29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:23 AM WIB

Hikmah Covid-19 dan Transformasi di Era “New Normal”

KETIKA kesehatan holistik menjadi prioritas, maka Bali berada pada posisi strategis untuk dapat bertransformasi menjadi pemimpin dalam industri wellness tourism dunia.

Dengan cara demikian, kearifan lokal dan lingkungan hidup dapat terjaga, tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan pariwisata berkualitas akan dapat dicapai lebih cepat.

Oleh: Luh Putu Mahyuni*

Pandemi Covid 19 telah memukul berbagai sendi kehidupan manusia. Mengingat penularannya antar manusia yang sangat cepat,

maka demi pertimbangan kesehatan berbagai kebijakan telah diambil untuk membatasi kerumunan dan pergerakan orang dalam jumlah besar.

Berbagai tempat wisata, sekolah, kampus, kantor, dan berbagai jenis usaha terpaksa tutup untuk sementara waktu.

Siswa belajar dari rumah begitupula dengan pekerja kantor yang memungkinkan untuk bekerja dari rumah juga harus untuk sementara memindahkan aktivitasnya ke rumah.

Ketika berbagai daerah di Indonesia dan negara lain juga menerapkan pembatasan sosial dan perjalanan, maka tak terelakkan hal ini memukul industri pariwisata dengan sangat telak.

Perekonomian Bali mengalami pertumbuhan negatif sedalam -1,14% pada Maret 2020 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, dan -7,67% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Penurunan ini terutama disumbang oleh penurunan yang sangat tajam pada tingkat kunjungan wisatawan dan tingkat penghunian kamar (TPK) hotel dibandingkan tahun sebelumnya,

secara berturutan, sebesar -65,11% dan -30,02%. Per maret 2020, TPK hotel hanya sebesar 25,41% (BPSBali, 2020).

Ketergantungan Bali yang masih sangat tinggi terhadap industri pariwisata menjadikan perekonomian Bali sangat rentan terhadap guncangan yang bersumber dari berbagai faktor, salah satunya adalah pandemi Covid 19 ini.

Penurunan yang terjadi pada industri pariwisata turut menyeret pula industri makanan dan minuman (-9,11%), industri pengolahan (-7,95%), transportasi pergudangan (-6,21%), dan jasa lainnya (-2,82%) (BPSBali, 2020).

Lebih jauh hal ini berdampak pada dirumahkannya cukup banyak pekerja pariwisata, terpukulnya berbagai jenis usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), menurunnya daya beli masyarakat,

menurunnya permintaan akan produk-produk pertanian dan peternakan – yang menyebabkan turunnya harga berbagai komoditi pertanian dan menurunnya kesejahteraan petani.

Kota Denpasar misalnya, pada April 2020 mengalami deflasi -0,32% karena sumbangan penurunan harga makanan dan minuman.

Akan tetapi pengeluaran untuk kesehatan, pemeliharaan rutin rumah tangga, informasi dan komunikasi mengalami peningkatan.

Sampai vaksin atau obat Covid 19 ditemukan, sangat sulit memprediksi berapa lama perekonomian dapat kembali pulih.

Berbagai pihak memprediksikan bahwa perekonomian dan kehidupan sosial kemasyarakatan sangat sulit untuk kembali pada situasi

normal yang sama percis dengan kondisi sebelum pandemi Covid 19, melainkan bergerak menuju situasi normal baru/era “new normal” (Albani, 2020).

Era “new normal” ini ditandai dengan antara lain: (1) Pergeseran prioritas kebutuhan konsumen dari aktualisasi diri menuju kebutuhan dasar, seperti makanan dan kesehatan jiwa raga.

Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan semakin meningkat; (2) Teknologi informasi dan komunikasi yang sebelumnya menjadi keunggulan bersaing kini

menjadi syarat dasar dan mutlak untuk menjaga bisnis tetap berjalan dan mempercepat proses pemulihan dari krisis; (3) Semakin dominannya peran transaksi (pembelanjaan dan pembayaran) digital,

untuk mengurangi kontak fisik; (4) Rantai pasok barang dan jasa yang semakin pendek karena berbagai hambatan perjalanan mendorong lebih tingginya permintaan akan produk-produk lokal;

(5) terbiasanya siswa belajar dengan berbagai media daring; (6) terbentuknya pola kerja fleksibel yang lebih memungkinkan terwujudnya keseimbangan antara karir dan keluarga;

(7) Solidaritas sosial, empati dan kolaborasi menjadi salah satu kunci ketahanan masyarakat menghadapi krisis.

Lalu bagaimana Bali dapat mengambil hikmah dari Covid 19 dan bertransformasi pada era “new normal”? Berikut adalah beberapa pemikiran sebagai bahan diskusi bersama.

Untuk mempermudah pembahasan, horizon proses transformasi dibagi menjadi jangka segera, dekat dan menengah.

Pembagian horizon ini bisa jadi bersifat temporal dan dapat setiap saat bergeser mengingat salah satu karakter era “new normal” adalah unsur ketidakpastian dan kecepatan terjadinya perubahan.

