33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 14:02 PM WIB

Gandeng Program Studi Magister Pertanian Unud, Berdayakan Ibu dan Anak

Nasib pertanian di Bali semakin tertinggal. Alih fungsi lahan terus terjadi. Apalagi di Kota Denpasar. Sudah saatnya konsep pertanian berevolusi yang mendekatkan pada teknologi dikembangkan. Salah satunya dengan memanfaatkan lahan kering yang tersedia.

 

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar

UNTUK kali kesekian Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering Universitas Udayana melakukan pengabdian masyarakat untuk menanamkan  aku cinta pertanian.

Kali ini dilaksanakan di Dusun Permata Anyar Desa Ubung Kaja. Dalam kegiatan itu anak-anak diperkenalkan apa itu pertanian, sekaligus nama-nama  tanaman maupun tumbuhan.

Sangat menyenangkan. Ratusan pelajar sekolah dasar sungguh menikmati. Apalagi saat mereka melakukan pembuatan hidroponik.

Peserta juga diajak dengan dibagikan beberapa kelompok  untuk membuat hidroponik. “Kami terus berupaya menumbuhkan akan cinta pertanian. Kami punya tema aku cinta pertanian.

Tema Widya Argo. Belajar pertanian. Kami mengundang siswa SDN se-Ubung Kaja dan juga SD binaan kami SDN 2 Tibubeneng tentang teknologi pertanian yang akan kita sampaikan ke anak-anak.

Untuk yang sekarang, hidroponik.  Mereka kami ajak mewarnai pot dan nanti diisi tanaman,” ujar Koordinator Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering Unud Gede Wijana.

Anak-anak diajak mewarnai di pot, dan setelah selesai digambar akan diisi tanaman. Jadi mereka akan berimajinasi untuk merubah pot yang biasa menjadi luar biasa.

Setelah itu jadilah tanaman dengan pot yang indah. Selain itu, tidak hanya-anak-anak SD saja, Kelompok Tani Ibu-Ibu PKK Dusun Permata Anyar yang dikenal dengan nama Kelompok Tani Dasa Wisma Agro Pertiwi juga diberikan pembinaan.

Ternyata, kelompok tani tersebut sudah berdiri dari 2017 lalu dan kemarin diajarkan menyilang tanaman anggrek. Jadi, antara anggrek satu disilang dengan anggrek yang lainnya.

“Ibu-ibu PKK Agro Pertiwi disini kita ajarkan berbudaya anggrek, misalnya menyilangkan tanaman  anggrek dari putih ke merah jadi itu misalnya  kemudian  diajari juga

membuat pot kecil menjadi hiasan. Tanaman kecil akan dikelola, dimana dia  menyusun bunga-bunga dalam menjadikan buket atau jadikan souvenir,” ucap Alumnus IPB Bogor, Jawa Barat ini.

Dijelaskan, kelompok Agro Pertiwi sudah menghasilkan produksi dan hasilnya dikonsumsi sendiri. Dengan luas lahan 18 are telah ada rumah pembibitan, ada tanaman unggulan  mint yang bisa dijadikan sirup mint dan garnis.

Ada juga sayuran bayam, kangkung , toga, dan masih banyak lagi. Kemarin para ibu-ibu PKK itu dibina dari proses pembibitan, pemeliharaan, pemanenan, dan pengolahan.

Wijana berharap lahan tersebut menjadi edukasi maupun agrowisata untuk masyarakat setempat, maupun wisatawan.

Tidak hanya itu, bisa menjadi tempat edukasi untuk siapapun.  Program Studi Pertanian Lahan Kering, Universitas Udayana juga telah melakukan kerjasama dengan pihak Kelompok Dasa Wisma Agro Pertiwi.

Jadi, antar kedua belah pihak bisa mengisi lahan tersebut seperti praktikum mahasiswa , penelitian dan pemberian ilmu teknologi untuk anggota kelompok tani.

“Kami lakukan kerja sama dalam pengembangan teknologi pertanian. Itu berlaku  tiga tahun dari sekarang. Kedua belah pihak boleh membutuhkan.

Kalau kami misalkan membutuhkan untuk praktikum,   mahasiswa datang penelitian boleh. Kalau misalkan, mereka  membutuhkan ilmu teknologi kami itu kami berikan. saling mebutuhkan,” jelasnya.

Wijana sebagai akademisi pun menyoroti, semakin sempitnya lahan di perkotaan Denpasar. Maka dari itu tidak hanya di Ubung Kaja,

tapi di desa-desa lainnya untuk mengembangkan pertanian lahan kering dan memberdayakan masyarakat setempat.

Ini akan menjadi daya tarik, dan bisa memproduksi sendiri minimal untuk konsumsi sendiri amupaun warga di desa.

Tidak relevan untuk agrowisata, seperti di Agro Pertiwi yang ditambah alur berjalan dan ada tumbuhan yang bergelantungan.

“Mestinya melihat disini karena kota  sempit lahannya. Kami seharusnya mengembangkan pertanian berteknologi, bagaimana kalau pembibitan tidak harus di siram setiap hari,

kita menanam harus dengan hidroponik tidak harus menyiram. Tumbuh  seperti ini kita inginkan. Kita olah disana, nikmati disana.

