29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:55 AM WIB

Pamerkan Olahan Makanan dengan Merek dan Kemasan Unik untuk Pasien

Peringatan Hari Gizi Nasional Jumat (26/1) kemarin yang diadakan di RS Sanglah berlangsung menarik. Para dokter dan ahli gizi di rumah sakit terbesar di Bali ini membuat beragam macam produk inovasi olahan makanan untuk para pasien.

 

 

JULIADI, Denpasar

PELAYANAN Poliklinik RS Sanglah tampak berjalan seperti biasa, Jumat (26/1) kemarin. Seperti biasa pula, antrean pasien rawat jalan cukup panjang. Mereka menunggu giliran dipanggil untuk diperiksa.

Di tengah kesibukan itu, ada hal yang berbeda yang sedang berlangsung di depan halaman Ruang Rehabilitasi Medik RS Sanglah.

Hari itu seluruh tenaga medis khususnya dokter dan ahli gizi sedang berkumpul untuk memperingati Hari Gizi Nasional, yang jatuh setiap 25 Januari, sehari sebelumnya.

Berbagai acara pun dihelat untuk memperingati hari nasional tersebut. Mulai dari talk show hingga konsultasi gizi.

Tak hanya stan makanan minuman dan olahan makanan pun ikut ditampilkan. Dari semua itu ada yang menarik perhatian pengunjung dan para tamu saat itu adalah stan makanan dari Instalasi Gizi RS Sanglah.

Para dokter dan ahli gizi penjaga stan tampak berdiri di belakang meja. Di atas meja tertata rapi sejumlah kemasan kotak berisi makanan olahan.

Mereka memamerkan produk inovasi dan karya mereka dalam mengolah makanan yang bernutrisi tinggi, yakni seimbang dalam energi kalori, protein, lemak, vitamin dan karbohidrat, untuk pasien dengan jenis sakit tertentu.

”Yang kami pamerkan ini merupakan olahan makanan yang dapat menunjang proses penyembuhan pasien pada penyakit kanker,

malnustrisi (gizi buruk) dan untuk penyakit geriatric (lanjut usia),” kata Kepala Instalasi Gizi RS Sanglah Ni Wayan Rapiasih di stan, kemarin. 

Perempuan berkacamata ini menjelaskan, peran nutrisi dalam gizi itu sangat penting. Selain memberi kesehatan bagi tubuh, juga dibutuhkan dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien.

”Karena nutrisi yang baik yang dapat meningkatkan kondisi pasien menjadi lebih baik,” tuturnya. Karya dokter dan ahli gizi RS Sanglah ini, lanjut Rapiasih, terdiri dalam tiga produk.

Yakni Nutrimat, Misuka, dan For-Tep. Yang pertama berbentuk camilan, sedang dua lainnya berbentuk bubuk. “Seperti bubur Sun bayi,” jelasnya.

Dalam mengolah makanan ini, para ahli gizi ini sangat memperhatikan masalah kesehatan. Salah satunya, tanpa bahan pengawet.

Dengan demikian, tak heran masa kedaluwarsanya cukup pendek. Hanya satu bulan. “Makanan ini juga sudah melalui uji keamanan. Mulai dari uji lab mikrobiologi, nilai gizi hingga pengecekan cara pembuatannya,” papar dia.

Dari namanya, ketiga karya ini memang cukup unik. Menurut Rapiasih, nama itu adalah akronim berdasarkan bahan pembuatnya.

Nutrimat, misalnya, merupakan akronim dari nut, rice, tomat. Sesuai bahan pembentuknya, makanan ini berbahan kacang-kacangan.

Yakni kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, rice crispy, oat, tomat dan wortel. Oat, katanya, merupakan sereal yang paling tinggi antioksidannya.

Pada pasien yang menjalani kemoterapi karena penyakit kanker, jelas dia, biasanya mengalami gangguan mual, muntah-muntah dan susah makan.

Makanan yang diberikan kepada pasien pun tidak pernah habis. Bahkan, kerap tersisa hingga 80 persennya. Akibatnya, pasien tersebut tidak mendapat asupan gizi yang cukup.

Berangkat dari persoalan ini, Instalasi Gizi RS Sanglah berinovasi membuat makanan khusus untuk pasien penderita kanker yang diberi nama Nutrimat.