Dalam jangka segera dan dekat, bantuan sosial dari berbagai sumber diperlukan untuk memastikan kebutuhan pokok penyambung hidup bagi warga terdampak langsung Covid 19 dapat terpenuhi.

Perlahan bentuk bantuan berupa kebutuhan pokok dapat dialihkan menjadi bantuan modal kerja, kredit lunak, dan pelatihan keterampilan khusus.

Terkait hal ini, peran desa adat yang selama ini sangat vital sebagai penjaga adat budaya dan tatanan sosial kemasyarakatan akan dapat memainkan peranannya

yang lebih besar sebagai salah satu elemen pembentuk ketahanan ekonomi warga dengan dukungan penuh dari LPD dan badan usaha desa adat.

Penerapan standar tata kelola (good corporate governance) LPD dan badan usaha desa adat yang baik menjadi hal yang sangat

penting untuk memastikan sebesar-besarnya manfaat LPD dan badan usaha desa adat dapat dinikmati oleh masyarakat.

Dalam jangka dekat hingga menengah peningkatan kapasitas LPD dan badan usaha desa adat dalam pemanfaatan teknologi informasi,

komunikasi, dan sosial media (transformasi digital) sangat dibutuhkan, disamping peningkatan kapasitas spesifik lainnya.

Penguasaan kapasitas ini akan membantu peningkatan peran LPD dan badan usaha desa adat sebagai roda penting penggerak perekonomian masyarakat desa.  

Pemenuhan seluruh kebutuhan tenaga medis, peralatan medis, dan obat-obatan untuk penanganan Covid 19 juga merupakan kebutuhan segera.

Jika pandemi Covid 19 belum akan berakhir dalam waktu dekat, maka rumah sakit yang didedikasikan khusus menangani pasien Covid 19 diperlukan, agar jenis gangguan kesehatan lain dapat ditangani pada rumah sakit selain rumah sakit Covid 19.

Peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan memunculkan berbagai trend gaya hidup sehat yang mengutamakan konsep kembali ke alam.

Mulai dari trend diet vegetarian, makanan organik yang ditanam sendiri, hingga peningkatan konsumsi berbagai ramuan herbal untuk menjaga imunitas tubuh dan pengobatan.

Semakin meningkat pula trend upaya mencapai kesehatan secara holistik melalui berbagai program yoga dan meditasi.

Tatiana Rokou (2019) dalam Travel Daily News International memprediksi 12 trend wellness tourism – salah satu jenis industri pariwisata yang menekankan pada upaya mencapai kesehatan holistik.

Trend tersebut antara lain: (1) Semakin meningkatnya tuntutan wisatawan akan praktik ramah lingkungan akan mendorong penggunaan lebih banyak produk-produk alami bebas dari kimia berbahaya;

(2) Peningkatan minat akan destinasi dan akomodasi wisata yang memadukan konsep pengembangan kesehatan holistik dan kedekatan dengan alam,

memberi kesempatan untuk sepenuhnya merasakan kedekatan dengan alam dengan berbagai aktivitasnya dan sejenak melepaskan diri dari pemanfaatan teknologi digital.

Laporan dari Global Wellness Summit (2020) menyebutkan telah terjadinya pergeseran industri wellness tourism yang sebelumnya terfragmentasi pada beberapa industri,

antara lain: spa dan kesehatan fisik, kini akan bergerak menjadi semakin holistik melibatkan berbagai sektor pendukung terbentuknya kesehatan jiwa raga secara holistik,

termasuk di dalamnya adalah pusat yoga dan meditasi, pengobatan herbal alami, wisata alam dan budaya, industri makanan sehat, desain bangunan ramah lingkungan dan sehat.

Terkait hal ini, Bali telah memiliki seluruh potensi yang dibutuhkan untuk dapat unggul dan menjadi pemimpin dalam industri wellness tourism.

Usada Bali, Ayurveda, dan pengobatan alami dengan berbagai ramuan tumbuh-tumbuhan telah menjadi keseharian masyarakat Bali.

Berbagai khasiat ramuan herbal telah dibuktikan selama sekian generasi dan kini semakin banyak yang telah dapat dibuktikan khasiatnya secara klinis.

Berbagai jenis tumbuhan, yang dapat diolah menjadi berbagai produk ramah lingkungan seperti sabun dan shampoo berbahan dasar minyak kelapa dan lidah buaya, dapat tumbuh dengan subur di Bali.

Industri spa di Bali keunggulannya telah diakui dunia. Berbagai bahan pendukung industri spa juga dapat diproduksi sendiri oleh Bali.

Pusat-pusat yoga dan meditasi di Bali telah dikenal luas masyarakat dunia. Hal ini didukung pula oleh tersedianya berbagai tempat melukat yang dipercaya manfaatnya bagi kesehatan lahir bathin.

Desa-desa adat di Bali secara umum memiliki bentang alami yang sangat baik. Jika ditata dengan baik, maka kawasan desa adat akan dapat tampil lebih baik daripada resort buatan.

Balai banjar dapat dimanfaatkan selain sebagai sentra pelaksanaan adat dan budaya juga sebagai pusat informasi wisata, pelaksanaan yoga dan meditasi.

Desa adat, dengan melihat segala potensinya, dapat memainkan peranan penting dalam pengembangan wellness tourism ini.

