KUTA SELATAN, radarbali.id- World Tourism Day merupakan peringatan untuk meningkatkan kesadaran terkait peran pariwisata dalam komunitas internasional.
World Tourism Day juga menunjukkan dampak pariwisata dalam kaitannya dengan nilai sosial, budaya, politik, dan ekonomi dunia. World Tourism Day jatuh setiap tanggal 27 September. Pada peringatan tahun 2022 ini, World Tourism Day dilaksanakan di Pulau Bali dengan mengusung tema “Rethinking Tourism”.
Memaknai World Tourism Day 2022, Politeknik Pariwisata Bali membuat sebuah acara sederhana, namun mengangkat lokalitas alias kearifan lokal Bali ke mata dunia, yakni lewat gelaran kuliner sate lilit.
Ketua Indonesian Chef Association Bali Chapter (ICA BPD Bali), I Gede Putu Hendra Mahena mengatakan sate lilit sudah saatnya go internasional.
“Sate lilit ini perlu dikembangkan hingga bisa go internasional. Selain itu, sate lilit merupakan sebuah hidangan tradisional yang biasanya terdapat di setiap upacara agama,” ucap Hendra.
Ditambahkannya, ada sejumlah tujuan pembuatan gelaran kuliner makanan tradisional sate lilit.
Pertama, sate lilit menjadi tradisi masyarakat Bali.Dirangkum dari berbagai sumber, sate lilit dulu biasanya dihidangkan saat upacara agama. Namun kini sate lilit dapat ditemui di berbagai rumah makan atau restoran hingga hotel-hotel bintang lima
Kedua, parade pembuatan sate lilit ini diharapkan menjadi ajang promosi agar makanan tradisional sate lilit menjadi makanan favorit tidak hanya pada kalangan masyarakat Bali, tetapi juga wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Sejalan dengan spice up the world Bapak Jokowi, presiden kita bagaimana mengupayakan agar makanan tradisional atau makanan nusantara menjadi go internasional. Gelaran kuliner sate lilit kali ini diikuti oleh mahasiswa Poltekpar Bali, perwakilan seluruh chef Bali yang terdiri dari 9 cabang dari Jembrana hingga Karangasem,” ucap Direktur Poltekpar Bali, Drs. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes.
Sebelumnya, Poltekpar Bali menggelar pelepasan 42 ekor tukik di Pantai Mengiat yang terletak di kawasan ITDC Nusa Dua dalam rangka WTD (World Tourism Day) ke-42 yang mengusung tema “Re-thinking Tourism”.
Dalam momentum spesial ini, Ida Bagus Putu Puja mengungkapkan ada 2 hal ini harus diperhatikan serius untuk melindungi bumi lengkap dengan flora dan fauna di dalamnya. Salah satunya anak penyu alias tukik.
Penegasan serupa juga disampaikan oleh Giri Adnyani. Ungkapnya pelepasan tukik ini merupakan salah satu dari ratusan kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif termasuk di Politeknik Pariwisata Bali.
Pelepasan tukik juga dirangkai diskusi forum dan penanaman mangrove. “Investasi untuk pariwisata adalah SDM dan planet, di mana kita sebagai bagian dari SDM juga diharapkan dapat mempunyai peran aktif dalam kegiatan seperti ini,” ucap Putu Puja sembari menyebut kegiatan tersebut memupuk kebersamaan dan solidaritas antara seluruh civitas akademika Politeknik Pariwisata Bali sekaligus menunjang kebugaran tubuh.
Pelepasan tukik dinilai menjadi aksi nyata bagi pariwisata berkelanjutan. “Ini bentuk kontribusi kami terhadap planet untuk mengonservasi kelestarian dan keberlanjutan tukik agar tetap bisa menjadi bagian dari keseimbangan kehidupan,” ujar Faisal, S.St.Par.,MM.Par. (rba/ken)