29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 8:58 AM WIB

Selain Untuk Tabungan Masa Pensiun, Juga Selamatkan Populasi Sapi Bali

MESKI bertugas sebagai anggota Polri, I Wayan Keribis memiliki tekad besar dan cita-cita mulia untuk menggeluti pekerjaan lain di luar profesinya.

Di tengah kesibukannya menjadi anggota polisi yang berdinas di Kepolisian Sektor (Polsek) Kubutambahan, ia justru terjun di sector peternakan.

Menariknya lagi, polisi dengan pangkat Inspektur Satu (Iptu) ini tekun mengembangkan sapi asli Bali yang kini mulai terancam punah populasinya. Seperti apa?

JULIADI, Kubutambahan

 

Tinggal di sebuah kampung pelosok tepatnya di Banjar Air Sanih, Desa Bukti, Kubutambahan, Buleleng menjadikan sosok Keribis sebagai perwira polisi yang low profile.

Untuk bisa menjangkau rumah polisi yang dikenal disiplin dan tegas ini, butuh waktu sekitar 45 menit dari kota Singaraja dengan menggunakan sepeda motor.

Bahkan, untuk bisa sampai ke rumah dan kandang ternak milik Keribis, Jawa Pos Radar Bali harus berkali-kali naik turun motor menanyakan alamat rumah polisi yang pernah bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Desa Bukti.

Selain sulit, jalan yang berbelok dan menanjak serta berdebu harus dilalui.

Tepat pada pukul 11.00 Jawa Pos Radar Bali menemukan kediaman I Wayan Keribis. Rasa lelah terhapus setelah pekarangan dan setiap sudut rumah dari I Wayan Keribis banyak ditanami berbagai jenis sayuran dan tanaman lainnya. Beruntung bertemu dengan polisi yang pernah bertugas di Polda Nusa Tenggara Barat (NTT) ini.

I Wayan Keribis yang ditemui di rumahnya. “Jauh ya, menuju rumah bapak,” kata Wayan Keribis sambil ketawa sembari menyuruh koran ini untuk duduk di bale bengong miliknya.  

Keribis katakan beginilah hidup dan tinggal di desa jauh dari rasa bising, penuh dengan tanaman. Tak sama dengan di kota semua sudah tersedia serba instan.

“Kalau di sini pengen cabe, sayur dan buah harus petik dulu. Sedangkan di kota harus beli dulu dan harus ada uang kas. Baru bisa dikonsumsi,” ucap polisi yang mulai bertugas di Bali sejak tahun 2003 lalu.

Setelah lama mengobrol santai ditemani dengan segelas teh. Keribis mulai bercerita disela-sela aktivitas sebagai anggota polisi justru sukses sebagai peternak sapi.

Diakuinya sebagai peternak sapi, sejatinya sudah didik dan diajarkan dari kecil oleh kedua orang tuanya. Orang tua selalu berpesan untuk sayang dengan binatang dan tanaman.

“Terutama hewan sapi memiliki nilai ekonomis tinggi. Sapi itulah tabungan masa depan, namun wujudnya tidak berbentuk uang sewaktu-waktu dapat dijual, jika membutuhkan uang,” terangnya.

Diamping itu juga sapi juga program dari pemerintah. Terlebih sapi asli sangat terkenal di luar Bali. Untuk diselamatkan populasinya, karena terancam mengalami kepunahan.

Saat ini ada 40 ekor sapi yang dia pelihara. Dulunya pernah puluhan ekor sapi Bali dia pelihara. Tetapi karena dirinya mengalami kecelakaan, maka puluhan sapi miliknya tak bisa ia urus sendiri.

“Sehingga saya harus pelihara sapi ke penyangkap (orang lain). Untuk pelihara sapi saya berikan kepada warga. Dengan cara bagi hasil. Jika beranak, maka hasilnya di bagi dua,” ungkapnya.

Disinggung perihal beternak sapi. Apakah tidak menggangu aktivitas sebagai seorang polisi yang bertugas di Polsek Kubutambahan. Sejauh ini tidak, tergantung dari pribadi seoarang, bagaimana bisa mengatur waktu. Usai bertugas baru cari pakan dan berkebun. Kewajiban tugas sebagai polisi tetap harus dijalani.

“Berternak sapi tulus ikhlas, tidak ada perintah. Ini memang hobi saya sejak kecil kalau untuk beternak dan bertani itu yang ditanamkan oleh orang tua. Itulah juga yang saya ajarkan pada anak saya untuk selalu beternak dan bertani,” paparnya.

Beternak sapi tidak hanya di Bali. Saat bertugas sebagai polisi di NTT, Keribis juga mengaku memelihara sapi..

Dia menambahkan sebagai Kanit Binmas itu kadang kala selalu dirinya sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu beternak sapi. Selama puluhan tahun beternak sapi pengalaman itulah yang diajarkan kepada masyarakat.

Meski beternak sapi ada kendala pakan di saat musim kemarau tiba. Biasaya di bulan Oktober dan November. Bulan itu memang susah untuk cari pakan. Namun menyiasatinya dengan membaut stok pakan. Ada tenggang waktu dari musim hujan kemarau itulah cari pakan sapi sebanyak-banyak.

“Saya berharap banyak anggota dan kawan polisi untuk mengikuti jejaknya sebagai peternak sapi. Terlebih di saat masa pensiun sebagai polisi ada aktivitas yang dikerjakan,”tukasnya.