Jika dikelola dengan baik, maka pengembangan wellness tourism ini dapat menjadi langkah strategis Bali untuk bertransformasi menuju industri pariwisata yang lebih berkualitas,

menarik wisatawan yang dengan senang hati tinggal lebih lama dan mengeluarkan jauh lebih banyak, sekalipun jumlahnya lebih kecil.

Pada saat yang sama juga, wellness tourism ini mau tidak mau akan meningkatkan terjadinya sinergi dengan sektor pertanian, upaya pelestarian lingkungan, kearifan lokal, adat, dan budaya Bali.

Untuk dapat memainkan peran penting dan strategis ini, desa adat dengan elemen-elemen pendukungnya antara lain LPD dan badan usaha desa adat perlu mengembangkan

keterampilan kewirausahaan, penguasaan teknologi digital, teknologi pengolahan hasil pertanian, obat herbal, sabun dan shampoo organik, minyak aromatheraphy, dan sebagainya.

Jika perekonomian di desa dapat dikembangkan dengan baik, maka akan dapat menarik lebih banyak anak muda untuk berkarya di desa dan mengurangi urbanisasi serta ketimpangan ekonomi kota-desa.

Penyelenggaraannya tentu saja harus dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat jika pandemi Covid 19 belum berakhir.

Pandemi Covid 19 telah membuat rantai pasok semakin pendek, permintaan akan produk pangan lokal akan semakin meningkat.

Pemenuhan kebutuhan pangan akan menjadi prioritas utama masyarakat. Dalam kaitan ini maka pandemi Covid 19 memberi momentum yang tepat bagi

upaya peningkatan peran pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian Bali untuk menjadi penyumbang signifikan terbentuknya ketahanan ekonomi Bali.

Pemanfaatan teknologi digital yang telah digagagas beberapa anak muda Bali, yang memungkinkan terhubungnya petani dan pembeli secara langsung

melalui platform digital jika terus dikembangkan akan dapat meningkatkan daya tawar petani dan meningkatkan kesejahteraannya, selain juga untuk membantu proses pemasarannya.

Dalam jangka dekat hingga menengah Bali perlu mengembangkan berbagai variasi komoditi pertanian-perkebunan

yang dapat memenuhi kebutuhan pengembangan wellness tourism, seperti budidaya lidah buaya, jahe, kunyit, dan sebagainya.

Industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan peternakan juga perlu dikembangkan untuk dapat meningkatkan ketahanan industri pertanian sekaligus meningkatkan nilai tambahnya.

Hikmah pandemi Covid 19 yang lain adalah terbentuknya pola belajar dan bekerja dari rumah/work from home.

Di satu sisi, hal ini akan menghantam banyak bisnis persewaan perkantoran di kota-kota besar. Akan tetapi pada sisi yang lain,

hal ini membuka peluang yang semakin lebar bagi jenis usaha yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan desain home-office yang lebih baik dan nyaman.

Industri pembuatan furniture akan dapat unggul jika memadukan jasanya dengan jasa desain interior dan pembuatan desain furniture sesuai keinginan pemesan yang disesuaikan dengan kondisi rumahnya.

Jenis usaha yang menyediakan jasa penataan taman maupun instalasi kebun organik dalam rumah juga akan memiliki prospek sangat cerah.

Jika work from home ini akan berlanjut dalam jangka waktu yang cukup panjang, maka akan terjadi trend peningkatan permintaan rumah-rumah

di daerah pinggiran kota atau bahkan pedesaan yang masih memiliki lingkungan alam terjaga dengan pemandangan yang indah.

Dengan mulai terbiasanya siswa maupun mahasiswa belajar dari rumah memanfaatkan berbagai bentuk fasilitas pembelajaran daring, perlahan terbentuk “new normal” dalam dunia pendidikan.

Peserta didik mulai dapat mengeksplorasi berbagai bentuk dan jenis pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhannya.

Mereka mendapatkan berbagai bentuk dan jenis pembelajaran itu dari berbagai sumber, tidak hanya dari sekolahnya saja.

Pada masa pandemi Covid 19 ini juga terbuka banyak sekali jenis kursus, pelatihan, seminar, mata kuliah tertentu, yang ditawarkan berbagai penyelenggara pendidikan tinggi baik dalam maupun luar negeri, yang sepenuhnya tidak berbayar.

Cukup banyak kampus ternama di luar negeri, seperti Harvard University dan Oxford Univeristy yang menawarkan beberapa seri materi kuliah tidak berbayar yang dirangkaikan dengan salah satu mata kuliah resmi yang diajarkan di kampus tersebut.

Penyelesaian rangkaian seri kuliah tersebut akan diakui setara dengan penyelesaian mata kuliah resmi di kampus tersebut.

Untuk mengikuti secara lengkap dalam rangka perolehan gelar, peserta didik memang harus mengeluarkan sejumlah uang,

akan tetapi untuk pelaksanaan perkuliahan daring biayanya jauh lebih murah daripada mengikuti perkuliahan pada umumnya.

Hal ini dimungkinkan dengan penggunaan teknologi massive online open course (MOOC) yang dapat diikuti oleh jutaan peserta didik dari berbagai negara.

