Sosok almarhum I Putu Rudi Artawan, 37, dikenal aktif di masyarakat. Ketua KPPS TPS 11 Banjar Temacun, Kuta, ini juga dikenal sebagai seniman serba bisa. Bahkan, kerap menari topeng dalam setiap ritual keagamaan.
MADE DWIJA PUTRA, Kuta
JUMAT (26/4) kemarin menjadi hari terakhir peristirahatan Putu Rudi di rumah duka Jalan Karang Semadi, Banjar Temacun, Kuta.
Sebab telah dilangsungkan ritual ngaben. Sejak pagi, keluarga, kerabat, dan juga krama mulai mendatangi rumah duka.
Sekitar pukul 10.00, Jawa Pos Radar Bali mendatangi rumah duka. Dari depan rumah sudah terlihat ramai warga berpakaian serba hitam.
Tampak para krama sibuk untuk mempersiapkan keperluan ritual pengabenan. Selain itu, para kerabat juga silih berganti untuk melayat ke rumah duka.
Pengabenan tersebut dilangsungkan pukul 12.00. Sementara sang istri bernama Ni Made Marni terlihat murung tetapi kuat menghadapi kepergian suaminya itu.
Sebab, kepergian suaminya itu meninggalkan empat orang anak yang masih kecil. Pertama bernama Ayu Putu Cika Pramesti, 11, anak kedua bernama Kadek Dwikanya, 8,
anak ketiganya bernama Komang Mas Nariswari, 3, dan yang terakhir baru berumur 1,4 tahun bernama Ketut Bulan Danaswari.
“Saya seperti biasa saja sebelumnya dan tidak ada firasat sama sekali. Tidak ada, ” jelas Marni sembari meneteskan air mata, kemarin (26/4).
Sosok Putu Rudi di mata Marni tergolong suami yang bertanggung jawab kepada keluarga. Di luar kesibukannya sebagai sekretaris desa, ia tetap turut serta merawat anak-anak dan membantu aktivitas keluarga.
“Dia penyayang, tanggung jawab mengurus keluarga, antar anak-anak, dan masak. Pokoknya membantu aktivitas keluarga di rumah,” terangnya singkat.
Di balik kesibukannya itu, pria kelahiran 21 Januari 1982 ini juga termasuk seniman serba bisa. Sebab, ia tergolong aktif menari topeng dalam setiap acara keagamaan.
“Selain itu, dia juga bekerja di kantor desa. Pokoknya seniman dan serba bisa,” jelas Wayan Wardana, 36, adik sepupu almarhum.
Bahkan, sehari setelah meninggal ia sebenarnya juga ada jadwal menari topeng. Namun, nasib berkata lain, dia keduluan dipanggil oleh Sang Pencipta.
“Dari dulu memang aktif menari, calonarang, dan topeng. Dia memang hobi menari. Apa pun bisa. Kadang saat ada orang menikah sebagai juru raos (juru bicara), semua bisa.
Di banjar aktif, di desa aktif, di darma gita tingkat kecamatan aktif sebagai utusan banjar,” ungkap Wardana mengenang.
Nah, pada saat pencoblosan 17 April 2019, lalu dia full bertugas TPS 11. Mulai dari pagi hingga pagi besoknya.
“Waktu bertugas pada pemilu, dia full melangsungkan tugas. Saya pukul 03.00, Kamis (18/4) duluan pulang.
Tapi, dia masih di kantor camat Kuta. Memang orangnya sangat bertanggung jawab dengan segala pekerjaannya,” ungkapnya.
Mengenai santunan pemerintah, ia mengakui KPU sudah mendata yang nantinya bisa mendapat santunan.
Kendati tugasnya sudah selesai saat pemilu, tetapi statusnya hingga kini masih sebagai ketua KPPS TPS 11 Banjar Temacun, Kuta.
“Kalau ada (santunan) kami keluarga sangat berterima kasih. Namun, kami juga sudah ikhlas atas kepergiannya dan biar beliau tenang di sana,” ungkapnya.
Begitu juga istrinya, Marni mengakui tetap mengharapkan sekali santuan pemerintah. Apalagi anak-anak masih kecil-kecil dan banyak membutuhkan.
“Ya, saya tetap mengharapkan (santunan), apalagi anak-anak masih kecil-kecil,” imbuhnya.
Seperti diketahui I Putu Rudi Artawan mengalami musibah tabrak lari pada Selasa (23/4) lalu sekitar pukul 04.30 tepat di sebelah selatan underpass Ngurah Rai, Tuban.
Saat itu ia bersama kerabat berangkat dari rumahnya di Jalan Karang Semadi, Banjar Temacun, Kuta hendak ke Desa Kelan untuk menghadiri acara ngaben keluarga.
Nah, secara beriringan korban mengendarai sepeda motor berada di depan dan kerabatnya di belakang melaju dengan kecepatan sedang.
Namun, sebuah mobil yang melaju kencang dari arah yang sama menyenggol kerabatnya itu hingga terjatuh.
Untungnya, kerabatnya terpental ke luar jalan dan hanya motor yang hangus terbakar setelah digilas. Nahasnya, mobil tersebut justru menabrak korban Putu Rudi Artawan hingga terseret beberapa meter yang menyebabkan korban kritis.
Setelah tabrakan, kondisi Putu Rudi kritis di lokasi, sementara mobil kabur dengan kecepatan tinggi.
Setelah terjadi insiden tabrakan, warga dan pengguna jalan kemudian menghubungi ambulans untuk dievakuasi ke RS Kasih Ibu Kedonganan.
Dalam perjalanan ke rumah sakit, korban sudah dinyatakan meninggal oleh petugas medis. (*)