“Beberapa pasien yang mengonsumsi Nutrimat, pengaruhnya cukup signifikan. Menambah nafsu makan dan kondisi pasien yang menjalani kemoterapi menjadi lebih baik.

Makanan ini juga sudah dikonsumsi oleh pasien penderita kanker,” papar dia. Produk lainnya adalah Misuka.

Nama ini adalah akronim dari minyak, susu, kedelai dan kacang, sesuai bahan pembuatnya. Misuka, katanya, merupakan makanan untuk bayi dan anak yang mengalami malnutrisi alias penyakit gizi buruk dan kekurangan gizi.

“Berangkat dari kasus bayi dan anak yang mengalami malnutrisi, yakni yang kekurangan gizi, maka Misuka tercipta,” beber dia.

Jauh sebelum membuat dua olahan makanan “bermerek” Nutrimat dan Misuka, Instalasi Gizi RS Sanglah juga pernah membuat For-Tep Instan.

Makanan ini untuk pasien geriatri (lanjut usia). Biasanya, pasien geriatri kesulitan mengunyah dan menelan makanan mengingat gigi para lansia banyak yang sudah ompong.

Para lansia juga kerap menghadapi masalah tidak mampu menghabiskan makanannya. Dalam satu porsi makanan bergizi cukup, para lansia bisa menyisakan makanan sampai 20 persennya.

Dengan For-Tep Instan ini, maka para lansia tidak perlu lagi merasa “tersiksa” ketika harus mengunyah makanan.

Makanan yang terbuat dari olahan kentang, ayam, susu, dan skin ini mudah dikonsumsi para lansia yang tak kuat mengunyah.

“Sehingga asupan nutrisi pasien geriatri tercukupi dan proses penyembuhan menjadi lebih cepat,” paparnya.

Selain memiliki nama-nama yang unik berupa akronim bahan pembuatnya, olahan makanan ini juga dikemas secara menarik.

Dikemas dalam kotak layaknya makanan yang siap dipasarkan di toko swalayan. ”Tapi tidak diperjualbelikan (di toko swalayan).

Hanya dikonsumsi dan digunakan khusus untuk pasien yang dirawat di RS Sanglah, sehingga diproduksi terus menerus bergantung pada jumlah pasien yang dirawat,” pungkas dia. 

Peringatan Hari Gizi Nasional Jumat (26/1) kemarin yang diadakan di RS Sanglah berlangsung menarik. Para dokter dan ahli gizi di rumah sakit terbesar di Bali ini membuat beragam macam produk inovasi olahan makanan untuk para pasien.

 

 

JULIADI, Denpasar

PELAYANAN Poliklinik RS Sanglah tampak berjalan seperti biasa, Jumat (26/1) kemarin. Seperti biasa pula, antrean pasien rawat jalan cukup panjang. Mereka menunggu giliran dipanggil untuk diperiksa.

Di tengah kesibukan itu, ada hal yang berbeda yang sedang berlangsung di depan halaman Ruang Rehabilitasi Medik RS Sanglah.

Hari itu seluruh tenaga medis khususnya dokter dan ahli gizi sedang berkumpul untuk memperingati Hari Gizi Nasional, yang jatuh setiap 25 Januari, sehari sebelumnya.

Berbagai acara pun dihelat untuk memperingati hari nasional tersebut. Mulai dari talk show hingga konsultasi gizi.

Tak hanya stan makanan minuman dan olahan makanan pun ikut ditampilkan. Dari semua itu ada yang menarik perhatian pengunjung dan para tamu saat itu adalah stan makanan dari Instalasi Gizi RS Sanglah.

Para dokter dan ahli gizi penjaga stan tampak berdiri di belakang meja. Di atas meja tertata rapi sejumlah kemasan kotak berisi makanan olahan.

Mereka memamerkan produk inovasi dan karya mereka dalam mengolah makanan yang bernutrisi tinggi, yakni seimbang dalam energi kalori, protein, lemak, vitamin dan karbohidrat, untuk pasien dengan jenis sakit tertentu.

”Yang kami pamerkan ini merupakan olahan makanan yang dapat menunjang proses penyembuhan pasien pada penyakit kanker,

malnustrisi (gizi buruk) dan untuk penyakit geriatric (lanjut usia),” kata Kepala Instalasi Gizi RS Sanglah Ni Wayan Rapiasih di stan, kemarin. 