Perkembangan ini tentu saja menjadi kabar baik bagi peserta didik, karena biaya untuk mengakses pendidikan berkualitas menjadi semakin terjangkau.

Selain itu, peserta didik juga dapat dengan mudah mengakses berbagai fasilitas pendidikan kampus berbagai negara dari rumahnya,

tidak perlu ada biaya perjalanan dan biaya hidup sangat besar untuk bisa mengenyam pendidikan berkualitas dari berbagai belahan dunia.

Lebih jauh lagi, dunia industri pun kini lebih mengutamakan penguasaan kompetensi tertentu daripada gelar dalam melakukan perekrutan sumber daya manusianya.

Hal ini akan mendorong trend lebih banyak anak muda dan kalangan profesional yang mengikuti mata kuliah lintas program studi, dan bahkan lintas kampus.

Sebagai contoh: seorang anak muda ingin menjadi youtuber profesional, makai ia akan mengambil rangkaian mata kuliah yang dapat meningkatkan kapasitasnya dalam melakukan

edit video dan grafis dari kampus A, kemudian mengambil rangkaian mata kuliah untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya dari kampus B, dari kampus C belajar tentang kewirausahaan, dan seterusnya.

Perkembangan ini tentu saja membuat peta persaingan lembaga penyelenggara pendidikan tinggi menjadi semakin meluas, meliputi berbagai negara.

Keunggulan lembaga penyelenggaraan pendidikan tinggi tidak lagi ditentukan oleh jumlah dan kualitas bangunan fisiknya beserta kelengkapannya

melainkan oleh kualitas tenaga pengajar dan tim kreatif pendukungnya serta infrasturktur pembelajaran daring yang dimilikinya.

“New normal” dunia pendidikan ini perlahan sedang terbentuk dan akan menjadi semakin jelas dalam horizon yang tidak begitu lama.

Akselerasinya akan semakin tinggi jika pembangunan infrasturktur digital oleh pemerintah dan swasta berlangsung cepat.

Infrastruktur digital ini akan menjadi salah satu faktor kunci penentu keunggulan daya saing bangsa. Hal ini akan menjadi salah satu prioritas pemerintah. 

Ketika anak-anak muda Bali khususnya dan Indonesia umumnya memiliki peluang dan sarana pendukung yang terbuka lebar untuk mengembangkan minat, bakat, dan kreativitasnya, maka industri kreatif akan berkembang lebih pesat lagi.

Bali dengan kekayaan adat dan budayanya memiliki modal yang sangat besar untuk dapat unggul dalam industri kreatif.

Pengembangan industri kreatif ini juga dapat dijadikan sebagai strategi untuk memperkuat ketahanan ekonomi Bali.

Kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan sosial media membuka berjuta kesempatan dan peluang baru bagi anak-anak muda kreatif dan berjiwa wirausaha.

Sangat penting bagi lembaga pendidikan pada berbagai tingkatan untuk dapat mengasah jiwa wirausaha dan kreatif serta inovatif anak-anak sejak dini.

Indonesia membutuhkan lebih banyak anak muda yang dapat menggali dan mengembangkan potensi negeri sendiri untuk kemudian membuka lapangan usaha sendiri.

Kesempatan untuk melakukan kolaborasi untuk karya-karya kreatif dan inovatif dengan berbagai pihak dari berbagai negara juga terbuka lebar dan dimungkinkan dengan kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan sosial media.

Selalu ada berjuta jalan bagi mereka yang kreatif, inovatif, aktif, dan pantang menyerah. Seorang pekerja pariwisata yang dirumahkan misalnya,

dapat menggunakan keterampilannya memasak untuk membuat channel youtube sendiri dan menawarkan program kursus masak masakan khas Bali dengan peserta dari berbagai daerah dan negara.

Atau anak muda yang senang dan berbakat melukis maupun memilki keterampilan desain grafis dapat bergabung dalam berbagai

platform yang mempertemukan antara pihak yang membutuhkan desain dengan pihak yang dapat membuat desain.

Selalu ada hikmah yang dapat dipetik dari setiap kejadian jika perhatian dapat dialihkan dari meratapi masalah kepada memikirkan alternatif solusi dan jalan keluar.

Kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan sosial media memungkinkan terbukanya berjuta peluang baru bagi mereka yang dapat melakukan transformasi dan upaya peningkatan kapasitas.

Sebagaimana yang disebutkan Charles Darwin, “Bukan mereka yang paling kuat atau pintar yang dapat bertahan, melainkan mereka yang dapat beradaptasi terhadap perubahan”.

(Penulis adalah Dosen Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) dan Konsultan Bisnis Berkelanjutan/Sustainable Business Consultant, Insita)

 

 

Referensi

Albani, M. (2020, April). There is no returning to normal after COVID-19. But there is a path forward. World Economic Forum. https://www.weforum.org/agenda/2020/04/covid-19-three-horizons-framework/

BPSBali. (2020). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Provinsi Bali Mei 2020.

