan bisa. Kan ini hadiah besar untuk bangsa dan negara dalam ulang tahun Kemerdekaan RI ke-73, itu mimpi kita.
Kendalanya apa saja?
Karena tempat ini di Bali, pada bulan Desember 2017- Januari 2018 kecepatan angin bisa menjadi 70 knot.
Sedangkan crane itu bisa mencapai di bawah 10 knot (1 knot = 0.514 m/detik atau 1.852 km/jam) . Itu persoalannya. Makanya sekarang kami kejar yang sulit-sulit dulu.
Seperti Garudanya yang begitu berat. Kemudian badan Wisnu segera naik karena bertumpu pada burung Garuda. Sekarang sudah disetel di workshop.
Yang tersulit itu di bulu ujungnya itu, yang lima itu. Itu berat, karena akan menahan getaran angin. Perlu konstruksi kuat. Bulu itu berat ujungnya 8 ton. Sedangkan (kemampuan angkut) crane itu maksimal 5 ton saja.
Ini harus dipotong lagi itu bikin agak lama. Menyangkut kendala konstruksi supaya tahan kecepatan angin, kalau kulitnya kami sudah tes tahan dari 250 knot atau kilometer per jam.
Kalau angin normal seperti sekarang ini kami yakin Agustus 2018 selesai, kami hadiahkan kepada Bangsa.
Memang tidak mudah. Sekarang di Bandung tinggal (modul) kepala Wisnu. Sudah dibongkar untuk dikirim ke Bali. Kepada Wisnu itu tinggi 12 meter.
Pemasangan mungkin kami lakukan setelah kami memasang mahkotanya. Kami lapisi dengan gold mozaik. Kami harapkan pemasangan kurang lebih 2-3 bulan.
Nah berat mahkota itu diusahakan beratnya di bawah 5 ton. Karena mozaik ini ada bahan tidak boleh terbakar.
Sudah berapa persen GWK jadi saat ini?
Sudah 35 persen. Pembangunan yang rumit sudah hampir selesai. Yang terpasang sudah 234 modul, dari 754 modul. Yang rumit ini, pasang Garuda , Wisnu dan ujung sayapnya.
Apa yang membuat beda?
Kan lihat ini patung begitu besar. Seandainya di cor itu beratnya ribuan ton, dan dilas susah. Kemungkinan pecah besar sekali.
Sekarang kita pakai logam yang mudah kita bentuk dan diperkuat dengan kuningan. Sekarang ini patung tembaga terbesar di dunia ini adalah GWK.
Beratnya 4.000 ton, dengan kulit patung 754 modul. Membentuknya lebih mudah.
Apakah Anda masih memiliki saham GWK?
Sekarang sudahlah jangan mengharapkan pemerintah. Saya lepas saham 100 persen. Ini supaya janji saya menyelesaikan patung ini bisa terwujud.
Saya sudah tidak punya apa-apa. Tugas saya hanya untuk menyelesaikan patung. Karena bagi saya siapa jadi pemiliknya, toh ada di Bali. Dan, semua bisa menikmati.
Orang kayak saya itu tidak ingin memiliki. Tapi, harus dimiliki bersama. Kalau bisa dimiliki bersama orang bisa hidup dari GWK itu kebanggaan luar biasa.
Saya 28 tahun tidak pernah berhenti (mewujudkan obsesi). Sekarang dibiayai pemilik baru PT Alam Sutera miliki saham 92 persen, BTDC (ITDC sekarang) memiliki saham 8 persen.
Jadi begitu. Supaya semua tahu, jangan terlalu keras ingin memiliki. Tapi berikan sesuatu, mumpung masih kuat. Sahamnya ini kita jual dan mudah-mudahan bisa jalan.
Kalau untuk semua biaya masih terus berkembang. Cuma untuk (ongkos) kulit patung saja itu menghabiskan biaya Rp 155 miliar, lho.
Apakah pengurusan Izin GWK sudah tuntas?
Bapak Bupati Badung (Nyoman Giri Prasta) kelihatannya membantu, waktu kami ketemu di depan Bapak Luhut Binsar Panjaitan (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia) itu diusahakan cepat selesai.
Tapi jangan salah. Pembangunan di negeri ini banyak dihambat izin-izin itu. Terlalu banyak persoalan dihadapi.
Jadi, kami mengundang investor itu dilihat seram banget dan minggat mereka. Ini harus disadari oleh pemerintah daerah kita.
Jangan cari uang di izin, cari uang setelah jadi. Kan sudah resmi, berapa persen diambil dari tiket itu sudah jelas ada pajak nya.
Penuntasan GWK ada hubungannya dengan IMF?
Ini ada. Karena tempat ini dijadikan salah satu tempat even. Entah itu dinner atau apanya, dalam acara IMF-World Bank Meeting 2018.IMF itu Oktober kan, dan saya mengejar Agustus 2018 untuk bangsa ini.
GWK ini jadi titik puncak karya Anda?
Puncak itu istilah dari luar. Kalau seniman itu ya mati sudah selesai di situ. Kita berkarya terus. Banyak sekali ada ide yang setelah ini kita garap.
Ada di Batam, Jakarta, cuma memang permasalahan kita itu budaya dan agama. Ada empat patung saya yang sudah dibongkar.
Itu saja hambatannya. Niat saya ini kan hanya memperindah, dan karya itu sebagai pendapatan masyarakat.
Misalnya 6.000 orang per hari, ada multi player effect luar biasa. Petani laku barangnya, sopir jalan, dan banyak ada perputaran ekonomi.
Kalau dengan punya objek baru begitu besar dan bagus, kita bisa wujudkan saya punya keyakinan kedatangan turis mancanegara dan lokal itu akan bertambah