Perempuan berkacamata ini menjelaskan, peran nutrisi dalam gizi itu sangat penting. Selain memberi kesehatan bagi tubuh, juga dibutuhkan dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien.

”Karena nutrisi yang baik yang dapat meningkatkan kondisi pasien menjadi lebih baik,” tuturnya. Karya dokter dan ahli gizi RS Sanglah ini, lanjut Rapiasih, terdiri dalam tiga produk.

Yakni Nutrimat, Misuka, dan For-Tep. Yang pertama berbentuk camilan, sedang dua lainnya berbentuk bubuk. “Seperti bubur Sun bayi,” jelasnya.

Dalam mengolah makanan ini, para ahli gizi ini sangat memperhatikan masalah kesehatan. Salah satunya, tanpa bahan pengawet.

Dengan demikian, tak heran masa kedaluwarsanya cukup pendek. Hanya satu bulan. “Makanan ini juga sudah melalui uji keamanan. Mulai dari uji lab mikrobiologi, nilai gizi hingga pengecekan cara pembuatannya,” papar dia.

Dari namanya, ketiga karya ini memang cukup unik. Menurut Rapiasih, nama itu adalah akronim berdasarkan bahan pembuatnya.

Nutrimat, misalnya, merupakan akronim dari nut, rice, tomat. Sesuai bahan pembentuknya, makanan ini berbahan kacang-kacangan.

Yakni kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, rice crispy, oat, tomat dan wortel. Oat, katanya, merupakan sereal yang paling tinggi antioksidannya.

Pada pasien yang menjalani kemoterapi karena penyakit kanker, jelas dia, biasanya mengalami gangguan mual, muntah-muntah dan susah makan.

Makanan yang diberikan kepada pasien pun tidak pernah habis. Bahkan, kerap tersisa hingga 80 persennya. Akibatnya, pasien tersebut tidak mendapat asupan gizi yang cukup.

Berangkat dari persoalan ini, Instalasi Gizi RS Sanglah berinovasi membuat makanan khusus untuk pasien penderita kanker yang diberi nama Nutrimat.

“Beberapa pasien yang mengonsumsi Nutrimat, pengaruhnya cukup signifikan. Menambah nafsu makan dan kondisi pasien yang menjalani kemoterapi menjadi lebih baik.

Makanan ini juga sudah dikonsumsi oleh pasien penderita kanker,” papar dia. Produk lainnya adalah Misuka.

Nama ini adalah akronim dari minyak, susu, kedelai dan kacang, sesuai bahan pembuatnya. Misuka, katanya, merupakan makanan untuk bayi dan anak yang mengalami malnutrisi alias penyakit gizi buruk dan kekurangan gizi.

“Berangkat dari kasus bayi dan anak yang mengalami malnutrisi, yakni yang kekurangan gizi, maka Misuka tercipta,” beber dia.

Jauh sebelum membuat dua olahan makanan “bermerek” Nutrimat dan Misuka, Instalasi Gizi RS Sanglah juga pernah membuat For-Tep Instan.

Makanan ini untuk pasien geriatri (lanjut usia). Biasanya, pasien geriatri kesulitan mengunyah dan menelan makanan mengingat gigi para lansia banyak yang sudah ompong.

Para lansia juga kerap menghadapi masalah tidak mampu menghabiskan makanannya. Dalam satu porsi makanan bergizi cukup, para lansia bisa menyisakan makanan sampai 20 persennya.

Dengan For-Tep Instan ini, maka para lansia tidak perlu lagi merasa “tersiksa” ketika harus mengunyah makanan.

Makanan yang terbuat dari olahan kentang, ayam, susu, dan skin ini mudah dikonsumsi para lansia yang tak kuat mengunyah.

“Sehingga asupan nutrisi pasien geriatri tercukupi dan proses penyembuhan menjadi lebih cepat,” paparnya.

Selain memiliki nama-nama yang unik berupa akronim bahan pembuatnya, olahan makanan ini juga dikemas secara menarik.

Dikemas dalam kotak layaknya makanan yang siap dipasarkan di toko swalayan. ”Tapi tidak diperjualbelikan (di toko swalayan).

Hanya dikonsumsi dan digunakan khusus untuk pasien yang dirawat di RS Sanglah, sehingga diproduksi terus menerus bergantung pada jumlah pasien yang dirawat,” pungkas dia. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/