Rokou, T. (2019). The future of wellness travel: 12 trends to watch in 2020. Travel Daily News International. https://www.traveldailynews.com/post/the-future-of-wellness-travel-12-trends-to-watch-in-2020

 

 

 

KETIKA kesehatan holistik menjadi prioritas, maka Bali berada pada posisi strategis untuk dapat bertransformasi menjadi pemimpin dalam industri wellness tourism dunia.

Dengan cara demikian, kearifan lokal dan lingkungan hidup dapat terjaga, tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan pariwisata berkualitas akan dapat dicapai lebih cepat.

Oleh: Luh Putu Mahyuni*

Pandemi Covid 19 telah memukul berbagai sendi kehidupan manusia. Mengingat penularannya antar manusia yang sangat cepat,

maka demi pertimbangan kesehatan berbagai kebijakan telah diambil untuk membatasi kerumunan dan pergerakan orang dalam jumlah besar.

Berbagai tempat wisata, sekolah, kampus, kantor, dan berbagai jenis usaha terpaksa tutup untuk sementara waktu.

Siswa belajar dari rumah begitupula dengan pekerja kantor yang memungkinkan untuk bekerja dari rumah juga harus untuk sementara memindahkan aktivitasnya ke rumah.

Ketika berbagai daerah di Indonesia dan negara lain juga menerapkan pembatasan sosial dan perjalanan, maka tak terelakkan hal ini memukul industri pariwisata dengan sangat telak.

Perekonomian Bali mengalami pertumbuhan negatif sedalam -1,14% pada Maret 2020 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, dan -7,67% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Penurunan ini terutama disumbang oleh penurunan yang sangat tajam pada tingkat kunjungan wisatawan dan tingkat penghunian kamar (TPK) hotel dibandingkan tahun sebelumnya,

secara berturutan, sebesar -65,11% dan -30,02%. Per maret 2020, TPK hotel hanya sebesar 25,41% (BPSBali, 2020).

Ketergantungan Bali yang masih sangat tinggi terhadap industri pariwisata menjadikan perekonomian Bali sangat rentan terhadap guncangan yang bersumber dari berbagai faktor, salah satunya adalah pandemi Covid 19 ini.

Penurunan yang terjadi pada industri pariwisata turut menyeret pula industri makanan dan minuman (-9,11%), industri pengolahan (-7,95%), transportasi pergudangan (-6,21%), dan jasa lainnya (-2,82%) (BPSBali, 2020).

Lebih jauh hal ini berdampak pada dirumahkannya cukup banyak pekerja pariwisata, terpukulnya berbagai jenis usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), menurunnya daya beli masyarakat,

menurunnya permintaan akan produk-produk pertanian dan peternakan – yang menyebabkan turunnya harga berbagai komoditi pertanian dan menurunnya kesejahteraan petani.

Kota Denpasar misalnya, pada April 2020 mengalami deflasi -0,32% karena sumbangan penurunan harga makanan dan minuman.

Akan tetapi pengeluaran untuk kesehatan, pemeliharaan rutin rumah tangga, informasi dan komunikasi mengalami peningkatan.

Sampai vaksin atau obat Covid 19 ditemukan, sangat sulit memprediksi berapa lama perekonomian dapat kembali pulih.

Berbagai pihak memprediksikan bahwa perekonomian dan kehidupan sosial kemasyarakatan sangat sulit untuk kembali pada situasi

normal yang sama percis dengan kondisi sebelum pandemi Covid 19, melainkan bergerak menuju situasi normal baru/era “new normal” (Albani, 2020).

Era “new normal” ini ditandai dengan antara lain: (1) Pergeseran prioritas kebutuhan konsumen dari aktualisasi diri menuju kebutuhan dasar, seperti makanan dan kesehatan jiwa raga.

Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan semakin meningkat; (2) Teknologi informasi dan komunikasi yang sebelumnya menjadi keunggulan bersaing kini

menjadi syarat dasar dan mutlak untuk menjaga bisnis tetap berjalan dan mempercepat proses pemulihan dari krisis; (3) Semakin dominannya peran transaksi (pembelanjaan dan pembayaran) digital,

untuk mengurangi kontak fisik; (4) Rantai pasok barang dan jasa yang semakin pendek karena berbagai hambatan perjalanan mendorong lebih tingginya permintaan akan produk-produk lokal;

(5) terbiasanya siswa belajar dengan berbagai media daring; (6) terbentuknya pola kerja fleksibel yang lebih memungkinkan terwujudnya keseimbangan antara karir dan keluarga;

(7) Solidaritas sosial, empati dan kolaborasi menjadi salah satu kunci ketahanan masyarakat menghadapi krisis.

Lalu bagaimana Bali dapat mengambil hikmah dari Covid 19 dan bertransformasi pada era “new normal”? Berikut adalah beberapa pemikiran sebagai bahan diskusi bersama.

Untuk mempermudah pembahasan, horizon proses transformasi dibagi menjadi jangka segera, dekat dan menengah.

Pembagian horizon ini bisa jadi bersifat temporal dan dapat setiap saat bergeser mengingat salah satu karakter era “new normal” adalah unsur ketidakpastian dan kecepatan terjadinya perubahan.

Dalam jangka segera dan dekat, bantuan sosial dari berbagai sumber diperlukan untuk memastikan kebutuhan pokok penyambung hidup bagi warga terdampak langsung Covid 19 dapat terpenuhi.