Terutama dalam ibu rumah tangga kan masuk kawasan  keluarga lestari untuk kebutuhan pangan sehari,” tukasnya.

Nasib pertanian di Bali semakin tertinggal. Alih fungsi lahan terus terjadi. Apalagi di Kota Denpasar. Sudah saatnya konsep pertanian berevolusi yang mendekatkan pada teknologi dikembangkan. Salah satunya dengan memanfaatkan lahan kering yang tersedia.

 

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar

UNTUK kali kesekian Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering Universitas Udayana melakukan pengabdian masyarakat untuk menanamkan  aku cinta pertanian.

Kali ini dilaksanakan di Dusun Permata Anyar Desa Ubung Kaja. Dalam kegiatan itu anak-anak diperkenalkan apa itu pertanian, sekaligus nama-nama  tanaman maupun tumbuhan.

Sangat menyenangkan. Ratusan pelajar sekolah dasar sungguh menikmati. Apalagi saat mereka melakukan pembuatan hidroponik.

Peserta juga diajak dengan dibagikan beberapa kelompok  untuk membuat hidroponik. “Kami terus berupaya menumbuhkan akan cinta pertanian. Kami punya tema aku cinta pertanian.

Tema Widya Argo. Belajar pertanian. Kami mengundang siswa SDN se-Ubung Kaja dan juga SD binaan kami SDN 2 Tibubeneng tentang teknologi pertanian yang akan kita sampaikan ke anak-anak.

Untuk yang sekarang, hidroponik.  Mereka kami ajak mewarnai pot dan nanti diisi tanaman,” ujar Koordinator Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering Unud Gede Wijana.

Anak-anak diajak mewarnai di pot, dan setelah selesai digambar akan diisi tanaman. Jadi mereka akan berimajinasi untuk merubah pot yang biasa menjadi luar biasa.

Setelah itu jadilah tanaman dengan pot yang indah. Selain itu, tidak hanya-anak-anak SD saja, Kelompok Tani Ibu-Ibu PKK Dusun Permata Anyar yang dikenal dengan nama Kelompok Tani Dasa Wisma Agro Pertiwi juga diberikan pembinaan.

Ternyata, kelompok tani tersebut sudah berdiri dari 2017 lalu dan kemarin diajarkan menyilang tanaman anggrek. Jadi, antara anggrek satu disilang dengan anggrek yang lainnya.

“Ibu-ibu PKK Agro Pertiwi disini kita ajarkan berbudaya anggrek, misalnya menyilangkan tanaman  anggrek dari putih ke merah jadi itu misalnya  kemudian  diajari juga

membuat pot kecil menjadi hiasan. Tanaman kecil akan dikelola, dimana dia  menyusun bunga-bunga dalam menjadikan buket atau jadikan souvenir,” ucap Alumnus IPB Bogor, Jawa Barat ini.

Dijelaskan, kelompok Agro Pertiwi sudah menghasilkan produksi dan hasilnya dikonsumsi sendiri. Dengan luas lahan 18 are telah ada rumah pembibitan, ada tanaman unggulan  mint yang bisa dijadikan sirup mint dan garnis.

Ada juga sayuran bayam, kangkung , toga, dan masih banyak lagi. Kemarin para ibu-ibu PKK itu dibina dari proses pembibitan, pemeliharaan, pemanenan, dan pengolahan.

Wijana berharap lahan tersebut menjadi edukasi maupun agrowisata untuk masyarakat setempat, maupun wisatawan.

Tidak hanya itu, bisa menjadi tempat edukasi untuk siapapun.  Program Studi Pertanian Lahan Kering, Universitas Udayana juga telah melakukan kerjasama dengan pihak Kelompok Dasa Wisma Agro Pertiwi.

Jadi, antar kedua belah pihak bisa mengisi lahan tersebut seperti praktikum mahasiswa , penelitian dan pemberian ilmu teknologi untuk anggota kelompok tani.

“Kami lakukan kerja sama dalam pengembangan teknologi pertanian. Itu berlaku  tiga tahun dari sekarang. Kedua belah pihak boleh membutuhkan.

Kalau kami misalkan membutuhkan untuk praktikum,   mahasiswa datang penelitian boleh. Kalau misalkan, mereka  membutuhkan ilmu teknologi kami itu kami berikan. saling mebutuhkan,” jelasnya.

Wijana sebagai akademisi pun menyoroti, semakin sempitnya lahan di perkotaan Denpasar. Maka dari itu tidak hanya di Ubung Kaja,

tapi di desa-desa lainnya untuk mengembangkan pertanian lahan kering dan memberdayakan masyarakat setempat.

Ini akan menjadi daya tarik, dan bisa memproduksi sendiri minimal untuk konsumsi sendiri amupaun warga di desa.

Tidak relevan untuk agrowisata, seperti di Agro Pertiwi yang ditambah alur berjalan dan ada tumbuhan yang bergelantungan.

“Mestinya melihat disini karena kota  sempit lahannya. Kami seharusnya mengembangkan pertanian berteknologi, bagaimana kalau pembibitan tidak harus di siram setiap hari,

kita menanam harus dengan hidroponik tidak harus menyiram. Tumbuh  seperti ini kita inginkan. Kita olah disana, nikmati disana.

Terutama dalam ibu rumah tangga kan masuk kawasan  keluarga lestari untuk kebutuhan pangan sehari,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/