MESKI bertugas sebagai anggota Polri, I Wayan Keribis memiliki tekad besar dan cita-cita mulia untuk menggeluti pekerjaan lain di luar profesinya.

Di tengah kesibukannya menjadi anggota polisi yang berdinas di Kepolisian Sektor (Polsek) Kubutambahan, ia justru terjun di sector peternakan.

Menariknya lagi, polisi dengan pangkat Inspektur Satu (Iptu) ini tekun mengembangkan sapi asli Bali yang kini mulai terancam punah populasinya. Seperti apa?

JULIADI, Kubutambahan

 

Tinggal di sebuah kampung pelosok tepatnya di Banjar Air Sanih, Desa Bukti, Kubutambahan, Buleleng menjadikan sosok Keribis sebagai perwira polisi yang low profile.

Untuk bisa menjangkau rumah polisi yang dikenal disiplin dan tegas ini, butuh waktu sekitar 45 menit dari kota Singaraja dengan menggunakan sepeda motor.

Bahkan, untuk bisa sampai ke rumah dan kandang ternak milik Keribis, Jawa Pos Radar Bali harus berkali-kali naik turun motor menanyakan alamat rumah polisi yang pernah bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Desa Bukti.

Selain sulit, jalan yang berbelok dan menanjak serta berdebu harus dilalui.

Tepat pada pukul 11.00 Jawa Pos Radar Bali menemukan kediaman I Wayan Keribis. Rasa lelah terhapus setelah pekarangan dan setiap sudut rumah dari I Wayan Keribis banyak ditanami berbagai jenis sayuran dan tanaman lainnya. Beruntung bertemu dengan polisi yang pernah bertugas di Polda Nusa Tenggara Barat (NTT) ini.

I Wayan Keribis yang ditemui di rumahnya. “Jauh ya, menuju rumah bapak,” kata Wayan Keribis sambil ketawa sembari menyuruh koran ini untuk duduk di bale bengong miliknya.  

Keribis katakan beginilah hidup dan tinggal di desa jauh dari rasa bising, penuh dengan tanaman. Tak sama dengan di kota semua sudah tersedia serba instan.

“Kalau di sini pengen cabe, sayur dan buah harus petik dulu. Sedangkan di kota harus beli dulu dan harus ada uang kas. Baru bisa dikonsumsi,” ucap polisi yang mulai bertugas di Bali sejak tahun 2003 lalu.

Setelah lama mengobrol santai ditemani dengan segelas teh. Keribis mulai bercerita disela-sela aktivitas sebagai anggota polisi justru sukses sebagai peternak sapi.

Diakuinya sebagai peternak sapi, sejatinya sudah didik dan diajarkan dari kecil oleh kedua orang tuanya. Orang tua selalu berpesan untuk sayang dengan binatang dan tanaman.

“Terutama hewan sapi memiliki nilai ekonomis tinggi. Sapi itulah tabungan masa depan, namun wujudnya tidak berbentuk uang sewaktu-waktu dapat dijual, jika membutuhkan uang,” terangnya.

Diamping itu juga sapi juga program dari pemerintah. Terlebih sapi asli sangat terkenal di luar Bali. Untuk diselamatkan populasinya, karena terancam mengalami kepunahan.

Saat ini ada 40 ekor sapi yang dia pelihara. Dulunya pernah puluhan ekor sapi Bali dia pelihara. Tetapi karena dirinya mengalami kecelakaan, maka puluhan sapi miliknya tak bisa ia urus sendiri.

“Sehingga saya harus pelihara sapi ke penyangkap (orang lain). Untuk pelihara sapi saya berikan kepada warga. Dengan cara bagi hasil. Jika beranak, maka hasilnya di bagi dua,” ungkapnya.

Disinggung perihal beternak sapi. Apakah tidak menggangu aktivitas sebagai seorang polisi yang bertugas di Polsek Kubutambahan. Sejauh ini tidak, tergantung dari pribadi seoarang, bagaimana bisa mengatur waktu. Usai bertugas baru cari pakan dan berkebun. Kewajiban tugas sebagai polisi tetap harus dijalani.

“Berternak sapi tulus ikhlas, tidak ada perintah. Ini memang hobi saya sejak kecil kalau untuk beternak dan bertani itu yang ditanamkan oleh orang tua. Itulah juga yang saya ajarkan pada anak saya untuk selalu beternak dan bertani,” paparnya.

Beternak sapi tidak hanya di Bali. Saat bertugas sebagai polisi di NTT, Keribis juga mengaku memelihara sapi..

Dia menambahkan sebagai Kanit Binmas itu kadang kala selalu dirinya sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu beternak sapi. Selama puluhan tahun beternak sapi pengalaman itulah yang diajarkan kepada masyarakat.

Meski beternak sapi ada kendala pakan di saat musim kemarau tiba. Biasaya di bulan Oktober dan November. Bulan itu memang susah untuk cari pakan. Namun menyiasatinya dengan membaut stok pakan. Ada tenggang waktu dari musim hujan kemarau itulah cari pakan sapi sebanyak-banyak.

“Saya berharap banyak anggota dan kawan polisi untuk mengikuti jejaknya sebagai peternak sapi. Terlebih di saat masa pensiun sebagai polisi ada aktivitas yang dikerjakan,”tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/