Perlahan bentuk bantuan berupa kebutuhan pokok dapat dialihkan menjadi bantuan modal kerja, kredit lunak, dan pelatihan keterampilan khusus.

Terkait hal ini, peran desa adat yang selama ini sangat vital sebagai penjaga adat budaya dan tatanan sosial kemasyarakatan akan dapat memainkan peranannya

yang lebih besar sebagai salah satu elemen pembentuk ketahanan ekonomi warga dengan dukungan penuh dari LPD dan badan usaha desa adat.

Penerapan standar tata kelola (good corporate governance) LPD dan badan usaha desa adat yang baik menjadi hal yang sangat

penting untuk memastikan sebesar-besarnya manfaat LPD dan badan usaha desa adat dapat dinikmati oleh masyarakat.

Dalam jangka dekat hingga menengah peningkatan kapasitas LPD dan badan usaha desa adat dalam pemanfaatan teknologi informasi,

komunikasi, dan sosial media (transformasi digital) sangat dibutuhkan, disamping peningkatan kapasitas spesifik lainnya.

Penguasaan kapasitas ini akan membantu peningkatan peran LPD dan badan usaha desa adat sebagai roda penting penggerak perekonomian masyarakat desa.  

Pemenuhan seluruh kebutuhan tenaga medis, peralatan medis, dan obat-obatan untuk penanganan Covid 19 juga merupakan kebutuhan segera.

Jika pandemi Covid 19 belum akan berakhir dalam waktu dekat, maka rumah sakit yang didedikasikan khusus menangani pasien Covid 19 diperlukan, agar jenis gangguan kesehatan lain dapat ditangani pada rumah sakit selain rumah sakit Covid 19.

Peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan memunculkan berbagai trend gaya hidup sehat yang mengutamakan konsep kembali ke alam.

Mulai dari trend diet vegetarian, makanan organik yang ditanam sendiri, hingga peningkatan konsumsi berbagai ramuan herbal untuk menjaga imunitas tubuh dan pengobatan.

Semakin meningkat pula trend upaya mencapai kesehatan secara holistik melalui berbagai program yoga dan meditasi.

Tatiana Rokou (2019) dalam Travel Daily News International memprediksi 12 trend wellness tourism – salah satu jenis industri pariwisata yang menekankan pada upaya mencapai kesehatan holistik.

Trend tersebut antara lain: (1) Semakin meningkatnya tuntutan wisatawan akan praktik ramah lingkungan akan mendorong penggunaan lebih banyak produk-produk alami bebas dari kimia berbahaya;

(2) Peningkatan minat akan destinasi dan akomodasi wisata yang memadukan konsep pengembangan kesehatan holistik dan kedekatan dengan alam,

memberi kesempatan untuk sepenuhnya merasakan kedekatan dengan alam dengan berbagai aktivitasnya dan sejenak melepaskan diri dari pemanfaatan teknologi digital.

Laporan dari Global Wellness Summit (2020) menyebutkan telah terjadinya pergeseran industri wellness tourism yang sebelumnya terfragmentasi pada beberapa industri,

antara lain: spa dan kesehatan fisik, kini akan bergerak menjadi semakin holistik melibatkan berbagai sektor pendukung terbentuknya kesehatan jiwa raga secara holistik,

termasuk di dalamnya adalah pusat yoga dan meditasi, pengobatan herbal alami, wisata alam dan budaya, industri makanan sehat, desain bangunan ramah lingkungan dan sehat.

Terkait hal ini, Bali telah memiliki seluruh potensi yang dibutuhkan untuk dapat unggul dan menjadi pemimpin dalam industri wellness tourism.

Usada Bali, Ayurveda, dan pengobatan alami dengan berbagai ramuan tumbuh-tumbuhan telah menjadi keseharian masyarakat Bali.

Berbagai khasiat ramuan herbal telah dibuktikan selama sekian generasi dan kini semakin banyak yang telah dapat dibuktikan khasiatnya secara klinis.

Berbagai jenis tumbuhan, yang dapat diolah menjadi berbagai produk ramah lingkungan seperti sabun dan shampoo berbahan dasar minyak kelapa dan lidah buaya, dapat tumbuh dengan subur di Bali.

Industri spa di Bali keunggulannya telah diakui dunia. Berbagai bahan pendukung industri spa juga dapat diproduksi sendiri oleh Bali.

Pusat-pusat yoga dan meditasi di Bali telah dikenal luas masyarakat dunia. Hal ini didukung pula oleh tersedianya berbagai tempat melukat yang dipercaya manfaatnya bagi kesehatan lahir bathin.

Desa-desa adat di Bali secara umum memiliki bentang alami yang sangat baik. Jika ditata dengan baik, maka kawasan desa adat akan dapat tampil lebih baik daripada resort buatan.

Balai banjar dapat dimanfaatkan selain sebagai sentra pelaksanaan adat dan budaya juga sebagai pusat informasi wisata, pelaksanaan yoga dan meditasi.

Desa adat, dengan melihat segala potensinya, dapat memainkan peranan penting dalam pengembangan wellness tourism ini.

