Kecintaan terhadap buku mengantarkan keduanya berkecimpung di dunia industri buku. Dari awal tidak menyangka, saat ini mereka serius menekuni dan menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.
Terlebih Genta memiliki background sebagai desainer, karena merupakan alumni ISI Denpasar jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV).
ZULFIKA RAHMAN, Denpasar
ADALAH Ndari dan Genta, dua nama ini menjadi orang memiliki andil dalam pengerjaan desain cover buku-buku beberapa penulis di Indonesia.
Meski terbilang baru dua tahun sejak 2016 silam, namun karya-karya yang dihasilkan banyak dipakai penulis luar Bali.
Tercatat ada 100 lebih buku yang telah mereka desain. Mengawali cerita di salah satu kafe kawasan Jalan Merdeka Denpasar,
pasangan yang memiliki nama lengkap Genta Shimaoka, dan Sekar Wulandari Yogaster memulai bisnis mendesain cover buku bacaan.
Tepatnya pada hari Valentine yakni 14 Februari 2016 lalu, keduanya terlibat dalam satu even yang diadakan salah satu hotel di Kawasan Sanur.
“Genta diundang dalam even itu, dan saya diajak. Merespons cerita ke format gambar. Saya yang membaca ceritanya, genta yang mengeksekusi, karena kebetulan kami senang baca buku,” kata Wulandari yang akrab disapa Ndari.
Dari keseringan membaca tersebut, Ndari mengungkapkan uneg-uneg kepada Genta. Menurutnya, desain cover buku yang disajikan saat ini terkadang tidak cocok isi buku.
Selain itu, sajian desain cover yang ditampilkan cenderung mengikuti trend, Misalnya karena demam K-Pop, desain buku bacaan dibuat demikian dan terkadang seragam
dengan cenderung memaksa lantaran mengejar trend namun tanpa dibarengi kecocokan dengan isi buku, atau bisa dibilang menipu isi.
“Dari kegelisahan itu, akhirnya ada teman kami meyakinkan untuk membidik pekerjaan menjadi desain cover buku dan kami sepakat,” kata pasangan yang mengerjakan proyek desain di rumah mereka Jalan Dewata Sidakarya, Denpasar ini.
Terkait nama Suku Tangan sendiri, sebenarnya nama tersebut merupakan nama akun Instagram dari Genta.
Terlebih, kata Suku Tangan ini sangat pas jika digunakan sebagai nama proyek karena mengandung makna yang tepat.
“Suku itu lebih dari satu orang, kami berdua. Sementara untuk Tangan sendiri, karena memang pengerjaan menggunakan tangan,” terang Ndari yang diamini Genta.
Pasangan asal Denpasar ini mulai membentuk portofolio untuk proyek Suku Tangan. Ndari memiliki banyak teman yang berkecimpung di industri buku.
Mulai dari penerbit, editor, sampai penulis, selain itu, sosial media juga menjadi pilihan untuk ajang promosi.
“Saya kirim email berisi portofolio ke industri buku-ini. Selain itu, banyak juga email yang kami dapat dari Google, kami kirimi juga,” jelasnya.
Email yang dikirim tersebut, sebagian berbalas. Mulailah, kedua pasangan ini, dihampiri beberapa proyek untuk mengerjakan sampul buku.
“Dari satu orang, kemudian nyebar dan makin hari tawaran yang masuk semakin banyak,” terang perempuan berkacamata ini.
Hingga saat ini, pesanan yang masuk dalam satu bulan antara 15 sampai 15 buku. Untuk harga sendiri, kisaran untuk satu desain antara Rp 2 sampai 3 juta, sementara untuk klien dari luar negeri meraka mematok harga lebih dari itu.
Proses pengerjaan dari mereka berdua, Ndari bertugas sebagai orang yang membaca buku si pemesan. Isi buku yang menurutnya penting, karakter, obyek yang menurutnya cukup kuat dan menonjol.
Namun ada juga beberapa penerbit yang enggan memberikan isi buku secara full, namun sebisa mungkin ia meminta deskripsi buku secara detail.
“Saya bertugas membaca. Kebetulan saya bacanya cepat. Setelah itu saya diskusi dengan Genta. Dia yang mengeksekusi dari hasil bacaan saya,” kata perempuan yang bisa membaca tiga buku dalam seminggu ini.
Genta selanjutnya mulai menggambar entah dengan menggunakan media kertas maupun gadget untuk kemudian didesain dengan apik sesuai isi buku.
Untuk satu proyek, butuh waktu hingga satu bulan. Proses paling lama yakni menyusun konsep. “Karena ini memang dibuat sesuai isi buku.
Jadi, selain tampilan menarik, tapi tidak jauh dari isi bacaan itu. Jadi nyambung. Karena banyak banget unsur dalam satu buku itu,” ujar alumni Fakultas Psikologi Universitas Surabaya ini.
Hampir keseluruhan karyanya tersebut melalui proses membaca dan keduanya diberikan kepercayaan dalam menghasilkan desain sampul buku.
Namun, ada juga yang memberikan langsung gambar jadi, hal itu juga kerap terjadi diskusi, namun pihaknya juga harus mengetahui segmen pembaca yang disasar.
“Jadi, ketika sudah selesai, kirim lagi ke klien lewat email. Nanti ada revisi, tapi kami juga ada pengertian kenapa memilih desain ini,
dan kenapa menampilkan gambar ini. Sejauh ini komunikasinya lewat email. Semua naskah itu berhak mendapat cover yang bagus,” bebernya.
Suku Tangan sendiri juga kerap mengerjakan beberapa penulis idola, namun dalam pengerjaan tetap mendapat porsi yang sama. “Kami tidak membedakan, semua sama saja,” akunya.
Dalam mendesain buku, ada tiga orang yang menurut mereka paling penting untuk diprioritaskan. Mulai dari penerbit, pembaca dan penulis. Klien yang didapat sejauh ini, lebih banyak dari luar Bali.
Disinggung mengenai geliat industri buku di Bali, Ndari dan Genta mengungkapkan bahwa wilayah Buleleng menjadi daerah di Bali yang paling menujukan geliat.
“Kalau dari penulis, banyak juga orang Bali. Tapi rata-rata mereka ini tinggal di Luar Bali. Seperti Jakarta, Jogjakarta,” katanya.
Suku Tangan pun memiliki misi, salah satunya, melalui desain sampul yang bagus, ini bisa menarik minat orang untuk membaca buku.
Ketika orang membaca buku tersebut, bisa menyenangkan dan tidak membosankan. “Orang yang awalnya tidak peduli dengan bacaan buku,
melihat sampul yang kami sajikan bisa tertarik untuk membaca. Selain itu generasi saat ini juga kan senang pamer di media sosial.
Mereka posting karena sampulnya menarik, jadi semakin banyak juga orang yang termotivasi dan memiliki keinginan membaca,” tandasnya.