Jika dikelola dengan baik, maka pengembangan wellness tourism ini dapat menjadi langkah strategis Bali untuk bertransformasi menuju industri pariwisata yang lebih berkualitas,

menarik wisatawan yang dengan senang hati tinggal lebih lama dan mengeluarkan jauh lebih banyak, sekalipun jumlahnya lebih kecil.

Pada saat yang sama juga, wellness tourism ini mau tidak mau akan meningkatkan terjadinya sinergi dengan sektor pertanian, upaya pelestarian lingkungan, kearifan lokal, adat, dan budaya Bali.

Untuk dapat memainkan peran penting dan strategis ini, desa adat dengan elemen-elemen pendukungnya antara lain LPD dan badan usaha desa adat perlu mengembangkan

keterampilan kewirausahaan, penguasaan teknologi digital, teknologi pengolahan hasil pertanian, obat herbal, sabun dan shampoo organik, minyak aromatheraphy, dan sebagainya.

Jika perekonomian di desa dapat dikembangkan dengan baik, maka akan dapat menarik lebih banyak anak muda untuk berkarya di desa dan mengurangi urbanisasi serta ketimpangan ekonomi kota-desa.

Penyelenggaraannya tentu saja harus dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat jika pandemi Covid 19 belum berakhir.

Pandemi Covid 19 telah membuat rantai pasok semakin pendek, permintaan akan produk pangan lokal akan semakin meningkat.

Pemenuhan kebutuhan pangan akan menjadi prioritas utama masyarakat. Dalam kaitan ini maka pandemi Covid 19 memberi momentum yang tepat bagi

upaya peningkatan peran pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian Bali untuk menjadi penyumbang signifikan terbentuknya ketahanan ekonomi Bali.

Pemanfaatan teknologi digital yang telah digagagas beberapa anak muda Bali, yang memungkinkan terhubungnya petani dan pembeli secara langsung

melalui platform digital jika terus dikembangkan akan dapat meningkatkan daya tawar petani dan meningkatkan kesejahteraannya, selain juga untuk membantu proses pemasarannya.

Dalam jangka dekat hingga menengah Bali perlu mengembangkan berbagai variasi komoditi pertanian-perkebunan

yang dapat memenuhi kebutuhan pengembangan wellness tourism, seperti budidaya lidah buaya, jahe, kunyit, dan sebagainya.

Industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan peternakan juga perlu dikembangkan untuk dapat meningkatkan ketahanan industri pertanian sekaligus meningkatkan nilai tambahnya.

Hikmah pandemi Covid 19 yang lain adalah terbentuknya pola belajar dan bekerja dari rumah/work from home.

Di satu sisi, hal ini akan menghantam banyak bisnis persewaan perkantoran di kota-kota besar. Akan tetapi pada sisi yang lain,

hal ini membuka peluang yang semakin lebar bagi jenis usaha yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan desain home-office yang lebih baik dan nyaman.

Industri pembuatan furniture akan dapat unggul jika memadukan jasanya dengan jasa desain interior dan pembuatan desain furniture sesuai keinginan pemesan yang disesuaikan dengan kondisi rumahnya.

Jenis usaha yang menyediakan jasa penataan taman maupun instalasi kebun organik dalam rumah juga akan memiliki prospek sangat cerah.

Jika work from home ini akan berlanjut dalam jangka waktu yang cukup panjang, maka akan terjadi trend peningkatan permintaan rumah-rumah

di daerah pinggiran kota atau bahkan pedesaan yang masih memiliki lingkungan alam terjaga dengan pemandangan yang indah.

Dengan mulai terbiasanya siswa maupun mahasiswa belajar dari rumah memanfaatkan berbagai bentuk fasilitas pembelajaran daring, perlahan terbentuk “new normal” dalam dunia pendidikan.

Peserta didik mulai dapat mengeksplorasi berbagai bentuk dan jenis pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhannya.

Mereka mendapatkan berbagai bentuk dan jenis pembelajaran itu dari berbagai sumber, tidak hanya dari sekolahnya saja.

Pada masa pandemi Covid 19 ini juga terbuka banyak sekali jenis kursus, pelatihan, seminar, mata kuliah tertentu, yang ditawarkan berbagai penyelenggara pendidikan tinggi baik dalam maupun luar negeri, yang sepenuhnya tidak berbayar.

Cukup banyak kampus ternama di luar negeri, seperti Harvard University dan Oxford Univeristy yang menawarkan beberapa seri materi kuliah tidak berbayar yang dirangkaikan dengan salah satu mata kuliah resmi yang diajarkan di kampus tersebut.

Penyelesaian rangkaian seri kuliah tersebut akan diakui setara dengan penyelesaian mata kuliah resmi di kampus tersebut.

Untuk mengikuti secara lengkap dalam rangka perolehan gelar, peserta didik memang harus mengeluarkan sejumlah uang,

akan tetapi untuk pelaksanaan perkuliahan daring biayanya jauh lebih murah daripada mengikuti perkuliahan pada umumnya.

Hal ini dimungkinkan dengan penggunaan teknologi massive online open course (MOOC) yang dapat diikuti oleh jutaan peserta didik dari berbagai negara.

Perkembangan ini tentu saja menjadi kabar baik bagi peserta didik, karena biaya untuk mengakses pendidikan berkualitas menjadi semakin terjangkau.

Selain itu, peserta didik juga dapat dengan mudah mengakses berbagai fasilitas pendidikan kampus berbagai negara dari rumahnya,

tidak perlu ada biaya perjalanan dan biaya hidup sangat besar untuk bisa mengenyam pendidikan berkualitas dari berbagai belahan dunia.

Lebih jauh lagi, dunia industri pun kini lebih mengutamakan penguasaan kompetensi tertentu daripada gelar dalam melakukan perekrutan sumber daya manusianya.

Hal ini akan mendorong trend lebih banyak anak muda dan kalangan profesional yang mengikuti mata kuliah lintas program studi, dan bahkan lintas kampus.

Sebagai contoh: seorang anak muda ingin menjadi youtuber profesional, makai ia akan mengambil rangkaian mata kuliah yang dapat meningkatkan kapasitasnya dalam melakukan

edit video dan grafis dari kampus A, kemudian mengambil rangkaian mata kuliah untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya dari kampus B, dari kampus C belajar tentang kewirausahaan, dan seterusnya.

Perkembangan ini tentu saja membuat peta persaingan lembaga penyelenggara pendidikan tinggi menjadi semakin meluas, meliputi berbagai negara.

Keunggulan lembaga penyelenggaraan pendidikan tinggi tidak lagi ditentukan oleh jumlah dan kualitas bangunan fisiknya beserta kelengkapannya

melainkan oleh kualitas tenaga pengajar dan tim kreatif pendukungnya serta infrasturktur pembelajaran daring yang dimilikinya.

“New normal” dunia pendidikan ini perlahan sedang terbentuk dan akan menjadi semakin jelas dalam horizon yang tidak begitu lama.

Akselerasinya akan semakin tinggi jika pembangunan infrasturktur digital oleh pemerintah dan swasta berlangsung cepat.

Infrastruktur digital ini akan menjadi salah satu faktor kunci penentu keunggulan daya saing bangsa. Hal ini akan menjadi salah satu prioritas pemerintah. 

Ketika anak-anak muda Bali khususnya dan Indonesia umumnya memiliki peluang dan sarana pendukung yang terbuka lebar untuk mengembangkan minat, bakat, dan kreativitasnya, maka industri kreatif akan berkembang lebih pesat lagi.

Bali dengan kekayaan adat dan budayanya memiliki modal yang sangat besar untuk dapat unggul dalam industri kreatif.

Pengembangan industri kreatif ini juga dapat dijadikan sebagai strategi untuk memperkuat ketahanan ekonomi Bali.

Kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan sosial media membuka berjuta kesempatan dan peluang baru bagi anak-anak muda kreatif dan berjiwa wirausaha.

Sangat penting bagi lembaga pendidikan pada berbagai tingkatan untuk dapat mengasah jiwa wirausaha dan kreatif serta inovatif anak-anak sejak dini.

Indonesia membutuhkan lebih banyak anak muda yang dapat menggali dan mengembangkan potensi negeri sendiri untuk kemudian membuka lapangan usaha sendiri.

Kesempatan untuk melakukan kolaborasi untuk karya-karya kreatif dan inovatif dengan berbagai pihak dari berbagai negara juga terbuka lebar dan dimungkinkan dengan kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan sosial media.

Selalu ada berjuta jalan bagi mereka yang kreatif, inovatif, aktif, dan pantang menyerah. Seorang pekerja pariwisata yang dirumahkan misalnya,

dapat menggunakan keterampilannya memasak untuk membuat channel youtube sendiri dan menawarkan program kursus masak masakan khas Bali dengan peserta dari berbagai daerah dan negara.

Atau anak muda yang senang dan berbakat melukis maupun memilki keterampilan desain grafis dapat bergabung dalam berbagai

platform yang mempertemukan antara pihak yang membutuhkan desain dengan pihak yang dapat membuat desain.

Selalu ada hikmah yang dapat dipetik dari setiap kejadian jika perhatian dapat dialihkan dari meratapi masalah kepada memikirkan alternatif solusi dan jalan keluar.

Kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan sosial media memungkinkan terbukanya berjuta peluang baru bagi mereka yang dapat melakukan transformasi dan upaya peningkatan kapasitas.

Sebagaimana yang disebutkan Charles Darwin, “Bukan mereka yang paling kuat atau pintar yang dapat bertahan, melainkan mereka yang dapat beradaptasi terhadap perubahan”.

(Penulis adalah Dosen Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) dan Konsultan Bisnis Berkelanjutan/Sustainable Business Consultant, Insita)

 

 

Referensi

Albani, M. (2020, April). There is no returning to normal after COVID-19. But there is a path forward. World Economic Forum. https://www.weforum.org/agenda/2020/04/covid-19-three-horizons-framework/

BPSBali. (2020). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Provinsi Bali Mei 2020.

Rokou, T. (2019). The future of wellness travel: 12 trends to watch in 2020. Travel Daily News International. https://www.traveldailynews.com/post/the-future-of-wellness-travel-12-trends-to-watch-in-2020

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/